Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pakai AI, Anindita Raup Omzet Rp15 Juta Tiap Panen Ikan Nila: Masih Untung

Anindita sukses budidaya ikan nila dengan sistem Bioflok. Berkat bantuan teknologi AI, omzet yang diraih Rp15 juta.

TRIBUN JATENG/IQBAL
KISAH INSPIRATIF - Anindita Ravi Pamungkas (20), mahasiswa semester lima Jurusan Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR) Cepu, menekuni usaha budidaya ikan nila dengan sistem Bioflok. Dalam sekali panen, ia bisa meraup omzet hingga Rp15 juta, Minggu (9/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Anindita menekuni usaha budidaya ikan nila dengan sistem Bioflok yang kini mulai berkembang pesat.
  • Ia belajar secara otodidak, memanfaatkan berbagai sumber informasi dari media sosial, YouTube, hingga kecerdasan buatan (AI). 
  • Dari setiap panen, Anindita mampu meraup omzet antara Rp 3 juta hingga Rp 15 juta.

 

TRIBUNJATIM.COM - Di tengah kesibukannya menempuh pendidikan di bangku kuliah, Anindita Ravi Pamungkas (20) membuktikan mahasiswa juga bisa sukses berwirausaha.

Mahasiswa semester lima Jurusan Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR) Cepu, ini menekuni usaha budidaya ikan nila dengan sistem Bioflok yang kini mulai berkembang pesat.

Bioflok adalah sistem budidaya ikan atau udang yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme (bakteri baik) untuk mengolah limbah organik di dalam kolam menjadi sumber pakan alami bagi ikan.

Dengan kata lain, Bioflok adalah teknologi pengelolaan kualitas air yang mengubah sisa pakan dan kotoran ikan menjadi massa mikroba (flok) yang bisa dimakan kembali oleh ikan, sehingga lebih hemat pakan, ramah lingkungan, dan efisien.

Pemuda asal Desa Palon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora tersebut mulai menekuni budidaya ikan sejak 2023. 

Awalnya, Anindita membudidayakan ikan lele.

Namun setelah melihat banyaknya pembudidaya lele di daerahnya, ia memutuskan beralih ke ikan nila yang dinilai memiliki prospek lebih besar.

“Di Blora itu pembudidaya ikan lele sudah banyak, sementara pembudidaya ikan nila masih sedikit. Jadi saya melihat peluang di sana masih terbuka lebar,” ujar Anindita, Minggu (9/11/2025), dikutip dari Tribun Jateng.

Baca juga: Biasa Kerja Kuli Bangunan, Sudarno Jadi Pedagang Bendera Jelang Agustusan Meski Omzet Turun Rp6 Juta

Baca juga: Awalnya Jualan Nugget Lele 4 Bungkus, Asri Mantan Pegawai Bank Kini Raup Omzet Rp80 Juta Per Bulan

Kegagalan hingga Manfaatkan AI

Meski memiliki peluang besar, budidaya ikan nila ternyata tidak semudah yang dibayangkan. 

Di awal usaha, Anindita sempat mengalami berbagai kegagalan.

“Pernah waktu awal tebar 1.500 ekor ikan nila, dalam waktu kurang dari lima menit semuanya mati. Pernah juga saat ikan sudah siap panen, listrik tiba-tiba padam dan genset lupa saya nyalakan, akhirnya aerator tidak berfungsi dan banyak ikan mati,” ungkapnya.

Kegagalan demi kegagalan tidak membuatnya menyerah.

Ia terus belajar secara otodidak, memanfaatkan berbagai sumber informasi dari media sosial, YouTube, hingga kecerdasan buatan (AI). 

Dari proses itu, Anindita memahami kualitas air menjadi faktor utama keberhasilan budidaya ikan nila.

“Yang paling penting dalam budidaya ikan adalah kualitas air. Karena air yang tidak baik bisa menyebabkan kematian ikan secara tidak wajar dan menurunkan kualitas daging,” jelasnya.

KOLAM NILA - Anindita Ravi Pamungkas (20), saat berada di kolam ikan nila miliknya, di Blora, Minggu (9/11/2025).
KOLAM NILA - Anindita Ravi Pamungkas (20), saat berada di kolam ikan nila miliknya, di Blora, Minggu (9/11/2025). (TRIBUN JATENG/IQBAL)

Baca juga: Pantas Budi Tak Menyesal Resign Jadi Karyawan Bank, Kini Dapat Omzet Rp 30 Juta dari Jualan Susu

Omzet Capai Rp15 Juta

Saat ini, Anindita telah memiliki 17 kolam Bioflok dengan ukuran bervariasi, mulai dari 3 kubik hingga 24 kubik. 

Dalam satu siklus panen sekitar 3,5 bulan, ia mampu menghasilkan ikan nila sebanyak 2 hingga 4 kwintal per kolam.

Hasil panennya dipasarkan ke berbagai tempat, mulai dari kolam pemancingan, warga sekitar, hingga restoran kecil di wilayah Blora.

Untuk harga eceran, ikan nila dijual Rp 33 ribu per kilogram, sedangkan untuk pembelian partai besar Rp 30 ribu per kilogram.

Dari setiap panen, Anindita mampu meraup omzet antara Rp 3 juta hingga Rp 15 juta, tergantung hasil dan ukuran kolam.

Menurutnya, hasil tersebut cukup menguntungkan meski masih berskala kecil.

“Masih untung, karena kalau dihitung biaya listrik dan pakan, margin-nya tetap positif. Saya ingin ke depannya bisa pasok ke restoran besar dan tengkulak skala besar,” katanya.

Ketekunan Anindita menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk berani memulai usaha sejak dini.

Dengan semangat belajar dan inovasi, ia berhasil membuktikan anak muda desa pun dapat menjadi pelaku usaha yang sukses di sektor perikanan modern.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved