Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

BMKG Dhoho Kediri Imbau Warga Waspada Panas Terik Akibat Gerak Semu Matahari di Masa Pancaroba

BMKG Dhoho Kediri mengingatkan masyarakat akan fenomena panas terik yang terjadi akibat gerak semu matahari

Penulis: Isya Anshori | Editor: Samsul Arifin
TribunJatim.com/Isya Anshori
GERAK MATAHARI SEMU - Ilustrasi. Suasana siang hari di kawasan Simpang Tiga Mengkreng Purwoasri Kabupaten Kediri, Jawa Timur. 

Poin Penting : 

  • BMKG Dhoho Kediri mengingatkan masyarakat akan fenomena panas terik yang terjadi akibat gerak semu matahari
  • Fenomena panas terik di Kediri dipicu oleh gerak semu matahari dan minimnya tutupan awan
  • Dalam periode ini, posisi matahari tampak melintas tepat di atas wilayah Indonesia sehingga intensitas radiasi sinar matahari

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Isya Anshori

TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI - BMKG Dhoho Kediri mengingatkan masyarakat akan fenomena panas terik yang terjadi akibat gerak semu matahari dan minimnya tutupan awan di masa peralihan musim.

Kondisi ini membuat suhu terasa lebih menyengat dan berisiko menimbulkan gangguan kesehatan seperti heatstroke.

Fenomena itu menyebabkan suhu udara terasa semakin menyengat beberapa hari terakhir di wilayah Kediri dan bukan semata akibat musim kemarau. 

Ketua Tim Kerja Meteorologi Publik BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Dhoho Kediri, Satria Krida Nugraha menjelaskan bahwa setiap tahun Indonesia mengalami dua fase gerak semu matahari. Fase pertama terjadi pada Maret hingga Mei, dan fase kedua pada Juni hingga Agustus. 

Dalam periode ini, posisi matahari tampak melintas tepat di atas wilayah Indonesia sehingga intensitas radiasi sinar matahari meningkat tajam.

Baca juga: Suhu Turun dan Ada Hujan di Hampir Semua Daerah, Simak Ramalan Cuaca Jatim Rabu 22 Oktober 2025

"Yang kita rasakan saat ini lebih panas karena sedang masa peralihan dari kemarau ke hujan. Curah hujan belum tinggi, tutupan awan sedikit, sehingga sinar matahari langsung mengenai permukaan bumi," kata Satria saat dikonfirmasi, Selasa (21/10/2025).

Satria menjelaskan, kondisi langit yang cerah tanpa banyak awan membuat panas matahari terasa lebih menyengat dibanding biasanya. Selain itu, kelembapan udara yang meningkat menjelang musim hujan juga membuat tubuh terasa lebih gerah. 

"Meskipun suhu tercatat sama, misalnya 35 derajat Celsius, ketika kelembapan tinggi, udara terasa lebih panas dan lembap dibanding saat udara kering," imbuhnya.

Satria menambahkan, perubahan pola angin juga turut memengaruhi sensasi panas yang dirasakan masyarakat. Sebelumnya, wilayah Kediri masih dipengaruhi monsun Australia yaitu angin dari selatan yang membawa udara kering. 

Baca juga: Kebakaran Hebat Ludeskan Gudang Alat Pertanian di Kediri, Kerugian Capai Rp400 Juta

Namun kini, kelembapan udara mulai meningkat dan pembentukan awan semakin sering terjadi tanda bahwa transisi menuju musim penghujan tengah berlangsung.

"Kondisi ini wajar di masa pancaroba. Udara siang terasa sangat panas, tapi sore hingga malam bisa turun hujan. Inilah ciri khas masa peralihan," beber Satria.

BMKG Dhoho Kediri mengimbau masyarakat agar berhati-hati terhadap paparan sinar matahari langsung, terutama pada pukul 10.00 hingga 15.00 WIB saat posisi matahari berada di atas kepala dan tingkat radiasi ultraviolet (UV) sedang tinggi. 

"Ketika matahari berada di sekitar ekuator, intensitas sinar UV bisa meningkat dan berdampak jangka panjang pada kulit," ungkapnya.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved