Amiruddin, Pria yang Jalan Kaki dari Sumatera Utara Menuju Banyuwangi Demi Ibu, Tiba di Probolinggo
Aksi heroik Amiruddin, yang bernadzar jalan kaki dari Sumatera Utara menuju Banyuwangi, mendapat perhatian Habib Hadi Zainal Abidin.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Ani Susanti
TRIBUNJATIM.COM, PROBOLINGGO - Aksi heroik Amiruddin, yang bernadzar jalan kaki dari Sumatera Utara menuju Banyuwangi, mendapat perhatian Habib Hadi Zainal Abidin, Pengasuh Pondok Pesantren, Riyadlus Sholihin, Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo.
Pria yang juga Wali Kota Probolinggo terpilih itu secara khusus mengundang Amiruddin ke pondoknya.
Bahkan, Habib mempersilahkan Amiruddin untuk istirahat di pondoknya.
Rencananya, Amiruddin akan melanjutkan perjalanan panjangnya menuju Banyuwangi, Kamis (24/1/2019).
• Sembuh dari Lumpuh, Amiruddin Nadzar Cium Kaki Ibu, Jalan Kaki Mandailing-Banyuwangi Sejauh 2961 Km
Habib Hadi mengatakan, ia sengaja mengundang Amiruddin karena bentuk toleransinya kepada sesama muslim.
Apalagi, niat Amiruddin yang bernadzar untuk mencium kaki ibunya, sangat mulia.
"Ini bentuk toleransi sesama muslim, saya terima kasih kepada masyarakat yang telah membantu Amiruddin. Sementara Amiruddin istirahat dulu di tempat kami," ujarnya.
Sementara itu, gelontoran semangat dan support datang dari semua masyarakat Probolinggo.
Warga sangat antusias menyambut kedatangan Amiruddin yang sudah sampai di Kota Probolinggo, Jawa Timur.
• Banyuwangi Punya Garis Pantai Panjang, Finalis Jebeng Thulik 2019 Dibekali Pengetahuan Bahari
Sekadar diketahui, Amiruddin berjalan kaki sendirian dari rumahnya sejak 20 November 2018.
Pria berusia 43 tahun memiliki nadzar berjalan kaki dari Sumatera Utara ke Banyuwangi, gara-gara kedua kakinya sempat lumpuh selama 7 bulan.
Karena kondisi yang dialaminya itulah, Amiruddin akhirnya bernadzar, jika kakinya bisa sembuh ia akan jalan kaki dari rumahnya ke Banyuwangi tempat tinggal ibunya untuk mencium kakinya.
Amir sendiri di Sumatera Utara tinggal di rumah kakaknya, Desa Mandailing, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Begadai.
• Satgas Anti Mafia Bola akan Periksa Vigit Waluyo Seputar Liga 2, Bukan Hanya Soal PSMP Mojokerto
Andi, seorang warga mengaku salut dengan semangat yang dimiliki Amiruddin.
Ia menyebut nadzar Amiruddin tidak main-main.
Dia rela berjalan ribuan kilometer untuk bertemu ibunya sesuai dengan apa yang diucapkannya.
"Ya salut, dan senang. Ikut bangga dengan Amiruddin. semoga selamat sampai tujuan dan lancar selama perjalanan. Kami ikut mendoakan," pungkasnya.
Cerita Lengkap Perjalanan Amiruddin: Nadzar Cium Kaki Ibu Jika Sembuh dari Lumpuh
Amiruddin (44), warga Kampung Mandailing, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara ini, sungguh nekat.
Dia rela berjalan kaki dari rumahnya menuju kediaman ibu kandungnya di Ketapang, Banyuwangi, Jatim.
Padahal, berdasarkan aplikasi 'maps' di 'smartphone', jarak antara Kabupaten Serdang Bedagai dengan Banyuwangi mencapai 2.961 km.
Jarak itu jika ditempuh dengan kendaraan bermotor akan menghabiskan waktu sekitar 58 jam.
Sedangkan dengan jalan kaki, diperkirakan memakan waktu 580 jam lebih.

Perjalanan Amir (sapaan akrabnya), dimulai pada 20 November tahun silam.
Pada Jumat siang (17/1/2019) perjalannya Amir sampai di Jombang.
Disambut sejumlah netizen, Amir menyempatkan waktu untuk berbincang.
Ia bercerita, kenekatan Amirudin yang masih bujang ini merupakan nazar, karena berkat kemukjizatan Tuhan telah sembuh dari penyakitnya.
"Saya sudah tujuh bulan lumpuh. Waktu mau Salat Subuh, kaki saya tiba-tiba tidak bisa diangkat. Kata dokter itu gejala tulang keropos. Padahal usia saya masih 44 tahun," kata Amir.
Kelumpuhan itu benar-benar menjadi pukulan berat bagi Amir.
Namun, ia berusaha mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang dialaminya.
Dia menganggap penyakit lumpuh itu adalah teguran dari Allah kepadanya yang kerap meninggalkan perintah Allah.
• Kandang & Dapur Warga di Pamekasan Terbakar, 2 Kambing Karapan Terpanggang, Kerugiannya Puluhan Juta
Banyak dosa.
Misalnya warga lain salat Jumat, saya malah asyik mabuk sama teman-teman.
"Salat saya waktu bolong-bolong. Saya anggap lumpuh itu sebagai teguran. Justru setelah lumpuh saya jadi rutin salat malam. Sebelum lumpuh malah tidak sama sekali," papar Amir.
Selama hampir tujuh bulan, dia praktis tidak bisa melakukan aktivitas normal karena lumpuh.
Untuk hidup dan aktivitas sehari-hari dia menggantungkan kepada kakak perempuan dan para tetangga.
Memasuki pertengahan bulan ketujuh sejak dia lumpuh.
Malam itu, Amir menunaikan salat Tahajud.
Dalam doanya, Amir bernazar akan berjalan kaki menuju rumahnya ibundanya di Banyuwangi jika ia diberi kesembuhan.
"Saya nazar, bertekad jalan kaki ke rumah Ibu, ingin sujud di kaki Ibu, perempuan yang telah melahirkan saya. Itu nazar saya. Sebagai anak, saya merasa punya banyak salah kepada ibu," kata Amir.
Keajaiban datang keesokan harinya.
• Viral Video Buah Naga Dibuang ke Sungai di Banyuwangi karena Harga Terlalu Murah, Cek Faktanya
Malam dia bernazar itu, tiba-tiba paginya Amir bisa mengangkat kaki untuk jalan.
Pelan-pelan saya bisa berjalan normal.
"Sejak itu, saya menyusun rencana untuk memenuhi nazar saya," ungkap Amir.
Maka pada 20 November 2018, tepat peringatan Maulid Nabi, dia berangkat dari rumah.
Amir hanya membawa dua pasang pakaian ganti. Satu pasang ia kenakan, satu pasang ia taruh di dalam tas.
"Saya tidak bawa uang sepeser pun. Tapi, tekat saya sudah bulat. Saya punya niat baik, saya pasrah. Hidup mati ada di tangan Allah," ucapnya.
Meski tidak membawa bekal, ada saja orang memberinya makan atau uang meski dia tidak pernah meminta.
Tetapi tak semua orang berlaku baik.
• Lama Buron, Seorang Pembobol Toko Diciduk Satreskrim Porles Malang Kota, Curi Kemeja hingga Sepatu
Ceritanya, di Riau, ia sempat menemukan sebuah dompet di jalan.
Merasa bukan haknya, Amir mengembalikan dompet itu kepada pemilik, sesuai alamat yang tertera di kartu identitas di dalam dompet.
"Namun, siapa sangka, saya malah dituduh pencopet dompet tersebut. Saya sabar saja dan meneruskan perjalanan," kata Amir lirih.
Pernah juga sesampainya di Bandar Lampung, ia dua kali dipalak preman dan dipukuli, sampai kemudian dilerai polisi.
Kemudian sesampainya di Pelabuhan Bakauheni Lampung, Amir tak punya uang guna membeli tiket kapal menyeberangi Selat Sunda ke Pulau Jawa.
Tapi di luar dugaan dia dibantu seorang polisi.
"Polisi itu membawa saya menyeberangi lautan secara gratis," ujar Amir tersenyum.
• Mengintip Selfie Pertama Ahok Basuki Tjahaja Purnama Setelah Bebas dari Mako Brimob
Selama berada di perjalanan, Amir hampir selalu menginap di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang dilintasi.
Ia mengaku hanya sekali menginap di luar SPBU, yakni di teras warung yang sudah tutup, di Lampung.
Perjalanan kaki Amir ternyata menjadi viral di social media (media sosial/medsos).
Meski tak paham internet, Amir merasakan dampak positif dari medsos.
"Awalnya, ada yang datang, ambil foto sembari ngobrol. Setelah itu, banyak sekali orang baik datang. Terutama setelah saya memasuki kawasan Jawa Tengah. Tiba-tiba ada mobil berhenti dan mengulurkan uang," ucapnya.
Kedatangan Amir di Jombang juga disambut sejumlah netizen.
Tarie, netizen Jombang mengaku memberikan doa, dorongan moral dan spirit kepada Amirudin agar semua usaha menemui ibundanya di Banyuwangi berjalan lancar dan kisahnya berujung bahagia.
• AHY Tanggapi Polemik Pembebasan Abu Bakar Baasyir, Singgung Ketidakjelasan Pemerintah hingga Pemilu