Berita Viral
Kesaksian Amad Veteran Perang 10 November Berusia 103 Tahun, Dulu Pencari Tangga untuk Robek Bendera
Inilah sosok Amad, veteran pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang kini berusia 103 tahun.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Ani Susanti
Ringkasan Berita:
- Cerita Amad, veteran pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang kini sudah berusia 103 tahun
- Amad menceritakan detik-detik perobekan bendera Belanda
- Cerita serangan Belanda
TRIBUNJATIM.COM - Inilah sosok Amad, veteran pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang kini berusia 103 tahun.
Seperti diketahui, perang 10 November 1945 menjadi cikal lahirnya Hari Pahlawan.
Amad menjadi satu orang yang ikut berjuang kala itu.
Saat ditemui, Amad bangga mengenakan setelan seragam veteran lengkap dengan pin penghargaan yang berjejer di dada kirinya.
Baca juga: Deni Wicaksono Ajak Generasi Muda Jadikan Hari Pahlawan Momentum Rawat Keberanian dan Perjuangan
Pada saat perang terjadi, usia Amad masih sekitar 20 an.
Ia sebenarnya berasal dari Mojokerto tetapi tinggal di sebuah warung di Surabaya yang sehari-harinya ikut bekerja dan membantu berjualan nasi.
Di Jalan Kedungturi, Surabaya ia bertemu dengan segerombolan anak muda lain yang mengajak untuk merobek bendera Belanda yang berkibar di Hotel Yamato (Sekarang Hotel Majapahit).
“Tanggal 19 September 1945, jam 7 pagi orang-orang di Jalan Kedungturi teriak-teriak anak muda sambil mukul tiang listrik mengajak merobek bendera di Hotel Yamato,” kata Amad, Minggu (9/11/2025), melansir dari Kompas.com.
Amad yang berdiam diri lantas dihampiri oleh beberapa anak muda mengajak untuk merobek bendera Belanda di Hotel Yamato.
Tapi, ada satu hal yang terlintas di pikiran Amad kala itu, tangga.
Bendera berwarna merah, putih, dan biru itu berkibar di salah satu pilar bangunan hotel.
Untuk mencapai sisi itu, pemuda Surabaya harus naik ke beberapa tingkatan struktur bangunan.
“Pas diajak Arek-arek, saya jawab kalau ke situ tinggi, tak carikan tangga dulu. Yang pertama kali mikir nyari tangga, saya,” ucapnya.
Bila melihat sejumlah arsip foto peristiwa perobekan bendera di Hotel Yamato Surabaya, terlihat ada tangga yang dinaiki Arek Suroboyo untuk mencapai ujung pilar bangunan mengambil bendera.
Salah satu foto menunjukkan seseorang berdiri di antara gigi tangga adalah Amad.
“Paling tingginya 6 sampai 7 meter. Saya dibantu Arek-arek untuk naikin ke atas. Terus ada 4 anak yang naik,” ujarnya.
Satu tangga tak mencukupi, Amad berpikir keras untuk mencari tangga tambahan agar Arek-arek bisa mencapai ke ujung tingkatan hotel tiang bendera.
“Saya cari lagi sekitar 10 meter dari hotel dapat 2 tangga lagi, akhirnya mereka naik lagi. Setelah dirobek orang-orang turun ada tembakan 6 kali dari hotel tapi gak tahu arahnya ke mana,” ucapnya.
Baca juga: Marsinah Bakal Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional Tepat di Hari Pahlawan 10 November
Setelah mendengar deru suara tembakan, Arek-arek Suroboyo kocar-kacir menyelamatkan diri, di antara mereka juga memberikan perlawanan.
Tak lama setelahnya, Amad kembali ke daerah Kedungturi sekitar pukul 12.00 WIB.
Lalu ia berjalan menuju Jalan Tidar bertemu dengan rombongan sekitar 8 sampai 9 anak, salah satunya adalah Bung Tomo.
Di situlah Amad dan Bung Tomo berkenalan.
Bung Tomo menanyakan asal daerah Amad dan mengajaknya ke markas persenjataan tentara Jepang.
“Kami di ajak ke suatu tempat yang digembok tapi dipukul-pukul pakai batu akhirnya jebol gemboknya. Di dalam ada pintu lagi, isinya banyak senjata Jepang,” terangnya.
Bung Tomo, Amad dan pejuang lainnya mengambil senjata-senjata itu dibantu oleh tukang becak yang mangkal di dekat gudang untuk dibawa ke kawasan Jalan Mawar.
“Jam 10 malam ke Jalan Mawar di situ banyak pengungsi dari Surabaya tinggal anak mudanya saja. Akhirnya kumpul di situ semua. Satu minggu kemudian pesawat perang dari Belanda datang dari Timur,” jelasnya.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Hari Pahlawan Nasional 2025 dalam Bahasa Jawa, Cocok Dibagikan ke Media Sosial
Belanda membombardir Kota Surabaya melalui jalur udara.
Mereka menjatuhkan bom dan tembakan ke segala penjuru membuat kota ini mati tanpa listrik dan cahaya saat malam hari.
“Belanda datang dari Timur turun ke Kedung Cowek. Bung Tomo mengajak ratusan pemuda yang di Kapas Krampung untuk turun. Habis itu sudah carut marut kondisinya,” sambungnya.
Berdasarkan ingatan Amad, kala itu Belanda ketar-ketir melihat pergerakan ribuan pemuda yang datang dari segala daerah menyerang mereka di Surabaya untuk bertempur.
Amad tak menampik, Bung Tomo lah yang menyalakan api semangat Arek-arek Suroboyo agar tak gentar sambil meneriakkan Allahu Akbar sebanyak 3 kali sebelum menyerang.
“Bung Tomo bilang, kita ini sedang dijajah Belanda, perang terus ae,” tegas Amad menirukan suara Bung Tomo.
Amad ingat betul, tidak ada rasa takut mati kala itu bagi pejuang Pertempuran Surabaya.
Meski pasokan makanan semakin menipis, semangatnya masih tebal.
“Karena gigihnya Bung Tomo, orangnya tidak sombong, sederhana, saling menghargai, kita pemuda-pemuda kumpul tidak ada ketakutan,” pungkasnya.
Momen itu tidak pernah terlupakan dalam seumur hidup Amad.
Setiap tanggal 19 September, ia akan datang dan melihat Hotel Yamato yang semakin berubah dari tahun ke tahun.
Gelar Pahlawan Nasional Tahun 2025
Presiden Prabowo Subianto menganugerahkan gelar pahlawan nasional tahun 2025 kepada 10 tokoh.
Penganugerahan tersebut dilakukan di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/11/2025).
Penganugerahan ini dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
"Marilah kita sejenak mengenang arwah dan jasa-jasa para pahlawan yang telah berkorban untuk kemerdekaan kedaulatan dan kehormatan bangsa Indonesia yang telah memberi segala-galanya agar kita bisa hidup merdeka dan kita bisa hidup dalam alam yang sejahtera," ujar Presiden saat mengheningkan cipta.
Kesepuluh tokoh yang diberikan gelar pahlawan nasional dalam rangka Hari Pahlawan Tahun 2025 tersebut adalah:
- Abdurachman Wahid (Jawa Timur)
- Jenderal Besar TNI Soeharto (Jawa Tengah)
- Marsinah (Jawa Timur)
- Mochtar Kusumaatmaja (Jawa Barat)
- Hajjah Rahma El Yunusiyyah (Sumatera Barat)
- Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (Jawa Tengah)
- Sultan Muhammad Salahuddin (NTB)
- Syaikhona Muhammad Kholil (Jawa Timur)
- Tuan Rondahaim Saragih (Sumatera Utara)
- Zainal Abisin Syah (Maluku Utara).
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
| Siapa Marsinah? Aktivis Buruh asal Nganjuk yang Kini Jadi Pahlawan Nasional, ini Kisahnya |
|
|---|
| Alasan Aipda Handoko Izinkan Tahanan Peluk Anaknya dari Balik Penjara, Sosoknya Baru Naik Pangkat |
|
|---|
| Daftar 10 Tokoh Penerima Gelar Pahlawan Nasional 2025, Ahli Waris Dapat Rp50 Juta per Tahun |
|
|---|
| Dibegal di Jalan Rusak saat Pulang Kerja, Kurir Paket Kehilangan Uang COD Rp10,5 Juta: Ditendang |
|
|---|
| Daftar Kasus Pelanggaran HAM Masa Lalu Soeharto yang Jadi Alasan Penolakan Gelar Pahlawan Nasional |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/Kesaksian-Amad-Veteran-Perang-10-November-Berusia-103-Tahun-Dulu-Pencari-Tangga-untuk-Robek-Bendera.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.