Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Sosok Polisi AKBP Saksi Kunci Kematian Dosen Tanpa Busana di Hotel, Keluarga Merasa Tak Wajar

Sebuah kematian yang janggal belakangan terjadi di Kota Semarang, seorang dosen tewas di kamar hotel telanjang dengan seorang polisi

Penulis: Ignatia | Editor: Ignatia Andra
TribunJateng.com/POLRESTABES SEMARANG
PROSES EVAKUASI - Evakuasi jenazah perempuan berinisial DDL di sebuah kamar kostel Jalan Telaga Bodas Raya Nomor 11 Karangrejo, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (17/11/2025). Korban merupakan dosen muda Untag Semarang, yang ditemukan tewas pertama kali oleh seorang polisi berpangkat AKBP. 
Ringkasan Berita:
  • Seorang dosen di Kota Semarang tewas dengan kondisi tanpa busana di hotel
  • Polisi menduga penyebab kematian karena sakit karena tak ditemukan tanda kekerasan, seorang polisi berpangkat menengah AKBP menjadi saksi kunci
  • Keluarga masih merasa sangat janggal dengan kematian terutama terkait gelagat polisi tersebut

 

TRIBUNJATIM.COM - Kasus kematian seorang dosen menjadi perbincangan hangat baru-baru ini di media sosial.

Pasalnya, dosen di Semarang, Jawa Tengah itu menuai perbincangan karena kehadiran seorang polisi.

Ada anggota polisi berpangkat AKBP yang ikut terlibat hingga menjadi saksi kunci dalam kasus.

Kematian seorang dosen di Semarang, Jawa Tengah, menimbulkan pertanyaan karena ada seorang polisi berpangkat menengah yang ternyata bersama almarhumah sebelum ditemukan tewas di kamar hotel.

Keluarga menganggap kematian ini tak wajar karena almarhum ditemukan di sebuah hotel di Jalan Telaga Bodas Raya, Kota Semarang.

Penyebab kematian

Kemarin, Selasa (18/11/2025), Kapolsek Gajahmungkur AKP Nasoir menyebut korban berinisial D (35) ditemukan tewas dalam kondisi telanjang.

Almarhum ditemukan meninggal tak wajar di sebuah hotel di Jalan Telaga Bodas Raya, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Senin (17/11/2025). 

Ia mengatakan korban sempat bermalam bersama seorang laki-laki di kamar hotel tersebut.

“Inisialnya D, usia 35 tahun. Dia berdua dengan seseorang. Mereka satu kamar, sama laki-laki,” ujar Nasoir, Selasa (18/11/2025), seperti dikutip TribunJatim.com dari Tribun Jateng, Rabu (19/11/2025).

Oknum Polisi Pangkat AKBP Saksi Kunci

Di sisi lain, Ketua Umum Komunitas Muda Mudi Alumni Untag Semarang, Jansen Henry Kurniawan mengatakan koleganya tersebut ditemukan tewas oleh oknum polisi di tempat kejadian perkara (TKP).

Dia menyebut, korban merupakan perempuan lajang yang sudah mengajar di Untag sebagai dosen hukum pidana.

Korban disebut ditemukan dalam kondisi tanpa busana oleh saksi utama seorang anggota Polri bernama B (56), berpangkat AKBP yang menjabat sebagai Kasubdit Dalmas Ditsamapta Polda Jateng.

"Kematian ini adalah sesuatu yang tidak wajar sebab ditemukan tewas ketika pukul 05.30 WIB atau sekitar pagi-pagi dan kenapa ada seorang oknum polisi yang merupakan saksi kunci kebetulan ada di tempat kejadian perkara," ungkap Jensen saat dikonfirmasi, Selasa (18/11/2025) malam.

Terlebih, sebelum korban meninggal dunia pernah menceritakan sosok polisi ini. Kendati menjunjung asas praduga tak bersalah, tapi oknum polisi itu disebut dekat dengan korban.

“Sempat cerita, karena korban tahu saya aktivis yang sering demo. Korban bilang ‘ibu punya teman polisi, dia kasubdit pengendalian masa. Jangan-jangan kalian sering ketemu pas demo, soalnya kan demo itu pasti urusannya berkaitan dengan urusan pengendalian masa’,” ujarnya mengikuti perkataan korban.

Untuk itu para alumni mendorong agar kepolisian untuk mengusut tuntas kasus kematian dosennya. Dia berharap proses penanganan kasus diungkap secara transparan.

"Kami ikatan alumni Untag mendesak kepolisian agar kasus ini dibuktikan secara terang benderang dan jangan melindungi oknum tertentu," harapnya.

Polisi Tak Temukan Tanda Kekerasan, Otopsi Dilakukan

Kasatreskrim Polrestabes Semarang AKBP Andika Dharma Sena mengatakan pihaknya tetap melakukan autopsi meski tidak ditemukan tanda kekerasan pada tubuh korban.

“Sekilas dari visum luar tidak ada tanda-tanda kekerasan ya, tapi ini tetap kita lakukan autopsi. Kita lihat hasilnya nanti,” kata Andika.

Ia menambahkan satu saksi laki-laki sudah diperiksa, namun polisi masih mendalami keterangannya.

“Ada salah satu saksi yang kami periksa. Laki-laki, kita dalami dulu,” ujarnya.

Sakit

Kepolisian  mengungkap kematian dosen muda di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (Untag)  berinisial DLL (35) disebabkan karena sakit.

Dugaan ini muncul karena korban sempat berobat ke RS Telogorejo Semarang dua hari berturut-turut sebelum meninggal dunia.

Kapolsek Gajahmungkur AKP Nasoir, menyebutkan, hasil rekam medis terakhir korban di rumah sakit tersebut tercatat tensi darahnya sekitar 190 milimeter air raksa dan gula darah 600 miligram per desiliter.

Korban hanya menjalani rawat jalan selepas memeriksakan ke dokter.

"Jadi diduga korban meninggal dunia karena sakit. Tim Inafis Polrestabes Semarang juga tidak menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban," ujarnya.

Terkait hubungan korban dengan polisi berpangkat AKBP B, Nasoir membenarkannya.

Namun, ia enggan menjelaskannya lebih detail hubungan mereka.

"Bisa langsung tanya ke Propam," bebernya.

Keluarga merasa janggal

Terpisah, kerabat korban mengungkap dosen Untag Semarang berinisial DLL (35) ternyata satu kartu keluarga (KK) dengan polisi berinisial B berpangkat AKBP.

Fakta ini diketahui keluarga korban selepas kematian DLL.

"Korban satu KK dengan saksi pertama (AKBP B), katanya sebagai saudara. Kecurigaan ini muncul ketika adik saya menanyakan alamat korban dengan saksi pertama, kok sama, ternyata mereka tercatat dalam satu KK. Korban dimasukkan ke KK sebagai saudara," kata kerabat korban,

Tiwi saat dihubungi TribunJateng.com, Selasa (18/11/2025).

Tiwi mengaku, kaget atas keterkaitan antar korban dan saksi pertama.

Sejauh yang ia tahu, korban tak pernah menceritakan sosok polisi tersebut.

"Kami baru tahu tadi siang (Selasa, 18 November 2025), hubungan korban dan saksi pertama, infonya agar korban bisa pindah KTP Semarang maka masuk KK-nya saksi pertama," bebernya. 

Namun, keluarga korban juga bertanya-tanya mengapa polisi tersebut tak muncul di rumah sakit ketika jenazah korban hendak dilakukan autopsi. 

Baca juga: Ada 424 Warga Korban Bencana Longsor di Banjarnegara Bakal Direlokasi 

"Kalau namanya saudara harusnya hadir karena sebagai saudara harusnya hadir, tapi sampai sore dia (polisi) itu tidak datang," terangnya.

Daftar kejanggalan

Keluarga korban menilai penyebab kematian korban ada beberapa kejanggalan, di antaranya informasi kematian korban yang berjarak cukup jauh.

Korban ditemukan meninggal dunia pada Senin (17/11) pagi sekitar pukul 05.30 WIB, tapi keluarga baru menerima informasi kematian korban pada Senin petang.

Korban juga ditemukan dalam kondisi telanjang dan telentang begitu saja di lantai keramik, tanpa alas apapun.

Keluarga korban yang menerima foto itu lantas curiga atas kematian korban yang ditemukan dalam kondisi tersebut.

Pada bagian lain, wajah korban dalam foto tersebut juga sangat berbeda dengan kondisi semasa hidup.

"Informasinya keluar darah dari hidung dan mulut korban.

Kemudian sekilas dari foto korban yang kami terima, ada bercak darah keluar dari bagian intim korban. 

Nah ini yang masih membuat keluarga korban masih merasa janggal atas kematian ini," terang Tiwi.

Kendati merasa janggal atas kematian korban, keluarga korban sejauh ini masih menunggu keputusan keluarga besar untuk langkah hukum ke depannya.

"Sebenarnya keluarga sudah menggebu-gebu, tapi silahkan nanti keluarga terutama kakak kandung dari korban," ujar Tiwi.

Tiwi menyebut, korban dikenal sebagai sosok pendiam.

Ia mengungkap, korban sudah merantau bekerja di Kota Semarang selama empat tahun terakhir.

Korban yang merupakan warga asli Purwokerto merantau ke kota Semarang selepas ayah dan ibunya meninggal dunia.  

"Korban masih sendiri (lajang), ia kuliah hingga jadi dosen tetap di Untag sekitar 2021-2022," ujarnya.

Selama di Semarang, korban sebenarnya tidak tinggal di kos-hotel tersebut.

Korban memiliki kamar kos yang lokasinya memang tak jauh dari kostel tempat korban ditemukan meninggal dunia.

"Kabarnya korban sering keluar masuk kostel itu akhir-akhir ini," paparnya.

Menurut kerabat, korban juga tidak memiliki riwayat penyakit tertentu selama tinggal di kota Semarang. "Korban dari dulu kelihatan sehat tidak ada tanda-tanda sakit tertentu," beber Tiwi.

Sejauh ini keluarga korban belum bisa mengungkap hasil autopsi jenazah korban.

Menurut Tiwi, pihak keluarga yang menunggu proses tersebut di rumah sakit belum memberikan kabar,  hingga Selasa (18/11) malam. 

"Untuk hasil autopsi nanti kami kabari besok (Rabu, 19 November 2025)," terangnya.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved