Tidak kurang dari 22,4 persen dari total pendukung Ganjar merupakan pemilih pemula.
Proporsi pemilih pemula Ganjar menyusut tatkala ia menghadapi persoalan pembatalan Piala Dunia U-20 di Indonesia.
Proporsi dukungan pemilih pemula menjadi 20,9 persen.
Pada saat yang sama, kalangan pemilih pemula menjadi lebih banyak terkonsentrasi pada Prabowo. Tidak kurang dari 25,5 persen dari total pemilih Prabowo merupakan pemilih pemula.
Atau, dibandingkan dengan survei Januari 2023, Prabowo mengalami surplus pemilih pemula hingga sekitar 4 persen.
Peningkatan elektabilitas Ganjar pada survei terakhir ini sekaligus mengonfirmasikan kembalinya dukungan para pemilih pemula kepada dirinya. Saat ini, dari seluruh bagian pemilih Ganjar, tidak kurang dari 23,2 merupakan pemilih pemula. Sementara pemilih pemula pada Prabowo susut menjadi 19,1 persen.
Kembalinya para pemilih pemula sekaligus menempatkan kembali Ganjar sebagai bakal capres yang paling tinggi elektabilitasnya pada kalangan ini.
Dalam peta persaingan, kembalinya para pemilih pemula ini terbilang positif dan dapat dijadikan pijakan bagi Ganjar guna mempertahankan keunggulannya.
Dari segi jumlah, pemilih mula bisa jadi tidak terlalu signifikan besarnya dibandingkan dengan mereka yang sudah punya pengalaman dalam memilih pada pemilu. Merujuk pada Daftar Pemilih Tetap Pemilu 2019, jika dikalkulasi, mereka yang berada pada rentang usia 17-21 tahun diperkirakan berada pada kisaran 10-12 persen.
Dengan proporsi sebesar itu, jika diasumsikan tidak akan banyak berubah proporsinya pada Pemilu 2024, suara pemilih mula tentu saja menjadi semakin penting.
Dalam kondisi persaingan yang sangat kompetitif, kemenangan ataupun kekalahan bisa terjadi lantaran penguasaan faktor pemilih mula.
Pengamat soroti alasan Anies Baswedaan gandeng Cak Imin
Keputusan Anies Baswedan gandeng Cak Imin kini disorot Direktur Nusakom Pratama Institute, Ari Junaedi.
Didiga, penunjukan Muhaimin Iskandar sebagai pendamping Anies Baswedan tak lepas dari besarnya suara PKB.
Menurut survei terbaru Litbang Kompas, PKB mengantongi elektabilitas 7,6 persen.
Angka tersebut menempatkan PKB di urutan ketiga partai dengan elektabilitas terbesar setelah PDI Perjuangan dan Partai Gerindra, melampaui Partai Golkar dan Partai Demokrat.
Selain itu, pemilih PKB mayoritas datang dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) yang tersebar di Jawa Timur, wilayah yang belum dikuasai oleh Anies Baswedan.
Oleh karenanya, Ari menduga, dengan menggandeng Muhaimin Iskandar, Anies Baswedan berharap mampu menambal suaranya yang lemah di wilayah tersebut.
“Saya menganggap langkah Nasdem menggaet Cak Imin sebagai pendamping Anies tidak terlepas dari potensi suara tapal kuda di Jawa Timur dan basis-basis PKB di mana pun berada,” kata Ari kepada Kompas.com, Jumat (1/9/2023).
Selain itu, Ari menduga, Nasdem memanfaatkan situasi politik terkini.
Di mana Muhaimin Iskandar dan PKB merasa terancam karena Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) merapatkan barisan ke koalisi pendukung Prabowo Subianto.
Sebab, dengan bergabungnya Golkar dan PAN, peluang Cak Imin menjadi cawapres Prabowo semakin kecil, lantaran harus bersaing dengan Menteri BUMN Erick Thohir yang disodorkan oleh PAN.
“Saya anggap sebagai spekulatif politik, Nasdem memanfaatkan betul suasana kebatinan Cak Imim dan PKB yang merasa terbuang usai Golkar dan PAN merapat serta menguatnya nama Erick Thohir sebagai cawapresnya Prabowo,” ujar pengajar Universitas Indonesia tersebut.
Sebagaian artikel ini telah tayang di TribunKaltim.co
Berita tentang Pemilu 2024 lainnya