Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

19 Tahun Mbah Suwardi Tinggal di Makam Sejak Istri Meninggal, Tiap Kamis Kumpulkan Uang Rp 100 Ribu

Inilah kisah Mbah Suwardi yang 19 tahun tinggal di makam dan mengasingkan diri dari hiruk pikuk dunia.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Ani Susanti
KOMPAS.COM/NUR ZAIDI
KAKEK TINGGAL DI MAKAM - Mbah Suwardi (76), saat duduk di cungkup makam menyerupai gubuk di Pemakaman Tuan Marekan, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jumat (21/11/2025). Di tempat tersebut, Suwardi tinggal selama 19 tahun. Tepatnya sejak ia menderita karena istrinya meninggal dunia. 

Ringkasan Berita:

TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah Mbah Suwardi yang 19 tahun tinggal di makam dan mengasingkan diri dari hiruk pikuk dunia.

Kakek berusia 76 tahun itu tinggal di Pemakaman Tuan Marekan, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Ia merasa tenang selama tinggal di pemakaman tersebut.

“Tenang, tidak kemrungsung,” ujar Suwardi, Jumat (21/11/2025) sore.

Baca juga: Sosok Mbah Irah, Dulu Pernah Dibantu Olga Syahputra tapi Balik Lagi Tinggal di Makam Selama 30 Tahun

Saat ditemui, Suwardi duduk santai sambil menghisap lintingan tembakau di pintu gubuk seng ukuran 1,5 meter persegi.

Tatapannya tenang memandang Kali Jajar di tepi makam, seolah menikmati waktu yang terus mengalir.

Sejak selesai membersihkan makam dan memasak, ia duduk di kursi papan yang juga menjadi tempat tidurnya.

“Saya setiap hari di sini, tidur juga di sini,” ujarnya, dikutip dari Kompas.com.

Tempat itu hanya cukup untuk satu orang karena di dalamnya juga terdapat kijing Tuan Marekan, tokoh yang namanya diabadikan untuk pemakaman tersebut.

Warga Desa Cabean itu bercerita, hidupnya dulu normal: punya istri, anak, dan rumah kontrak. Ia bekerja sebagai tukang becak dan kuli bangunan.

Namun setelah istrinya meninggal pada 2003, hidupnya berantakan.

Frustasi Istri Meninggal Dunia

Puncaknya pada 2006, ia putus asa dan memilih tinggal di makam.

“Tahun 2003 istri saya meninggal, tahun 2006 saya frustasi. Anak jauh di Pacitan, terus tidak bisa ngontrak,” tuturnya.

Ia sempat tinggal bersama menantu dan anak perempuannya, tetapi tidak menemukan ketenangan.

Meski begitu, setiap Idul Fitri anaknya tetap datang ke makam untuk bersilaturahmi.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved