Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Ambulans Menyerah Lewat Jalan Berlumpur, Jenazah Terpaksa Dibawa Naik Sepeda Motor ke Rumah Duka

Jenazah yang sebelumnya dibawa menggunakan ambulans, diganti naik sepeda motor karena akses jalan yang sulit.

Penulis: Alga | Editor: Alga W
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
JENAZAH DIANTAR MOTOR - Jenazah seorang warga di Desa Suruh Tembawang saat dibawa menggunakan kendaraan roda dua di Dusun Badat Lama, Desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Senin (3/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Jenazah di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dibawa naik sepeda motor pada Senin (3/11/2025).
  • Jenazah yang sebelumnya dibawa menggunakan ambulans, diganti naik sepeda motor karena akses jalan yang sulit.

TRIBUNJATIM.COM - Jenazah di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dibawa naik sepeda motor pada Senin (3/11/2025).

Potret jenazah dibawa menggunakan sepeda motor itu pun beredar viral di media sosial.

Baca juga: Kisah Wanita Heran Ginjalnya Tiba-tiba Hilang Satu, Bingung saat Ditanya Dokter: Bolak-balik Nyariin

Diketahui, jenazah almarhum meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sanggau.

RSUD Sanggau berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Beringin, Kecamatan Kapuas.

Kemudian, jenazah hendak diantar ke rumah duka.

Namun ketika melewati jalan di Dusun Badat Lama, Desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, jalanan jadi berlumpur.

Sehingga, jenazah yang sebelumnya dibawa menggunakan ambulans, diganti memakai sepeda motor karena akses jalan yang sulit.

Hal itu diketahui dari beberapa unggahan foto di akun Instagram @kembayan_informasi.

Kepala Desa Suruh Tembawang, Toni Kristian, membenarkan kejadian di desanya. 

Bahkan, menurut Toni, dirinya ikut mendampingi jenazah hingga ke rumah duka.

"Benar, saya sendiri mendampingi jenazah dari rumah sakit. Ambulans sempat amblas di beberapa titik karena jalan berlumpur dan licin setelah hujan," kata Toni.

"Akhirnya jenazah dipindahkan dan dibawa pakai motor agar bisa cepat sampai," lanjutnya, Selasa (4/11/2025), melansir Tribun Pontianak.

Toni menceritakan, almarhum sebelumnya dirawat di RSUD Sanggau.

Namun, meninggal dunia setelah menjalani perawatan intensif di ruang ICU. 

Jenazah pun diantar menggunakan ambulans desa.

Dalam perjalanan pulang, ambulans desa berulang kali terjebak di jalan berbatu dan berlumpur.

Ditambah cuaca hujan hujan lebat dan petir melanda desa tersebut. 

"Dengan turunnya hujan tentu mengakibatkan akses jalan yang masih berlumpur dan berbobot batu sungai jadi lebih licin memperlambat jalannya ambulans," jelasnya.

Masih mengutip Tribun Pontianak, Toni mengatakan, di beberapa titik, ambulans sempat amblas dan ditarik secara manual menggunakan tali tambang.

Sesampainya di pusat desa, ambulans tak sanggup lagi membawa jenazah, karena akses jalan rusak parah.

Lantas, keluarga dan warga memutuskan membuat keranjang dari papan untuk memudahkan proses pengantaran jenazah menggunakan motor.

"Jadi diputuskan buat keranjang menggunakan satu buah papan milik warga, agar mempercepat jenazah tiba di rumah duka."

"Maka itu satu-satunya solusi biar jenazah bisa tiba di rumah duka," katanya.

Lebih lanjut, Toni berharap, pemerintah segera memperbaiki akses jalan paralel perbatasan, agar kejadian ini, tak terulang lagi.

"Kami mohon pemerintah lebih serius memperhatikan kondisi jalan di perbatasan ini. Sudah sering warga kesulitan membawa orang sakit atau jenazah karena akses yang parah," harapnya.

Baca juga: Usianya Sudah 110 Tahun, Kakek Nikahi Gadis Berusia 83 Tahun Lebih Muda, Acara Digelar Sederhana

Merespons kejadian tersebut, Ketua DPRD Kabupaten Sanggau, Hendrikus Hengki, mengaku prihatin.

"Saya sangat prihatin dengan kondisi infrastruktur yang seperti ini, saking tertinggalnya infrastruktur di daerah perbatasan sampai jenazah pun 'diojek' menggunakan motor," katanya, Rabu (5/11/2025).

Oleh sebab itu, Hengki berharap, pemerintah pusat dapat merealisasikan daerah otonomi baru yaitu Kabupaten Sekayam Raya, mengingat wilayah Kabupaten Sanggau yang sangat luas.

Dengan begitu, menurut Hengki, jarak rentang pembangunan antara kabupaten induk dengan kabupaten baru bisa terbagi.

Politisi PDI Perjuangan tersebut juga berharap, Pemda segera merealisasikan pembelian alat berat agar kejadian ini tak terjadi lagi di Kabupaten Sanggau.

"Jadi kita ambil yang realita saja mana yang lebih mudah, bagaimana jalan-jalan di daerah ini bisa menjadi jalan yang fungsional dan bisa dilewati masyarakat," ujar dia.

"Kita harap tak ada lagi kejadian-kejadian seperti ini. Ini harapan kita kepada Pemda," harap Hengki.

Ketua DPRD Kabupaten Sanggau, Hendrikus Hengki. Ia berharap kepada pemerintah pusat agar merealisasikan daerah otonomi baru yaitu Kabupaten Sekayam Raya, mengingat wilayah Kabupaten Sanggau sangat luas.
Ketua DPRD Kabupaten Sanggau, Hendrikus Hengki. Ia berharap kepada pemerintah pusat agar merealisasikan daerah otonomi baru yaitu Kabupaten Sekayam Raya, mengingat wilayah Kabupaten Sanggau sangat luas. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Hendri Chornelius)

Kejadian lainnya

Viral aksi sejumlah warga menggotong jenazah melewati aliran sungai yang cukup besar di wilayah Desa Buanajaya, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Dalam video tersebut, terlihat warga berjalan kaki menggotong tandu dari bambu dan kain sarung untuk membawa jenazah.

Kemudian warga bahu membahu menyeberangi aliran Sungai Cimapag karena tidak adanya jembatan untuk menuju pemakaman.

Video tersebut diambil pada Rabu (5/11/2025), ketika warga setempat melakukan prosesi pemakaman.

Kepala Desa Buanajaya, Sudarjat mengatakan, akses tersebut bukanlah akses utama untuk menuju ke tempat pemakaman umum (TPU).

Akan tetapi, apabila melewati jalan lain warga harus memutar lebih jauh dengan jarak kurang lebih 3 kilometer.

"Memang ke situ aksesnya semua tiga RT di situ. Jadi kalau memang jembatan mah lewat berapa kilo, jadi mau gak mau ya harus ke sana," ujarnya kepada wartawan, Kamis (6/11/2025).

Baca juga: Anggotanya Banting PKL saat Razia, Kepala Satpol PP Sebut sebagai Bentuk Pembelaan Diri: Diancam

Sudarjat mengungkapkan, di seberang sungai hanya terdapat area pemakaman dan pertanian warga.

Kondisi tersebut sudah terjadi sejak lama, bahkan, kata dia, sebelum dia menjabat sebagai kepala desa.

Alasan warga memilih akses tersebut meskipun beresiko yaitu karena dapat memangkas waktu dan jarak tempuh.

"Dari dulu udah lama, kalau dulu mah kalinya kecil, sekarang besar. Itu udah kisaran puluhan tahun," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved