Ecoton Soroti Sampah Rumah Tangga di Jombang Yang Tak Terangkut Cemari Sungai
Persoalan sampah di Jombang kembali menjadi sorotan serius. Lembaga pegiat lingkungan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton)
Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Anggit Pujie Widodo
TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG - Persoalan sampah di Kabupaten Jombang kembali menjadi sorotan serius. Lembaga pegiat lingkungan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) menilai sistem pengelolaan sampah di daerah ini masih jauh dari kata maksimal.
Berdasarkan catatan Ecoton, jumlah sampah yang dihasilkan warga Jombang setiap hari mencapai sekitar 530 ton. Namun, kapasitas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) hanya mampu mengangkut 157 ton, atau sekitar 29,6 persen dari total produksi sampah harian.
Artinya, lebih dari 70 persen sampah tidak tertangani dengan baik dan banyak yang akhirnya berakhir di sungai maupun dibakar masyarakat.
“Realitanya, sampah rumah tangga yang tidak terangkut ini seringkali dibuang sembarangan dan mencemari Sungai Brantas hingga Surabaya,” ucap peneliti Ecoton, Amiruddin Muttaqin saat dikonfirmasi melalui sambungan seluler pada Senin (29/9/2025).
Amiruddin menekankan, masalah ini tidak bisa hanya ditangani DLH semata. Kesadaran warga harus dibangun mulai dari pemilahan sampah di rumah tangga. Menurutnya, figur pemimpin daerah juga harus memberi contoh nyata.
“Keteladanan seperti ini bisa memotivasi masyarakat untuk melakukan hal yang sama,” ungkapnya.
Ia menyebut, kepemimpinan yang kuat akan mendorong masyarakat meniru dan menjadikan budaya pemilahan sampah sebagai kebiasaan baru.
Selain itu, Ecoton mendorong pemerintah desa ikut serta dalam pengelolaan sampah. Desa diminta mengalokasikan anggaran untuk program lingkungan, seperti bank sampah, toko isi ulang, atau kelompok sosial yang bergerak di bidang edukasi sampah.
“Kalau desa tidak terlibat, maka beban terus tertumpu pada DLH. Padahal kapasitas mereka sangat terbatas. Desa perlu menjadi ujung tombak,” tegas Amiruddin.
Ia juga menekankan pentingnya membentuk paguyuban atau komunitas tingkat desa yang bisa mengawasi sekaligus memberi edukasi warga soal sampah.
Menurut Ecoton, akar persoalan sampah di Jombang bukan hanya soal teknis, melainkan juga kurangnya keteladanan dan kepemimpinan.
Baca juga: APBD Jombang 2026 Defisit Rp 109,5 Miliar, Belanja Daerah Tembus Rp 2,6 Triliun
Mereka menilai Bupati harus segera mengambil langkah nyata dengan memberi instruksi tegas kepada desa serta mencontohkan pengelolaan sampah dari rumah tangganya sendiri.
“Jika pemimpin daerah tidak serius, maka Jombang akan terus menumpuk sampah setiap harinya. Kondisi ini bisa menunjukkan kegagalan pemerintah daerah dalam menjaga lingkungan,” pungkasnya.
Persoalan sampah masih menjadi tantangan besar bagi Kabupaten Jombang. Setiap harinya, timbunan sampah mencapai sekitar 530 ton.
Belasan Rumah di Bondowoso Rusak Diterjang Angin Kencang, Genteng Berjatuhan Hingga Pohon Tumbang |
![]() |
---|
APBD Jombang 2026 Defisit Rp 109,5 Miliar, Belanja Daerah Tembus Rp 2,6 Triliun |
![]() |
---|
4 Remaja Terlibat Kerusuhan di Kediri Dituntut Dua Bulan Penjara |
![]() |
---|
Belasan Hektar Lahan Pertanian di Balongbendo Sidoarjo Nyaris Gagal Panen |
![]() |
---|
Gratis! Job Fair Inklusif 2025 Digelar di Surabaya, Ada 163 Lowongan Untuk Penyandang Disabilitas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.