Berita Viral
Sultan HB X Antre Kena Macet di Jalan, Tak Masalah Mobilnya Disalip Rombongan Pengawalan Kementerian
Viral di media sosial rekaman Sultan HB X yang mengantre macet di jalan ketika hendak mendampingi kementerian mengunjungi beberapa titik acara.
Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Sering kali tidak memakai pengawalan khusus, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X kembali viral.
Gubernur DIY itu ternyata memilih untuk ikut mengantre kemacetan di jalan alih-alih menggunakan fasilitas pengawalan 'Tot Tot Wuk Wuk'.
Tingkah Sri Sultan HB X tengah viral kembali dibicarakan di media sosial.
Viral di media sosial video yang menunjukkan mobil milik Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X berhenti dan ikut antre di jalan.
Dalam video tersebut, nampak mobil milik Sultan disusul dengan rombongan mobil lengkap dengan pengawalan.
Suara "Tottot wuk wuk" terdengar saat rombongan dengan patwal itu melintas.
Saat dikonfirmasi, Pranata Hubungan Masyarakat Ahli Madya (Koordinator Humas) IKP Dinas Kominfo DIY, Ditya Nanaryo Aji membenarkan bahwa mobil yang antre dan disusul oleh rombongan patwal adalah milik Sultan HB X.
Ditya mengatakan, saat mobil pribadi Sultan disusul, ia sedang mendampingi Menteri Koordinator (Menko) Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono atau akrab disapa AHY.
Sultan mendampingi AHY di beberapa daerah, salah satunya saat melakukan tinjauan ke Jembatan Pandansimo, Kabupaten Bantul, DIY, Jumat (10/10/2025).
Sultan juga turut mendampingi AHY pada acara kunjungan ke lapangan meninjau pembangunan fasilitas air bersih di Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul pada hari Rabu (8/10/2025).
Baca juga: Kana Ibu Mertua Mbah Tarman Beberkan Video Call Terbaru dengan Anak Menantunya: Dia Tidak Kabur
"Kendaraan tersebut memang milik Sri Sultan HB X,” kata Ditya saat dihubungi, Sabtu (11/10/2025).
Ditya mengatakan, saat itu Sultan mendampingi AHY menggunakan mobil pribadinya.
“Beliau menggunakan kendaraan pribadi saat mendampingi kunjungan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI, Agus Harimurti Yudhoyono," katanya.
Ia juga menyampaikan, selama ini Sultan memang sering tidak menggunakan patwal, bahkan saat kunjungan di kabupaten-kabupaten di DIY Sultan juga tanpa pengawalan.
"Selama ini Beliau memang jarang menggunakan fasilitas pengawalan, baik saat bertugas menuju ke kantor, ataupun saat berkunjung di lapangan," kata Ditya.
Rombongan yang menyusul mobil Sultan itu kemungkinan adalah rombongan dari kementerian.
Namun, untuk memastikannya Ditya mengatakan perlu konfirmasi ke pihak kementerian.
"Kemungkinan besar seperti itu (rombongan kementerian). Tapi untuk pastinya, mungkin lebih tepat jika yang mengonfirmasi pihak dari kementerian," katanya.
Sri Sultan HB X yang rendah hati
Apa sebenarnya yang membuat Sri Sultan Hamengkubuwono X dikenal memiliki sikap rendah hati dan selalu ingin dekat dengan rakyat?
1. Kepemimpinan yang sederhana dan membumi
Salah satu ciri khas Sri Sultan Hamengkubuwono X adalah gaya kepemimpinannya yang jauh dari kesan mewah atau berjarak.
Meski memegang dua peran penting — sebagai Raja Kasultanan Yogyakarta dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta — beliau tetap menampilkan diri sebagai sosok yang membaur dengan masyarakat.
Dalam banyak kesempatan, Sultan tidak segan turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi warga, seperti saat terjadi bencana alam, kegiatan pertanian, atau acara adat.
Sikap ini mencerminkan filosofi kepemimpinan Jawa yang menempatkan pemimpin sebagai pelayan rakyat (manunggaling kawula lan gusti), bukan penguasa yang berdiri di atas mereka.
Kesederhanaannya juga terlihat dalam cara berpakaian dan gaya hidupnya yang tidak berlebihan, sehingga menimbulkan rasa hormat dan kedekatan emosional dari masyarakat Yogyakarta.
2. Kedekatan dengan rakyat dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya
Sri Sultan dikenal aktif menghadiri acara budaya dan kegiatan masyarakat tanpa membedakan kelas sosial atau latar belakang.
Ia sering hadir dalam upacara adat, kegiatan seni tradisional, serta pertemuan rakyat, baik di pedesaan maupun perkotaan.
Dalam kesempatan tersebut, Sultan tidak hanya hadir sebagai tamu kehormatan, tetapi juga ikut berinteraksi langsung, mendengarkan keluhan rakyat, serta memberikan dukungan moral maupun kebijakan.
Kehadiran beliau di tengah masyarakat menunjukkan bahwa seorang pemimpin tidak seharusnya hanya memerintah dari balik meja, melainkan hadir untuk memahami kehidupan rakyatnya.
Sikap ini memperkuat citra Sultan sebagai pemimpin yang ngayomi (melindungi) dan ngayemi (menenangkan) hati masyarakat.
3. Terbuka terhadap kritik dan aspirasi rakyat
Salah satu nilai yang membuat Sultan dihormati adalah keterbukaannya terhadap kritik.
Ia memahami bahwa menjadi pemimpin berarti siap untuk menerima masukan dari rakyat demi perbaikan bersama.
Dalam berbagai kesempatan, Sultan menegaskan bahwa pemerintahannya bukan untuk kepentingan pribadi atau keluarga keraton, melainkan untuk kesejahteraan masyarakat Yogyakarta.
Ia juga sering menggelar dialog publik dan mendengarkan pendapat warga secara langsung, terutama terkait kebijakan daerah.
Sikap ini menunjukkan kerendahan hati seorang pemimpin yang tidak merasa paling benar, melainkan selalu ingin belajar dari suara rakyatnya.
4. Menjunjung tinggi nilai-nilai kejawen dalam kepemimpinan
Sebagai raja Jawa, Sri Sultan Hamengkubuwono X menjadikan nilai-nilai kejawen sebagai pedoman moral dalam setiap tindakannya.
Prinsip seperti ngayomi, ngayemi, dan ngayahi menjadi dasar dalam memimpin — artinya pemimpin harus mampu melindungi rakyatnya, menenangkan hati mereka, serta melayani dengan tulus.
Ia juga menanamkan nilai tepo seliro (tenggang rasa) dan andhap asor (rendah hati) dalam hubungan antar manusia.
Nilai-nilai ini menjadikan gaya kepemimpinan Sultan penuh empati dan jauh dari kesombongan, sehingga wajar bila rakyat merasa dekat dan menaruh hormat yang tinggi kepadanya.
5. Menjadikan jabatan sebagai amanah, bukan kekuasaan
Sri Sultan Hamengkubuwono X selalu menegaskan bahwa jabatan yang diembannya bukanlah sarana untuk berkuasa, melainkan amanah yang harus dijalankan dengan tanggung jawab.
Ia memandang kepemimpinan sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan dan rakyat.
Dalam berbagai pidatonya, Sultan kerap menekankan pentingnya integritas, kerja keras, dan kejujuran dalam mengabdi.
Ia juga menolak bentuk-bentuk penyalahgunaan wewenang, serta berusaha menjaga marwah pemerintahan daerah agar tetap bersih dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Pandangan ini memperkuat citranya sebagai pemimpin yang rendah hati, berprinsip, dan tulus melayani.
6. Konsistensi dan keteladanan pribadi
Keistimewaan Sri Sultan tidak hanya pada ucapannya, tetapi juga pada konsistensi tindakannya.
Selama puluhan tahun memimpin, beliau tidak pernah menampilkan sikap arogan, bahkan tetap menunjukkan empati di tengah tekanan politik maupun sosial.
Keteladanan pribadinya menjadi inspirasi bagi banyak pejabat dan masyarakat luas.
Ia berhasil menunjukkan bahwa kekuasaan tidak harus ditunjukkan dengan wibawa yang menakutkan, melainkan dengan kasih, kebijaksanaan, dan kedekatan hati.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
| Sosok Penjual Bakso Babi yang Tak Pasang Label Non Halal Sejak Tahun 2016, Dulu Dagang Keliling |
|
|---|
| Hukuman Kepsek Syamhudi setelah Habiskan Dana BOS Rp 25 M untuk Beli 11 Bus, Kini Terancam Miskin |
|
|---|
| Viral Istri Suci Kirim Papan Bunga Wisuda ke Mahasiswi Diduga Selingkuhan Suaminya: Dokter Gatal |
|
|---|
| Warung Bakso Babi Puluhan Tahun Jualan Tidak Pasang Tanda Nonhalal, Penjual sempat Keberatan |
|
|---|
| Wabup Tindak Penjual Bakso Babi yang Tak Cantumkan Label Non-Halal, Tempelan HVS 'B2' Dirasa Kurang |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.