Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Bu Guru Siska Rela Potong Gaji Kecilnya Demi Anak Broken Home, Tak Mau Pusing Diejek Sok Pintar

Seorang guru bernama Siska Yulianti belakangan jadi sorotan karena merelakan gaji untuk kebutuhan keluarganya demi membangun sebuah rumah baca.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.COM/Dokumentasi Siska
PENGABDIAN BU GURU - Siska Yuliana, pendiri Rumah Ceria Naomi yang memfasilitasi anak-anak Desa Bunder, Kabar, Banyuwangi untuk meningkatkan literasi mereka. Siska berbagi cerita ketika dirinya melakukan pemotongan gaji demi murid-muridnya. 

TRIBUNJATIM.COM - Literasi baik menjadi kunci bagi Siska Yuliana seorang guru honorer di sebuah sekolah.

Meski berstatus hanya sebagai guru honorer, dengan gaji seadanya, Siska Yuliana tetap memikirkan orang lain.

Kepedulian Siska Yuliana lahir ketika melihat kondisi anak-anak yang terdampak Broken Home.

Dirasa punya kebiasaan screen time berlebihan, Siska Yuliana terpikir meningkatkan literasi anak-anak korban orang tua tersebut.

Siapa sebenarnya Siska Yuliana dan seperti apa kisahnya?

Siska Yuliana adalah seorang guru honorer sebuah madrasah swasta yang mengabdikan hidupnya untuk peningkatan literasi anak-anak di desanya, di Desa Bunder, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur.

Wanita 29 tahun itu mempelopori Rumah Baca Antogan pada tahun 2016 yang berganti menjadi Rumah Ceria Naomi pada 2019.

Rumah baca yang difokuskan untuk menjadi tempat jujugan anak-anak desa memperluas pengetahuan mereka.

"Berawal dari les-lesan yang saya dirikan. Sejak SMA, saya suka anak kecil dan mereka sering ke rumah. Lalu dilanjutkan dengan pendirian rumah baca untuk anak-anak," kata Siska.

Baca juga: Sosok Perdana Menteri Baru Nepal Setelah Demonstrasi Besar Warga, Dipilih Berdasarkan ChatGPT

Di rumah baca Antogan, rumah baca yang terinspirasi dari ikon wisata desa, Siska pelan-pelan membangun ruang bagi anak-anak untuk bertumbuh dengan berbagai buku bacaan.

Tujuan utamanya, menjaring anak-anak dari keluarga broken home yang terinspirasi dari kisah hidupnya sendiri.

Dan meluas ke anak-anak desa yang lainnya.

"Kami bermain, les hingga membangun bakat. Rumah mungil ini kadang menjadi pentas bakat menari hingga wayang," tuturnya.

Dia merasakan keprihatinan terhadap anak-anak yang dalam kesehariannya hanya dijejali ponsel, dan berharap buku dapat lebih membantu anak-anak untuk berkembang.

Selain itu, stigma anak broken home sebagai anak nakal pun ingin ditepisnya.

Dengan memfasilitasi anak-anak untuk bertumbuh yang kemudian justru menjadi tempat para orangtua menitipkan kepercayaan bagaimana perkembangan anak-anaknya.

"Saya sampai mikir, apa saya tempatnya penitipan anak," kelakar lulusan S1 Bahasa Indonesia Universitas Jember tersebut.

Baca juga: Anggota DPR RI Nila Yani Gelar Turnamen Futsal SMP dan SMA se-Kabupaten Gresik, Jaring Bibit Muda

Kepercayaan dari para orang tua itu yang kemudian membuatnya teguh ketika berada di titik rendah, bahkan ketika ia pernah berniat mengakhiri program rumah baca yang ia dirikan.

Sebab, perjuangan Siska tidaklah mudah.

Setiap harinya, ia mengajar di sekolah dari pagi hingga siang, sore mengajar sebagai guru ngaji, dan malamnya ia menjalankan program rumah baca sembari menghabiskan waktu bersama keluarga.

Namun ia menjalani itu semua dengan ikhlas, bahkan rela menyisihkan rejeki lebih yang diperoleh keluarganya untuk keberlangsungan rumah baca tersebut.

"Dari (uang) saya pribadi, lalu setelah berjalan kemudian alhamdulillah ada dari iuran relawan juga. Kita cuma mengandalkan saya yang punya atau relawan," tuturnya.

Siska Yuliana, pendiri Rumah Ceria Naomi yang memfasilitasi anak-anak Desa Bunder, Kabar, Banyuwangi untuk meningkatkan literasi mereka. (KOMPAS.COM/Dokumentasi Siska)
Siska Yuliana, pendiri Rumah Ceria Naomi yang memfasilitasi anak-anak Desa Bunder, Kabar, Banyuwangi untuk meningkatkan literasi mereka. (KOMPAS.COM/Dokumentasi Siska) ()

Misalnya untuk mainan, Siska merogoh koceknya sendiri untuk membeli mainan untuk anaknya yang saat ini duduk di kelas TK B, yang kemudian ia ikhlaskan juga sebagai mainan di rumah baca yang digunakan untuk anak-anak lain bermain.

Namun demikian, ia tak ingin menjadikan itu sebagai penghambat, sebab motivasi utamanya adalah yang terpenting bisa bermanfaat untuk lingkungan.

"Motivasi saya adalah kepercayaan orang-orang yang diberikan kepada saya meskipun kalau di desa juga banyak yang tidak paham saya sebagai penggerak," ujarnya.

Baca juga: Capek Naik Turun Tangga JPO Buat Warga Malang Pilih Terobos Jalan Ramai untuk Menyeberang

Masyarakat desa di sekitar lingkungannya belum memahami meski ia telah melakukan banyak hal, tak jarang hembusan negatif pun dialamatkan kepadanya.

Anggapan sok pintar atas gerakan yang dilakukannya seperti menjadi kerikil pada langkah kaki yang sedang ia jalankan. Tapi Siska kini memilih enggan ambil pusing.

Ia teguh akan fokus untuk berbuat baik dan bermanfaat untuk orang lain terutama masyarakat desa di mana dia tinggal.

"Dalam 24 jam saya, setidaknya saya bermanfaat untuk orang lain," ucapnya.

Baca juga: Penonton Curhat Soal Video Program Presiden Prabowo di Bioskop, Kecewa: Ngerusak Mood

Kisah menarik lainnya adalah perjuangan Bu Guru Retno.

Retno, bukan nama sebenarnya, memiliki pekerjaan sampingan sebagai seorang Lady Ojek Online (Ojol).

Retno mendaftar sebagai ojol di salah satu aplikator sejak tahun 2018 karena faktor ekonomi.

Dia membutuhkan uang tambahan karena gajinya sebagai guru honorer tak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Dulu masih honorer, belum ada pengangkatan,” tutur Retno kepada Kompas.com saat di Surabaya, pada Selasa (20/5/2025).

Dia juga seorang single parent yang membesarkan dua anaknya yang bersekolah kelas 1 SMP dan 1 SMA.

Baca juga: 5 Artis Pernah Jadi Sopir Ojek, Sosoknya Disorot di Tengah Demo Ojol, Kalau Malu, Gak Makan

Sehingga, selepas mengajar di sekolah SD pukul 15.00 WIB, dia beralih menjadi ojol.

Selama mengajar di salah satu sekolah SD di Malang, Retno juga melanjutkan pendidikannya S2 jurusan PGSD di Universitas Negeri Malang.

“Dulu masih Covid-19, bawa orderan sambil kuliah jadi offcam,” terangnya.

Di awal menjalani pekerjaan sebagai Lady Ojol, Retno mengaku pernah bisa mendapat upah kotor sekitar Rp 500.000 per hari.

Nominal tersebut dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Hingga akhirnya, dia memutuskan untuk ikut tes PPG (Program Pendidikan Profesi Guru) dan dinyatakan lolos.

Dia juga lolos tes persyaratan untuk jabatan kepala sekolah.

“Kemarin juga sempat tes untuk jadi kepala sekolah, ada kesempatan pendaftaran, sekali coba Alhamdulillah lolos. Cuma belum secara resmi ya, karena ada tahapan-tahapan untuk pengangkatan,” jelasnya.

KISAH LADY OJOL - Ilustrasi helm yang dipakai ojek online.
KISAH LADY OJOL - Ilustrasi helm yang dipakai ojek online. (Pinterest)

Baca juga: Tak Ikut Demo ke Jalan, Driver Ojol di Malang Matikan Aplikasi: Solidaritas Dukungan

Di sela-sela kesibukannya menjadi Lady Ojol, seorang guru, dan ibu rumah tangga, Retno tak pernah melupakan pendidikannya.

Di usianya yang ke 40 tahun, dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S3 dari Universitas Terbuka.

“Insya Allah saya akan terima tawaran itu, tapi tetap sambil ngojol nanti. Sayang kalau dimatikan, bisa kena suspend,” tuturnya.

Dia pun mengajarkan anaknya untuk tidak bersikap manja.

Sosok kemandirian dia ajarkan kepada buah hatinya saat mulai memasuki fase remaja.

“Mereka sadar sendiri, kalau mau apa-apa, berusaha sendiri. Kadang akun Shopee Food saya dipakai dan pendapatannya ya buat dia sendiri,” tuturnya.

Dia tak menyangka bisa sampai ke titik ini.

Baginya, hidup adalah sesuatu hal yang susah untuk ditebak.

Setiap hari ada keajaiban yang datang memberikan harapan.

“Jangan pernah berhenti belajar karena pendidikan sangat penting, jangan pernah bosan untuk selalu mencari ilmu karena ilmu nggak ada batasnya,” pesannya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Berita Viral dan Berita Jatim lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved