Jembatan Widang Tuban Ambruk
Jembatan Widang Ambruk, Arus Lalin Dialihkan, Nelayan dan Warga Pantura Jadi Sengsara
Pengalihan arus Lalin ke jalan Pantura Daendels untuk kendaraan besar sejak lima hari ini tidak hanya berakibat arus Lalin macet.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, LAMONGAN - Pengalihan arus Lalin ke jalan Pantura Daendels untuk kendaraan besar sejak lima hari ini tidak hanya berakibat arus Lalin macet.
Ternyata, berdampak pada lumpuhnya ekonomi masyarakat pantura, utamanya para nelayan dan pedagang pasar.
Macetnya arus Lalin sejak pengalihan arus ke wilayah pantura daendels ini dirasakan sangat berdampak terhadap aktivitas warga sepanjang Paciran, Blimbing, dan Brondong.
"Hanya ramai di jalan saja," gerutu Mukhlisin warga Paciran.
Baca: Jalan Deandles Macet, Kapolres Tuban Akan Carikan Jalan Alternatif
Warga enggan keluar rumah karena pasti terjebak macet. Bahkan untuk membawa motor saja harus zig-zag cari jalan tikus karena macet oleh kendaraan besar.
Kehidupan warga pantura yang mayoritas nelayan juga terganggu. Para nelayan banyak bertahan di rumah, karena jika tetap melaut, pendistribusian ikan hasil tangkapannya ke tujuan terlambat.
"Berdampak psikologis dan ekonomi nasyarakat Blimbing," ungkap Sekretaria Rukun Nelayan Bilmbing, Fairis Firdaus kepada Tribunjatim.com, Sabtu (21/4/2018).
Karena macet berkepanjangan dan sulit diprediksi lagi, masyarakatpun enggan keluar, pedagang di Pasar mengeluhkan sepi pembeli.
Kondisi ini sangat berdampak dengan pendapatan para nelayan dan penghuni pasar sepanjang pantura.
Mukhlisin, Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Lamongan menambahkan, dampak pengalihan arus Lalin bagi nelayan sangat terasa. Karena distribusi ikan keluar mengalami keterlambatan akibat Kemacetan. Banyak pelaku pengolahan ikan memutuskan tidak memproses ikan hasil tangkapan nelayan.
"Kalau selesai diproses dan ikan akan didistribusikan, perjalanannya menjadi lambat, " katanya.
Sedangkan kalau waktu tempuh terlalu lama, maka kualitas serta mutu ikan akan mengalami penurunan.
Sekarang ini banyak Unit Pengolahan Ikan (UPI) memutuskan tidak memproses ikan dan meliburkan karyawannya.
Baca: Curi Motor Tetangganya, Pria Tulungagung ini Ditembak Kakinya
Dampak dari kondisi ini harga ikan hasil nelayan menjadi murah karena jarang yang beli.
Itu sebagaimana prinsip ekonomi kalau barang berlimpah dan pembeli tidak ada atau jarang, maka harganya anjlok.
Tengkulak dari luar daerah enggan datang karena malas akibat takut terjebak macet arus Lalin.
Keluhan nelayan ini terus muncul, usai ada aturan dari Kementerian Kelautan dab Perikanan dan kemudian di nelayan diperbolehkan cari ikan memakai prayang dan tenang bekerja, sudah terganggu oleh keadaan kemacetan seperti ini.(Surya/Hanif Manshuri)