Tunjungan Ikon Surabaya Pernah Tuntut Pemkot 5 Hal, Semuanya Sudah Dikabulkan
Warga Surabaya akan mengenang perjuangan pahlawan dalam peristiwa yang dikenal sebagai Insiden Hotel Yamato pada Rabu (19/9/2018) besok.
Penulis: Aqwamit Torik | Editor: Anugrah Fitra Nurani
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Aqwamit Torik
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Warga Surabaya akan mengenang perjuangan pahlawan dalam peristiwa yang dikenal sebagai Insiden Hotel Yamato pada Rabu (19/9/2018) besok.
Pada tanggal itu di tahun 1945, bendera merah putih biru berkibar tanpa persetujuan pemerintah RI di puncak sisi utara hotel, padahal Indonesia baru saja merayakan kemerdekaannya.
Untuk merefleksikan hal tersebut, Tunjungan Ikon Surabaya bekerjasama dengan berbagai elemen relawan dan Hotel Majapahit (Lokasi yang dulunya Hotel Yamato), menggelar monolog ke VI Pertempoeran Bendera, Rabu (19/9/2018).
Tunjungan Ikon Surabaya sebelumnya pernah mengajukan tuntutan kepada Pemkot surabaya.
(Kuli Bangunan di Tulungagung Ini Terjatuh Jatuh Dari Lantai Dua, Diduga Kesetrum)
"Saat itu kami mengajukan lima tuntutan kepada Pemkot, dan berharap semua bisa dipenuhi," jelas Ananto pada Selasa (18/9/2018).
Satu tuntutan di antaranya meminta Pemkot bisa menggelar refleksi perobekan Bendera, dan meluruskan sejarah.
"Itu sudah terpenuhi melalui kami di 6 monolog kami, dan melalui pemkot yang menggelar teatrikal dari 3 tahun yang lalu," jelas Ananto.
Tuntutan lainnya adalah, Surabaya harus punya ikon yang baik, dan menghilangkan ikon yang buruk.
"Contohnya kita dulu punya Dolly sebagai ikon yang buruk, dan akhirnya bisa dihilangkan oleh pemkot," imbuhnya.
(Dirumahkan Sejak 2013, Ratusan Pekerja Unjuk Rasa di Pengadilan Negeri Gresik)
(Persebaya Kehilangan Tiga Poin di Kandang Sriwijaya FC, Ini Komentar Syaifuddin)
Tuntutan yang ketiga adalah agar bisa mengembalikan wajah Tunjungan bisa seperti asalnya, supaya generasi berikutnya bisa tahu kalau Tunjungan merupakan cagar budaya.
Tuntutan ke empat, Agar Surabaya punya museum, dan sudah terealisasi yakni museum Surabaya di Siola.
"Yang terakhir tumbuh dan kembangkan budaya sesuai karakter arek-arek Suroboyo, saya rasa saat ini sudah sesuai," tambahnya.
"Lima tuntutan kita sudah terpenuhi, bisa dibilang ini monolog wada'(perpisahan)," pungkasnya.
(Kuli Bangunan di Tulungagung Ini Terjatuh Jatuh Dari Lantai Dua, Diduga Kesetrum)