UMKM di eks Lokalisasi Dolly Surabaya
Budhi Blak-blakan Beber Alasan Trip Edukasi Wisata Kampung Dolly Surabaya Kian Jarang Dikunjungi
Ketua Pokdarwis Kampung Wisata Dolly Surabaya, Budhi Christiadi mengatakan, perkembangan UMKM serta potensi wisata di Kampung Dolly, kian menurun.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Dwi Prastika
Ringkasan Berita:
- Perkembangan UMKM serta potensi wisata di Kampung Dolly Surabaya, kian menurun.
- Program unggulan yang dapat mendongkrak kunjungan wisatawan dan penjualan produk hasil UMKM warga eks Dolly, juga mulai sepi.
- Pemkot Surabaya diharapkan selalu mendampingi pelaku UMKM dengan memberikan program giat pengembangan produk dan menyediakan market untuk berjualan.
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Luhur Pambudi
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Wisata Dolly Surabaya, Jawa Timur, Budhi Christiadi mengatakan, perkembangan Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) serta potensi wisata di Kampung Dolly, kian menurun.
Beberapa pelaku UMKM mulai mengalami penurunan daya beli produk buatan mereka.
Bahkan beberapa di antaranya juga terpantau sudah mulai tampak berhenti produksi.
Tak hanya itu, program unggulan yang dapat mendongkrak kunjungan wisatawan dan penjualan produk hasil UMKM warga eks Dolly, juga mulai sepi.
Bahkan, belakangan juga diketahui, hampir sepanjang tahun ini; 2025, sudah tidak lagi terpantau adanya kunjungan wisatawan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Budhi Christiadi, terdapat sekitar 30-40 pelaku UMKM yang bermunculan setelah kawasan prostitusi Dolly ditutup semenjak tahun 2014 silam.
Puluhan pelaku UMKM tersebut tersebar di kawasan RW 06 hingga RW 12.
Menurut Budhi, UMKM di kawasan RW 12 yang paling rajin, karena terdapat pendampingan dari pihak swasta.
"Karena ada pendampingan dari pihak luar, swasta, bukan stakeholder yang ada di pemerintah. Jadi dari Petra yang selalu menggandeng," ujar pria yang berprofesi sebagai guru olahraga di sekolah swasta kawasan Surabaya Timur itu, saat ditemui TribunJatim.com, di sela jeda istirahat mengajar, pada Kamis (20/11/2025).
Menurut Budhi, kunci keberhasilan pengembangan pemberdayaan masyarakat eks Dolly cuma membutuhkan konsisten pendampingan yang maksimal dari stakeholder pemerintah terkait, seperti Pemkot Surabaya, kedinasan, camat hingga lurah.
Baca juga: KUB Mampu Jaya, Usaha di Kawasan eks Dolly yang Masih Bertahan Berkat Dukungan Pemkot Surabaya
Sehingga perkembangan usaha para pelaku UMKM dapat terus terkontrol dan terkendali. Terpenting adalah membantu dalam hal produksi, branding produk, hingga pemasaran.
Manakala terdapat kendala, stakeholder terkait dapat segera melakukan pembenahan, melalui gelontoran dana bantuan, penyediaan alat, dan pelatihan keterampilan.
"Kalau 1-2 bulan difasilitasi pendampingan, Setelah 3-4 bulan berikutnya dan seterusnya, enggak ada pendampingan, enggak ada market untuk dijual, ya kelimpungan juga," paparnya.
"Jadi ya kembali lagi kita harus bekerja sama, warga, pemerintahan untuk bisa berjalan seiring, membangun Dolly dari bagaimana baiknya," tambahnya.
Kemudian, mengenai program Trip Edukasi Wisata Kampung Dolly, Budhi mengakui, program tersebut berpotensi mendongkrak penjualan produk barang UMKM warga eks Dolly.
Karena, para pengunjung bakal diajak berkeliling menuju ke tempat-tempat UMKM eks Dolly berproduksi.
Seperti eks Gedung Wisma New Barbara yang menjadi sentra pembuatan sandal hotel.
Lalu, pembuatan tempe Bang Jarwo.
Hingga, pengolahan keripik singkong samiler varian rasa bernama Keripik Samijali.
Hanya saja, sudah hampir tiga tahun lamanya, program tersebut tidak berjalan. Artinya, sudah tidak ada lagi kunjungan wisatawan di Kampung Dolly, sejak tahun 2023-2024.
Apalagi, lokasi tempat mengekspos semua produk UMKM Dolly yakni Toko Souvenir Gedung Dolly Saiki (DS) Point, juga sudah ditutup beberapa tahun terakhir. Dan, beberapa produk UKM harus dipindahkan lokasi pemajangannya ke Ekowisata Mangrove.
"Ya karena kurangnya apa ya. Informasi di media sosialnya kurang dan penggeraknya pun berkurang juga. Dulunya ada 10-12 orang lumayan setelah itu karena ya masing-masing punya kesibukan dengan perekonomiannya," terangnya.
Kunjungan wisatawan terakhir terjadi pada 2023 silam.
Budhi menceritakan, pengalaman tersebut barang kali yang paling memalukan. Karena, minimnya koordinasi antara pelaku UMKM, pokdarwis, dan pemerintahan setempat; kelurahan.
Alhasil, kunjungan wisatawan dari rombongan sebuah sekolahan dari Kabupaten Jombang, harus gigit jari, karena tidak terfasilitasi secara maksimal menuju ke Kampung Dolly, saat itu.
Rombongan yang mengendarai bus besar, terpaksa parkir di area parkiran umum Gedung Islamic Center. Lokasi tersebut terlalu jauh dari Kampung eks Dolly.
Padahal, di dekat perkampungan tersebut terdapat area parkir umum yang masih cukup luas untuk menampung kendaraan bus tersebut.
Lalu, tidak ada petugas khusus dari pokdarwis atau pihak kelurahan yang benar-benar dapat siap sedia menyambut dan melayani kedatangan kunjungan wisatawan tersebut.
Sehingga, rombongan wisatawan tersebut memperoleh informasi yang keliru mengenai destinasi wisata Kampung eks Dolly.
Karena, mereka mencari tahu sumber informasi dari warga yang tak mengetahui apa-apa perihal program wisata tersebut.
"Tapi, karena enggak ada pendampingan pihak kelurahan pun enggak bisa koordinasi. Akhirnya ya itu yang terjadi. Akhirnya orang akan memberikan informasi bahwa misalnya di Dolly enggak ada kegiatan gitu. Miskomunikasi," katanya.
Harapan
Budhi berharap, Pemkot Surabaya selalu mendampingi pelaku UMKM dengan memberikan program giat pengembangan produk dan menyediakan pasar (market) untuk berjualan. Agar, UMKM kampung wisata eks Dolly dapat senantiasa berjalan terus.
"Kalau selamanya hanya beri program, beri pelatihan atau apa. Kalau enggak ada pendampingan, enggak ada market yang dijual, atau enggak ada yang bisa membantu marketingnya untuk menjual. Enggak akan jalan," pungkasnya.
Sementara itu, dikutip dari surabaya.go.id, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan, Pemkot Surabaya masih melakukan evaluasi agar sentra UMKM dan wisata edukasi di eks lokalisasi Dolly kembali ramai, sehingga warga bisa memiliki kegiatan positif dan menghasilkan.
Bahkan, Eri mengaku sudah memerintahkan Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopumdag) Kota Surabaya, untuk mengevaluasi semua Sentra Wisata Kuliner (SWK) dan UMKM di kawasan eks Dolly.
"Jika tempatnya sepi, maka jenis dagangan (komoditas) harus diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar," ujarnya, pada Kamis (20/11/2025).
Kemudian, mengenai program wisata edukasi di eks Kampung Dolly, Eri berjanji akan kembali digerakkan melalui kolaborasi dengan Karang Taruna dan komunitas pemuda setempat.
Komitmen tersebut sejalan dengan rencana alokasi anggaran Rp 5 juta pada tahun 2026 untuk anak-anak GenZ di masing-masing wilayah untuk menggerakkan wisata edukasi lokal.
"Kami tidak ingin pemkot yang menggerakkan, tapi pemuda di sana (Karang Taruna) yang menempati dan menggerakkan wisata edukasinya supaya mereka juga ikut memiliki dan menjaga," pungkasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/Ketua-Pokdarwis-Kampung-Wisata-Dolly-Budhi-Christiadi-mengakui-perkembangan-UMKM-dolly-turun.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.