Kiprah Qorry Nurul Hidayah, Wanita Bondowoso 19 Tahun Jadi Guru SLB dan Mahir Bahasa Isyarat: Ikhlas
Menjadi guru untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) tak pernah terlintas di benak Qorry Nurul Hidayah saat muda dulu.
Penulis: Sinca Ari Pangistu | Editor: Sudarma Adi
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu
TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO - Menjadi guru anak berkebutuhan khusus (ABK) tak pernah terlintas di benak Qorry Nurul Hidayah saat muda dulu.
Namun siapa sangka wanita yang kini berusia 42 tahun asal Desa Kembang, Kecamatan Bondowoso itu, justru terhitung telah 19 tahun mengabdikan diri mengajar anak ABK. 16 tahun mengajar di SMALB, dan sejak 2021 berpindah ke SDLB.
Berawal pada tahun 2006 lalu, wanita akrab disapa Qorry itu tengah mencari pekerjaan dengan waktu tugas yang fleksibel. Karena harus menemani ayahnya yang harus berobat cuci darah dua kali dalam sepekan.
Dia mendapatkan informasi lowongan pekerjaan sebagai guru di SMA LB, di Desa Pancoran, Bondowoso. Sempat ragu untuk mendaftar. Karena merasa tak se linier dengan pendidikannya yang merupakan lulusan Sarjana Teknik Sipil di Universitas Jember kala itu.
Baca juga: Gara-gara Bakar Sampah, Dapur Rumah Warga Bondowoso Malah Ikut Terbakar
Namun bertekat demi mengobati orang tua. Ia pun tetap mendaftarkan diri sebagai guru Sukwan di SMA LB. Menanggalkan pekerjaan lamanya sebagai seorang kontraktor.
"Dapat info, ada lowongan sebagai guru di SMA LB. Sukwan waktu itu saya ambil akhirnya," kenang Qorry, dikonfirmasi Selasa (9/9/2025).
Ia mengaku tak punya basic apa pun terkait bahasa isyarat. Beruntung dia belajar secara langsung pada para murid-muridnya. Ditambah, dia belajar dari buku. Perlahan, dia pun mahir.
Bahasa isyarat dinilainya adalah ilmu yang tak bisa hanya dipelajari saja. Namun, harus praktek.
"Awalnya learning by doing setiap hari ketemu anak," ujarnya.
Selama mengajar, Qorry mengaku sangat menikmati betul profesi itu. Bukan hanya karena waktu yang fleksibel. Namun, murid-muridnya mengajarkan banyak hal dari keterbatasan mereka.
Kian jatuh hati mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Qorry memutuskan untuk kuliah lagi di S1 pendidikan luar biasa, dan S2 pendidikan luar biasa di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Statusnya sebagai sukwan pun kini telah menjadi ASN.
Dia mengaku memang mengajar anak disabilitas tidaklah mudah. Kurikulum yang diajarkan yakni pendidikan khusus dan kurikulum umum. Kemudian, ada juga program khusus untuk ABK seperti mengajarkan anak hambatan penglihatan dengan OMSK - orientasi mobilitas, sosial dan komunikasi.
Belum lagi setiap kelas ada rombongan belajar yang berisi berbagai macam ketunaan namun bisa disandingkan.
Tantangan paling berat, ketika harus mengajar satu anak yang memiliki lebih dari satu disabilitas. Seperti, seorang anak tuna rungu tapi juga tuna grahita.
"Itu mengajarnya kan ekstra," ungkapnya.
Baca juga: Pria Bondowoso Sulap Kulit Kopi Jadi Wine Cascara, Punya Rasa Unik Khas dengan Manis Madu dan Buah
Meski tak mudah, Qorry mengaku sangat senang mengajar siswa-siswanya. Karena, setiap hari bertemu dengan murid yang membuat rasa syukur bertambah.
"Tanpa mereka, saya tidak akan bisa mengembangkan ide-ide terpendam. Dengan mereka, saya mengais pahala dan belajar tentang keikhlasan dan kesabaran," ujarnya.
Menurut Qorry, mereka juga yang menginspirasinya membuat banyak karya. Seperti membuat film tentang anak dengan hambatan penglihatan yang menjadi juara 1 kategori video pendek dalam ajang GCC Batch 3.
Kemudian, menginspiasi kelompok belajar mengajar (KBM) bersama siswa hambatan pendengaran yang kesulitan mengenal sejarah hingga membuat video tourism pada GCC Batch 4 dan mendapatkan juara 2.
"Terakhir kemaren Alhamdulillah menjadi top 30 karya inovasi EJIES 2025 ITS dan jawa pos, media yg saya angkat juga terinspirasi dari murid-murid saya di sekolah," jelasnya.
Belum lagi, berkat belajar bahasa isyarat. Qorry juga kerap diundang dalam berbagai acara Pemerintah dan Kepolisian di Bondowoso sebagai penerjemah bahasa isyarat.
Ia menerangkan, saat ini dirinya prihatin dengan murid-muridnya yang terkendala biaya dan transportasi. Hingga membuat mereka terkadang hanya masuk sekolah satu minggu sekali.
"Duka lainnya, keprihatinan tentang bullying kepada ABK, anak SLB dianggap anak yg lemah dan tidak pnya masa depan. Padahal setiap ABK punya kelebhan dan keistimewaannya masing-masing," pungkasnya.
guru anak berkebutuhan khusus (ABK)
Qorry Nurul Hidayah
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
bahasa isyarat
Bondowoso
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Rumah Kosong di Nganjuk Disegel Satpol PP, Berubah Jadi Kos Jam-jaman |
![]() |
---|
Hotman Paris Minta Prabowo Ingat Persahabatan Jaman Susah Bareng usai Ditolak Istana untuk Bertemu |
![]() |
---|
Fungsi KTP Pink untuk Apa? ini Perbedaan KTP Pink dan Biru hingga Cara Membuat |
![]() |
---|
Reaksi Istri setelah Komika Rigen Tak Sengaja Pencet Repost Video Davina Karamoy |
![]() |
---|
Ketua DPD Demokrat Jatim Emil Dardak Minta Kader Jaga Sikap dan Harus Peka Kondisi Masyarakat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.