KOPMAS Sebut Minimnya Pengetahuan Soal Gizi dan Tumbuh Kembang Anak Jadi Penyebab Stunting
Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) gelar diskusi terbuka dalam memperingati Hari Gizi Nasional.
Penulis: Samsul Arifin | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Syamsul Arifin
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) gelar diskusi terbuka dalam memperingati Hari Gizi Nasional, Selasa (29/1/2019).
Diskusi tersebut mengambil tema ‘Menuju Zero Gizi Buruk dan Stunting 20145’.
Adapun narasumber yang didatangkan yakni Direktur Gizi Masyarakat, Doddy Izwardy; Kementerian Kesehatan RI, Direktur Registrasi Pangan Olahan BPOM, Anisyah; Ketua Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS), Arif Hidayat, serta aktivis KOPMAS, Yuli Supriaty.
• INFO SEHAT - 4 Manfaat Konsumsi Buah Salak yang Jarang Diketahui, Ampuh Jaga Kesehatan Jantung
• Hasil Lengkap Liga Inggris, Manchester City dan Manchester United Tak Mampu Petik Kemenangan
Sementara Ketua Komisi IX DPR RI, Dede Macan Yusuf Efendi turut berdiskusi melalui video call.
Ketua Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS), Arif Hidayat mengatakan, meskipun berdasarkan Riskesdas 2018 menunjukkan adanya perbaikan status gizi pada balita di Indonesia, namun ancaman gizi buruk dan stunting akan terus menghantui anak-anak di Indonesia.
Hal itu berakar dari minimnya edukasi masyarakat mengenai 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) dan tumbuh kembang anak.
Dari hasil pemantauan pihaknya di beberapa wilayah, permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah akses kesehatan yang sulit dijangkau, belum memiliki atau terkendala BPJS, hingga pengetahuan masyarakat tentang gizi dan tumbuh kembang anak sangat minim.
• INFO SEHAT - 8 Jus Sayuran yang Baik untuk Diet, dari Jus Wortel hingga Brokoli
• Berlebihan Konsumsi Petai Dapat Mengancam Kesehatan Tubuh, Sakit Perut hingga Picu Gagal Ginjal
“Kami masih menemukan bayi dan balita yang mengonsumsi susu kental manis, bahkan minuman ringan rasa kopi susu, karena orang tua beranggapan minuman tersebut adalah susu yang dapat mencukupi gizi anak,” jelas Arif di LBH Jakarta, Selasa (29/1/2019).
Lebih lanjut, Arif mengatakan, perlu adanya sinergi baik pemerintah dan swasta maupun lembaga-lembaga non pemerintah atau LSM.
Melalui kegiatan tersebut, KOPMAS menyampaikan apresiasi terhadap pemerintah, Kemkes & BPOM yang telah mengeluarkan PerBPOM No 31 Th 2018 tentang Label Pangan Olahan yang diharapkan dapat menjadi langkah awal perbaikan gizi masyarakat di masa mendatang.
• 5 Tempat Wisata di Jawa Timur yang Bisa Jadi Pilihan Habiskan Waktu Libur, Pantai sampai Kawah Ada!
• Madura United Vs Cilegon United, Gol Andik dan Aleksandar Rakic Bawa Kemenangan Laskar Sape Kerrab
“Meski demikian, langkah ini tak berhenti dengan penerbitan regulasi, namun juga harus berlanjut pada edukasi kepada masyarakat dan produsen makanan dan minuman, pengawasan serta penindakan yang tegas apabila ada pelanggaran. Untuk inilah dibutuhkan sinergi antara masyarakat, LSM/NGO dan pemerintah,” paparnya.
Terkait aturan tentang Label Pangan Olahan tersebut, Direktur Registrasi Pangan Olahan BPOM, Anisyah menegaskan BPOM segera mensosialisasikan, terutama kepada produsen.
“Meski grace periodenya ditetapkan 30 bulan, tapi kita akan dorong pengusaha agar melakukan penyesuaian secepatnya, termasuk mengenai produk SKM. Kita sudah mapping dan memang ditemukan lebih banyak produk kriemer yang beredar dibanding susu kental manis,” jelas Anisyah.
• Ampas Tebu Pencegah Bahaya Merkuri Mahasiswa ITS Surabaya Raih Juara Pertama LKTIN Cosmos di Undip
• Qatar Vs Uni Emirat Arab, Bungkam Tuan Rumah, Qatar Susul Jepang ke Final Piala Asia 2019
Berdasarkan hasil temuan KOPMAS, mereka mengaku kesulitan akses kesehatan seperti BPJS Kesehatan.
Sebanyak 12 anak terindikasi mengalami gizi buruk: di Kabupaten Bandung 1 anak, Kabupaten Bandung Barat 4 anak, Indramayu 4 anak, Cirebon 2 anak dan Malang 1 anak .
Arif menambahkan, dari kunjungan tersebut masih ditemukan orang tua yang memberikan susu kental manis (SKM) sebagai minuman bernutrisi.
Akibatnya, mereka justru kekurangan nutrisi bahkan terindikasi mengalami gizi buruk.
“Pemahaman yang salah di masyarakat kita hingga saat ini bahwa SKM adalah susu yang memiliki nutrisi tinggi bagi anak-anak terutama bayi, padahal diketahui kandungan gula pada SKM sebesar 50 persen,” ujar Arif.
• Dua Gol Krzysztof Piatek Antarkan AC Milan Lolos ke Babak Semifinal Coppa Italia
• INFO SEHAT - Mengenal Diet General Motors, Batasi Menu Selama Seminggu dan Perbanyak Buah dan Sayur
Perlu diketahui, proporsi status gizi sangat pendek dan pendek turun dari 37,2 persen (Riskesdas 2013) menjadi 30,8 persen.
Demikian juga proporsi status gizi buruk dan gizi kurang turun dari 19,6 persen (Riskesdas 2013) menjadi 17,7 persen.
Namun yang perlu menjadi perhatian adalah adanya tren peningkatan proporsi obesitas pada orang dewasa sejak tahun 2007 sebagai berikut, 10,5 persen (Riskesdas 2007), 14,8 persen (Riskesdas 2013) dan 21,8 persen (Riskesdas 2018).
“Kalau kita datang langsung ke kampung-kampung yang aksesnya sulit dijangkau, mungkin kita akan menemukan lebih banyak lagi penderita gizi buruk. Hanya saja kita belum tahu,” tandas Arif.