Berita Viral

Mediasi Gagal, Juladi Kini Diminta Warga Pergi dari Wilayah Sri Rejeki karena Anjing

Penulis: Alga
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DIMINTA ANGKAT KAKI - Juladi Boga Siagian kini diusir. Warga RT 07/ RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor, Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah, pasang banner untuk Juladi, Selasa (5/8/2025).

"Beberapa warga melapor bahwa situasi di sana sudah tidak kondusif. CCTV juga sempat dirusak."

"Jadi kami tutup untuk menjaga ketertiban," tegasnya.

Baca juga: Tilap Rp3,7 M dari PDAM, Cara Culas Staf Terbongkar dari Laporan Akhir Tahun, Dilakukan Bertahap

Untuk diketahui, video bocah berinisial JIS (7) terpaksa berangkat sekolah menyusuri sungai karena lahan yang biasa dia lalui ditutup, sempat viral di media sosial.

Lahan yang ditutup tersebut merupakan milik Sri Rejeki.

Pemilik lahan terpaksa menutup akses tersebut karena orang tua si bocah dianggap mengganggu warga sekitar.

Juladi rupanya disebut-sebut personal yang problematik di lingkungan tersebut.

Meski telah menetap lama sejak tahun 2011, menurut penuturan warga, Juladi sering membuat masalah.

Belakangan terkuak jika warga sempat membuat surat pernyataan keberatan dengan beberapa catatan.

Keluhan tersebut dilayangkan kepada Zaenal Choridin selaku pemilik tanah tersebut.

Beberapa catatan tersebut mulai dari mencabut portal Covid-19 tanpa seizin warga hingga tidak pernah ikut dalam kegiatan warga seperti kerja bakti, melayat, hingga sosialisasi.

Juga disebutkan bahwa yang bersangkutan melakukan ancaman fisik kepada warga lain.

Bocah berinisial JIS (7), siswa kelas II SDN 01 Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, berangkat ke sekolah melewati sungai karena akses jalan rumahnya ditutup pemilik lahan, Sri Rejeki. (Instagram/im.semarang_official)

Sebagai gambaran, rumah kecil Juladi Boga Siagian berada di tepi aliran sungai.

Akses yang biasa dilaluinya seukuran pintu rumah seukuran 1 meter, sementara ini ditutup.

"Satu-satunya jalan untuk saya keluar rumah sekarang hanya lewat sungai. Anak saya juga harus lewat situ kalau mau sekolah," tutur Juladi.

Saat ditemui dirumahnya, Juladi masih menjalankan rutinitasnya memilah-milah barang bekas, bekerja sebagai pemulung.

Dengan akses utama yang tertutup, satu-satunya jalan yang bisa dilalui hanyalah jalur sungai yang licin dan berbahaya.

Bahkan saat awak media akan meninggalkan rumahnya, Juladi memandu agar para awak media tidak kejatuhan kotoran dari saluran kakus di rumah milik warga lain.

"Hati-hati mas, lewat sini agar tidak kejatuhan kotoran," katanya sambil menunjuk sebuah paralon besar.

Berita Terkini