Bertaruh Nyawa Demi Rp7.500, Syamsul Rela Panjat Pohon 25 Meter, Tak Pernah Dapat Bantuan Pemerintah

Penulis: Alga
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BERTARUH NYAWA DEMI BIAYA HIDUP - Syamsul memanjat bambu untuk berpindah antar pohon lontar dengan ketinggian 25 meter di Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan. Ia membuat tikar bersama istrinya untuk dijual sebagai biaya hidup, Minggu (24/2025).

TRIBUNJATIM.COM - Demi menghidupi keluarganya, seorang ayah di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, setiap hari mempertaruhkan nyawanya di ketinggian 25 meter.

Saat menceritakan pekerjaannya, mulut Syamsul Anam Riyadi (40) berucap lirih, "Rasa khawatir saya tidak sebanding dengan kebutuhan mereka."

Pekerjaan berisiko tersebut rela dilakukan demi memastikan asap dapur tetap mengepul dan ketiga putrinya bisa bersekolah.

Baca juga: Daftar Kontroversi Bu Guru Harmini selama Mengajar, Merokok di Kelas sampai Ancam Cekik Siswa SD

Bagi Syamsul, pilu bukan lagi sekadar perasaan, melainkan rutinitas yang ia jalani selama tiga tahun terakhir.

Sejak tahun 2021, ia tak pernah lagi merasakan hangatnya tidur satu atap bersama ketiga anaknya.

Malam selalu datang dengan kerinduan yang menyesakkan.

Rumah yang dulu menjadi saksi tawa anak-anaknya, kini hanya tumpukan puing yang tak mampu lagi memberi teduh.

"Sejak tahun 2020, rumah saya memang sudah rusak, tapi masih ditempati. Setahun kemudian ambruk dan sudah berbahaya jika ditempati," ucap Syamsul pada Minggu (24/8/2025).

Sebagai gantinya, ia dan istrinya, Julaeha (38), mendirikan sebuah 'rumah' sementara di Desa Kertagena Laok, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, Jatim.

Rumah tersebut berupa sebuah gubuk sempit seluas empat meter persegi, dengan dinding anyaman bambu dan atap terpal.

Di sinilah mereka berdua berteduh setiap malam. 

Setiap malam, ketiga anak mereka, Nur Aini (21), Ilza Matul Musyarofah (14), dan si bungsu Erliza Ayuni Ramadiyanti yang baru berusia 7 tahun, dititipkan ke rumah saudara yang lebih layak, agar bisa beristirahat nyaman.

"Saya sudah berusaha keras mencari uang untuk buat rumah. Tapi hanya cukup untuk makan sehari-hari," tuturnya.

Setiap pagi, Syamsul menjadi penantang maut.

Tanpa seutas tali pengaman, otot-otot lengan dan kakinya menjadi satu-satunya jaminan.

Syamsul memanjat bambu untuk berpindah antar pohon lontar dengan ketinggian 25 meter di Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan (Repro bidik layar Wahyudi via Kompas.com)
Halaman
1234

Berita Terkini