Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

24.171 Anak Gorontalo Tak Sekolah, Imbas Beasiswa Diembat Orang Tua hingga Digoda Kerja di Tambang

Angka kemiskinan dan anak tidak sekolah di Gorontalo tinggi capai puluhan ribu, ternyata sebabnya imbas beasiswa diembat orang tua

Penulis: Ignatia | Editor: Ignatia Andra
jdih.sukoharjokab.go.id
ANAK TAK SEKOLAH - Ilustrasi kemiskinan. Tingkat kemiskinan Indonesia hingga Maret 2025 menjadi yang terendah dalam 20 tahun terakhir. Di Gorontalo anak tak sekolah semakin banyak dan meningkat angkanya 

Peneliti juga menemukan banyak siswa yang menerima bantuan pendidikan, sementara orang tuanya juga menerima bantuan.

Ada juga temuan soal sikap orang tua yang kurang mendorong anaknya untuk menuntaskan pendidikan.

Rendahnya pendidikan orang tua, yang rata-rata lulusan sekolah dasar, juga menjadi masalah tersendiri.

Sebab mereka tidak memotivasi anaknya di sekolah.

Godaan Kerja di Tambang Emas Tradisional

Temuan lain, adalah godaan bekerja di tambang emas tradisional.

Banyak warga yang mendorong anaknya untuk bekerja di pertambangan emas tradisional sebagai pekerja atau sebagai tukang ojek yang lazim disebut kijang.

“Bahkan saat kami mengunjungi siswa di rumahnya, orang tua tidak memotivasi anaknya,” tutur Muchtar Ahmad.

Muchtar membeberkan faktor dominan anak putus sekolah.

Antara lain tekanan sosial-ekonomi keluarga dan kemiskinan, biaya tidak langsung pendidikan yang meningkat, rendahnya pendidikan orang tua, kelemahan tata kelola bantuan pendidikan, serta faktor sosial dan gender.

Angka kemiskinan Indonesia

Ada banyak faktor penyebab kemiskinan di Indonesia, dan akar permasalahannya sering kali bersifat struktural — artinya, bukan hanya disebabkan oleh kesalahan individu, tetapi juga oleh sistem sosial-ekonomi yang tidak merata.

Pertama, ketimpangan wilayah (regional inequality) sangat berdampak: daerah pedesaan atau terpencil masih menghadapi keterbatasan infrastruktur seperti transportasi, listrik, dan fasilitas kesehatan yang minim, sehingga akses ke peluang ekonomi sangat terbatas. 

Ini memperkuat “jebakan kemiskinan” yang sulit dikeluarkan hanya dengan kerja keras karena hambatan struktural.

Kemudian, kualitas dan akses pendidikan masih menjadi masalah besar.

Masyarakat miskin di banyak wilayah, terutama di luar kota besar, sering kali tidak mendapatkan pendidikan yang layak karena fasilitas pendidikan rendah atau guru tidak selalu hadir, yang kemudian membatasi kesempatan mereka mendapat pekerjaan yang berpenghasilan baik.

Pendidikan rendah juga berarti keterampilan pekerja rendah, yang mendorong mereka untuk memasuki sektor informal dengan upah rendah dan tanpa jaminan sosial.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved