Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Jalanan Banjir, Ayah Tiap Hari Antar Anak Sekolah Naik Perahu Galon Bekas, Minta Pemerintah Peduli

Sang ayah ingin memastikan agar seragam hingga sepatu anaknya tidak kebasahan saat tiba di sekolah.

Penulis: Alga | Editor: Alga W
Instagram/indramayuupdate
ANTAR - Maksudi Rifai saat mengantar anaknya berangkat sekolah naik perahu galon rakitan menyusuri pemukiman yang terendam banjir rob di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Kamis (20/11/2025). 
Ringkasan Berita:

TRIBUNJATIM.COm - Perjuangan seorang ayah di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, untuk mengantar anak sekolah, menyita perhatian netizen.

Bagaimana tidak, ia mengantarkan anaknya ke sekolah dengan naik perahu galon rakitan.

Baca juga: Dana Rp1 M Lenyap Gegara Kepala SPPG Ditipu, Dapur Ditutup & 53 Pekerja Dirumahkan: Mohon Maaf

Aksinya tersebut ia rekam dalam video.

Tak disangka, videonya pun beredar di media sosial.

Hal itu ia lakukan lantaran bencana banjir rob yang tak berkesudahan terus melanda desanya.

Nyaris tidak ada jalan yang tersisa, semuanya digenangi air laut yang pasang.

Permukiman warga di sana berubah seperti sungai.

Dengan rakit buatan tersebut, ayah ingin memastikan agar seragam hingga sepatu anaknya tidak kebasahan saat tiba di sekolah.

Ia pun menyusuri jalanan gang yang banjir menuju arah sekolah tempat anaknya menimba ilmu.

Dalam videonya, ayah tersebut turut menyampaikan permintaan maaf kepada guru jika anaknya sedikit terlambat sampai ke sekolah.

"Maaf Bu, apabila agak telat Bu, inilah cuacanya,” ujar suara sang ayah dalam video tersebut, melansir Kompas.com.

Belakangan diketahui ayah yang mengantar anak naik rakit tersebut bernama Maksudi Rifai (45).

Ia mengatakan, momen tersebut direkam pada Kamis (20/11/2025) pagi.

Tepatnya ketika ia mengantarkan anak bungsunya berangkat sekolah ke MTs Kandanghaur.

"Iya itu saya, memang tiap hari rob itu. Perjalanan ke sekolah itu hampir setengah perjalanan banjirnya di atas dengkul," kata Maksudi saat dihubungi pada Kamis malam.

Maksudi menceritakan, sebelumnya ia biasa menggendong anaknya saat berangkat sekolah.

Namun, kondisi yang terus-menerus banjir membuatnya kewalahan.

"Cuma kalau berhari-hari kerasa juga capeknya Pak, berat, terus jalannya juga licin, khawatir jatuh," kata dia.

Maksudi bercerita, kebetulan di rumah ada kerangka bekas tempat tidur yang tidak terpakai.

Oleh karena itu, kerangka tersebut dirangkai menjadi sebuah rakit sederhana.

Di bawahnya juga ditambahkan bekas galon air mineral sebagai pengapung.

Maksudi menyampaikan, semua itu ia lakukan demi sang anak tetap bisa bersekolah tanpa basah kuyup.

"Yang diantar itu anak kedua, anak bungsu. Namanya Lanaufar, sekolahnya di MTs Kandanghaur di Pantura dekat pom bensin," ujar dia.

Baca juga: Spanduk Sindir Kepsek SD Perusak Rumah Tangga Dipasang di Gerbang Sekolah, Warga Heran: Kok Aneh

Maksudi diketahui tinggal di Blok Condong, kawasan yang berada dekat aliran sungai dan menjadi salah satu wilayah terparah terdampak rob.

Menurutnya, daerah tersebut nyaris tidak pernah benar-benar kering.

Setiap hari, anaknya berangkat dari rumah mengenakan sepatu bot.

Sesampainya di pinggir Jalur Pantura, ia baru mengganti dengan sepatu sekolah agar tetap kering.

"Nanti sepatu botnya saya bawa pulang. Kalau pulangnya tidak dijemput, kan biasanya sudah surut. Ya, setiap hari begitu terus," kata Maksudi.

Di sisi lain, ia pun memohon pengertian pihak sekolah apabila anaknya terkadang terlambat tiba di kelas karena terhambat banjir.

"Makanya di video saya minta maaf ke ibu bapak guru kalau anak saya telat," ujarnya.

Maksudi Rifai saat antar anaknya berangkat sekolah naik perahu galon rakitan menyusuri pemukiman yang terendam banjir rob di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Kamis (20/11/2025).
Maksudi Rifai saat antar anaknya berangkat sekolah naik perahu galon rakitan menyusuri pemukiman yang terendam banjir rob di Desa Eretan Wetan, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Kamis (20/11/2025). (Dok Maksudi Rifai)

Maksudi berharap, pemerintah dapat segera memberikan solusi permanen bagi warga di Desa Eretan Wetan.

Banjir rob yang terus-menerus terjadi sudah berlangsung puluhan tahun dan sangat mengganggu aktivitas masyarakat.

"Harapan saya semoga kondisi ini bisa diperhatikan pemerintah," kata Maksudi.

Ia dan warga lainnya hanya ingin bisa beraktivitas normal tanpa harus setiap hari berhadapan dengan rob yang terus menggenang.

Kisah lainnya

Pengabdian yang sama juga dilakukan Sulasmiyati, guru yang antar jemput siswa pakai motor niaga bekas.

Motor niaga atau dorkas bekas berwarna hijau tersebut berkeliling tiap hari mengantar jemput siswa SDN Pangeranan 1, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.

Dorkas adalah jenis kendaraan yang umumnya berupa sepeda motor dengan gerobak atau bak di bagian belakang untuk mengangkut penumpang.

Guru yang akrab disapa Sulas ini sudah mengajar siswa sekolah dasar sejak 18 tahun lalu.

Semula, Sulas mendapatkan tugas mengajar di salah satu sekolah di Kecamatan Tragah yang jaraknya 20 kilometer dari rumah.

"Saat itu saya juga mulai menerapkan sistem antar jemput ini. Karena di sana banyak anak-anak tidak mau sekolah karena jauh dari rumahnya," ceritanya, Senin (10/11/2025).

Setelah mengajar di Kecamatan Tragah, ia pindah tugas di SDN Kemayoran 1 dan sejak tahun 2019, pindah tugas mengajar di SDN Pangeranan 1 hingga saat ini.

"Waktu awal masuk di sini, siswanya sangat sedikit. Bahkan di kelas ini hanya dua orang siswa," tuturnya, melansir dari Kompas.com.

Baca juga: Dituduh Ambil Rp11 Juta dari Iuran Komite Sekolah, Guru Abdul Muis Luruskan: Inisiatif Orang Tua

Lalu, perempuan yang mengajar di kelas 1 tersebut mulai berkeliling door to door mencari siswa putus sekolah yang ada disekitarnya.

Satu per satu siswa putus sekolah diajak untuk kembali mengenyam pendidikan di sekolahnya.

"Memang rata-rata banyak siswa kurang mampu, makanya mereka putus sekolah," jelasnya.

Ia lalu berusaha mencari seragam bekas layak pakai agar bisa digunakan para siswa.

Sulas juga mendapatkan sumbangan dari pihak luar untuk memenuhi kebutuhan siswa saat itu.

"Lalu sejak saat itu, saya mulai antar jemput siswa supaya mereka mau sekolah. Waktu itu saya masih honorer, jadi antar jemputnya pakai motor dan biaya pribadi," ungkapnya.

Tugasnya mengantar jemput siswa membuatnya harus bersiap sejak pagi.

Mulai pukul 05.30 ia mulai menjemput siswa.

"Jadi rutenya itu ke Jalan Cokroaminoto, lalu ke Jalan Pelabuhan, Jalan Pertempuran, lalu ke Jalan Barat Tambak, dan terakhir ke Junok. Ada sekitar 15-an siswa," jelasnya.

Banyaknya siswa putus sekolah di tempat tersebut membuatnya harus mengajar lebih ekstra.

Sebab, tak sedikit siswa yang tidak bisa baca tulis.

Apalagi, rata-rata siswa tersebut sebelumnya tidak mengenyam pendidikan di taman kanak-kanak (TK).

"Di sini tidak ada yang TK. Jadi kita mengajari dari awal. Kalau di sekolah lain, kelas satu itu sudah tau huruf," jelasnya.

Banyaknya siswa yang tak bisa membaca dan menulis membuatnya tergerak memberikan les tambahan secara gratis.

Bahkan, ia juga mengantar jemput siswa lesnya tersebut tiap sore pada akhir pekan.

GURU INSPIRATIF - Sulasmiyati, guru di Bangkalan, Jawa Timur, saat hendak mengantar siswa pulang sekolah. Tiap hari ia antar jemput siswa dengan dorkas yang ia beli sendiri.
Sulasmiyati, guru di Bangkalan saat hendak mengantar siswa pulang sekolah. Tiap hari ia antar jemput siswa dengan dorkas yang ia beli sendiri. (KOMPAS.com/Yulian Isna Sri Astuti)

Kecintaannya untuk mengajari siswa dan mengantar jemput siswa bukan tanpa alasan.

Ia mengaku, hal itulah yang menjadi salah satu cara untuknya bersedekah.

"Saya ingat kata ibu saya supaya bersedekah dengan cara apapun. Saat ini saya masih honorer, jadi ya operasional pakai uang pribadi untuk antar jemput," tuturnya.

Setelah mengantar jemput siswa menggunakan motor selama 4 tahun, ia lalu mendapatkan kesempatan untuk diangkat menjadi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) pada tahun 2023.

Dari situlah ia memiliki niat untuk membeli motor niaga atau biasa disebut dorkas.

"Pertama beli dorkas itu Rp15 juta, ya itu nabung saya. Itupun saya beli yang bekas."

"Kalau pakai dorkas enak, tidak bolak-balik. Jadi sekali berangkat bisa bawa banyak anak," jelasnya.

Namun, motor niaga tersebut tak berumur panjang sebab rusak.

Bahkan, ia sudah tiga kali ganti motor niaga untuk mengantar jemput anak didiknya tersebut.

"Ini yang dipakai sekarang sudah dorkas ketiga. Inipun kemarin baru diperbaiki dan habis Rp450 ribu, itupun masih belum lunas di bengkel," ucapnya terkekeh.

Saat ini, ia berharap mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat untuk bisa mendapatkan fasilitas motor niaga baru agar anak didiknya bisa tetap ke sekolah.

"Ya saya akan berusaha semampu saya. Kalau dorkas ini mogok lagi, ya saya jemput pakai motor bolak balik karena kan motor tidak bisa diisi banyak anak," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved