Pandemi, tidak menjadi halangan karena kegiatan pelatihan bisa dilakukan dengan pelbagai cara, mulai dari offline dengan catatan harus dilakukan sesuai protokol kesehatan ketat hingga kegiatan yang digelar secara daring atau online.
"Pandemi kita jadikan momen untuk berbenah, untuk meningkatkan kualitas SDM agar ketika pendemi telah usai, kita bisa pacu lebih cepat," ungkap Adik.
Menurutnya, kita tidak boleh terhenti tanpa upaya apapun di masa pandemi, tapu harus tetap dan terus bergerak demi kemajuan bangsa tercinta.
Pada kesempatan yang berbeda, Rektor Untag Surabaya, Mulyanto Nugroho mengatakan bahwa kesempatan yang diberikan Kadin Jatim kepada Untag Surabaya untuk bisa bekerjasama adalah angin segar bagi dunia pendidikan.
Kadin sebagai lembaga yang menaungi industri tentunya bisa menjembatani antara dunia pendidikan dengan dunia industri sehingga terjadi keselarasan.
Terlebih dengan diluncurkannya program "Merdeka Belajar Kampus Merdeka" atau MBKM oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai pelbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja.
"Dengan adanya program Merdeka Belajar Kampus Merdeka maka mau tidak mau Perguruan Tinggi harus melakukan program pemagangan. Oleh karena itu kami berbangga dan sekaligus senang telah diberi kesempatan untuk keberjasama dengan Kadin Jatim," ungkap Mulyanto.
Pemberdayaan dan peningkatan SDM tidak hanya dilakukan kepada siswa normal saja, Kadin Jatim bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jatim juga memberikan dukungan kepada siswa penyandang disabilitas.
Baca juga: PLN Jatim Siap Antisipasi Kenaikan Beban Listrik Saat Natal dan Tahun Baru 2021: Tak Perlu Khawatir
Upaya ini dilakukan dengan melihat serapan pekerja dari kelompok penyandang disabilitas di perusahaan masih rendah.
Padahal dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas telah diamanatkan bahwa tiap 100 pekerja, perusahaan wajib mengambil satu persen dari kelompok penyandang disabilitas.
Adik menegaskan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang terakomodirnya penyandang disabilitas di industri dan dunia kerja (Iduka), diantaranya adalah ketidaksingkronan antara keterampilan atau keahlian yang mereka miliki dengan yang dibutuhkan Iduka.
Hal ini masih sulit dipenuhi karrna penyandang disabilitas butuh dilatih dulu sebelum diterjunkan ke dunia kerja.
Selain itu, juga belum adanya rekrutmen tenaga kerja penyandang disabilitas oleh perusahaan, terlebih dimasa sulit seperti saat ini. Dalam kondisi iklim usaha yang masih lesu, pengusaha berpikir ulang untuk merekrut pegawai baru, apalagi dari penyandang disabilitas.
"Nantinya, siswa penyandang disabilitas ini kita didik untuk program pemagangan, kita taruh di berbagai perusahaan BUMD dan BUMN dan beberapa industri yang telah memiliki komitmen untuk melaksanakan apa yang diamanatkan Undang-Undang. Selain itu, mereka juga akan kami bekali dengan skill wirausaha. Kita bimbing mereka agar bisa hidup mandiri dan berdikari," tandas Adik. (SURYA/Sri Handi Lestari).
Editor: Pipin Tri Anjani