"Dan itu sudah kami pastikan, pasti akan terjadi banjir karena intensitas tinggi hujan di atas, bukan di Kota Malang. Semua kegiatan penanganan banjir yang saya lakukan berdasarkan master plan rencana induk yang sudah saya sampaikan saat menjabat sebagai Pj Wali Kota Malang," tegas Wahyu.
Sekadar informasi, dalam dokumen master plan itu, berisi perencanaan penanganan banjir yang ditargetan rampung pada 2028.
DPRD Kota Malang sempat mengklarifikasi bahwa target tersebut kemungkinan besar bisa terealisasi pada 2029 karena rencana penganggaran molor.
Master plan penanganan banjir sudah disusun sejak wali kota dijabat oleh Sutiaji.
Penanganan banjir dilakukan secara bertahap.
Pada 2024, alokasi anggaran untuk mengatasi banjir sebanyak Rp 353.771.604.232.
Pada 2025, ada alokasi anggaran sebanyak Rp 657.986.979.159.
Perencanaan pada 2026, dianggarkan sebanyak Rp 210.226.585.207 dan 2027 sebanyak Rp 122.430.496.685.
"Setelah saya terkaget-kaget dengan jumlah pohon itu, saya juga terkaget-kaget drainase kita. Masyaallah. Tadi kita lihat, banyak sekali sampah botol," keluh Wahyu.
Wahyu berharap partisipasi masyarakat tumbuh untuk bisa mengatasi banjir.
Persoalan sampah menjadi hal yang serius berkaitan dengan penanganan banjir di kawasan Jalan Sukarno-Hatta.
"Ya kalau dari DLH sendiri, secara kewenangan istilahnya garda terdepan masalah kebersihan. Sampah yang ada di saluran ini, secara inisiasi diambil oleh PU perannya," ujarnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, Noer Rahman menyatakan cukup sulit mengajak masyarakat agar tidak buang sampah sembarangan.
Masih banyak warga yang buang sampah ke drainase dan bahkan ke sungai.
Rahman menyayangkan tindakan itu meskipun yang melakukan hanya satu atau dua orang saja.