Surabaya Urutan 10 Kota Toleran Indonesia Versi Setara Institute, Tri Rismaharini Ungkap Rahasianya
Surabaya masuk peringkat 10 Indeks Kota Toleran Indonesia versi Setara Institute. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pun mengunkapkan rahasianya.
Komentar Mendagri Tjahjo Kumolo
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menuturkan, toleransi menjadi hal yang penting dalam menghadapi tantangan radikalisme dan terorisme.
Kedua persoalan ini tak hanya menjadi urusan TNI/Polri tetapi juga seluruh masyarakat.
• Kota Kediri Peringati Hari Toleransi Internasional
Plt Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono menuturkan, semaju apapun suatu negara, ketika toleransi tak bisa terbangun dengan baik maka akan menimbulkan perpecahan.
"Toleransi adalah sumber inspirasi," ujarnya.
Cara Ukur Indeks Toleransi
Ketua Setara Institute Hendardi mengatakan, kajian tersebut bertujuan agar dapat memicu kota-kota di Tanah Air untuk turut menjunjung tinggi praktek toleransi di wilayahnya.
• Jaga Toleransi, Mandira Isman Ajak Warga Malang Junjung Kerukunan
"Tujuan pengindeksan ini untuk mempromosikan kota-kota yang dianggap berhasil membangun dan mengembangkan toleransi wilayahnya masing-masing," kata Hendardi di Hotel Ashley, Jakarta Pusat, Jumat (7/12/2018).
"Sehingga dapat memicu bagi kota-kota lain untuk turut bergegas mengikuti dan mengembangkan toleransi di wilayahnya," sambung dia.

Pada penelitian ini, terdapat empat variabel yang diukur, yaitu regulasi pemerintah kota, tindakan pemerintah, regulasi sosial, dan demografi agama.
Variabel regulasi pemerintah kota terdiri dari dua indikator, yaitu rencana pembangunan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan kebijakan diskriminatif.
Indikator dalam variabel tindakan pemerintah terdiri dari pernyataan dan tindakan nyata dari pejabat kunci terkait peristiwa intoleransi.
Berikutnya, variabel regulasi sosial memiliki indikator seperti peristiwa intolerasi dan dinamika masyarakat sipil terkait peristiwa intoleransi.
Variabel terakhir, demografi agama, memiliki indikator yang terdiri dari heterogenitas keagamaan penduduk dan inklusi sosial keagamaan.
Metode penilaian yang digunakan Setara Institute adalah dengan skala 1 hingga 7, di mana poin 7 menggambarkan situasi paling baik pada masing-masing indikator untuk mewujudkan kota toleran.