"Tolonglah dikasih peluang, kasihan juga kan berharap ibarat kata jumlahnya enggak seberapa mereka berharap, sekarang cari kerja susah," kata Bu Lilis.
"Yang penting petugasnya dikasih ketertiban, teratur, kasih peraturan yang bagus. Daripada kayak gini, kasihan," imbuhnya.
Baca juga: Segini Honor Pekerja Sortir dan Lipat Surat Suara Pemilu 2024 di Trenggalek, Ada Dua Golongan
Sementara itu Ketua KPU Jakarta Barat, Endang Istianti membenarkan bahwa Lilis memang datang ke tempat sortir lipat surat suara pada tanggal tersebut.
Wanita yang akrab dipanggil Isti ini menerangkan bahwa Lilis tidak diizinkan masuk untuk melipat surat suaranya.
"Petugas yang bertugas hari itu melihat Bu Lilis pagi itu datang. Ikut antrean sebagai petugas sortir lipat, tapi tidak kami terima. Jadi, dia keluar," kata Isti, Jumat (12/1/2024).
Sehingga, Isti menyebut, nama Lilis tidak masuk dalam daftar petugas sortir lipat surat suara.
Isti menyebut bahwa satu dus kotak suara presiden dan wakil presiden berjumlah 2.000 buah, bukan 1.000.
"Jadi Bu Lilis kemarin tidak melipat PWP (kertas suara presisen-wakil presiden), kalau dia cerita kemarinnya lagi, PWP baru mulai kemarin. Hari sebelumnya itu DPRR Dapil 9," jelas Isti.
"Mungkin yang diceritakan Bu Lilis adalah proses dia sebelumnya dan tapi soal gaji kami ini enggak pernah telat. Semua yang mengerjakan pasti dibayar," terang Isti.
Isti membenarkan bahwa Lilis pernah menjadi petugas sortir lipat di GOR Kebon Jeruk saat pelipatan surat suara Dapil III.
Namun Isti tidak membeberkan secara rinci alasan Lilis tak lolos masuk menjadi petugas sortir lipat di GOR Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Menurut Isti, warga yang tak bisa lolos menjadi petugas sortir lipat karena beberapa faktor.
Salah satunya, karena kapasitas ruangan dan tidak memenuhi kriteria cepat.
"Pertama kami ada keterbatasan tempat, kemarin 506 yang melipat dan itu sudah sangat penuh."
"Yang kedua kami mempertimbangkan aspek kecepatan, karena kami kan mengejar target," ungkap Isti.