Mengintip Siswa MTs Fathur Rahman Jember Belajar di Tenda BNPB Akibat 3 Ruang Kelasnya Ambruk
Sebuah tenda berwarna biru berdiri di halaman Madrasah Tsnawiyah (MTs) Fathur Rahman Dusun Curahdami Desa/Kecamatan Sukorambi, Jember
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Anugrah Fitra Nurani
TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Sebuah tenda berwarna biru berdiri di halaman Madrasah Tsnawiyah (MTs) Fathur Rahman Dusun Curahdami Desa/Kecamatan Sukorambi, Jember, Selasa (12/2/2019).
Tenda bertuliskan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) itu terlihat dari jalan raya di depan sekolah meskipun mereka yang melihat belum masuk ke sekolah itu.
Tenda itu berukuran lebar 5 meter dan panjang 15 meter.
Di dalam tenda terlihat barisan meja dan kursi yang biasa dipakai untuk kegiatan belajar mengajar murid. Sepasang meja kursi untuk guru ditempatkan di depan barisan meja dan kursi murid.
(Bangkalan Siaga Darurat Banjir, Angin Puting Beliung, dan Tanah Longsor, Ini Lokasi Titik Rawannya)
Sementara di sisi tenda itu, ada barisan bangunan roboh. Bangunan yang roboh itu sebelumnya merupakan tiga ruang kelas yakni kelas &-a, 7-b, dan 8-a.
Saat Surya mendatangi MTs Fathur Rahman sekitar pukul 07.30 Wib, terlihat puluhan murid kelas 9 sedang belajar di bawah tenda BNPB itu.
Mereka sedang belajar mata pelajaran Al-Quran dan Hadist. Sang guru, Umi Farida mengajar mereka.
Begitulah pemandangan di MTs Fathur Rahman dua hari terakhir. Para murid bergantian belajar di bawah tenda tersebut. Meskipun tetap ada yang belajar di ruang kelas yang masih berdiri.
Hal ini mereka lakukan karena tiga ruang kelas mereka ambruk pada Jumat (8/2/2019) pukul 22.00 Wib. Mts swasta itu awalnya memiliki enam ruang kelas untuk enam rombongan belajar (Rombel).
Rombel itu terdiri atas dua Rombel untuk masing-masing kelas 7, 8, dan 9. Tiga ruang kelas yang ambruk itu dibangun sejak tahun 2009.
"Saat ada gempa besar yang melanda Lombok tahun lalu, tiga ruang kelas itu sudah retak. Akhirnya tidak difungsikan karena kami khawatir membahayakan keselamatan anak-anak," ujar Umi Farida.
(Guru Asal Jombang yang Tenggelam di Pantai Payangan Jember Tinggalkan Dua Anak yang Masih Kecil)
(BREAKING NEWS: Guru di Jombang yang Hilang di Pantai Payangan Sejak Minggu Ditemukan)
Akhirnya semua Rombel di masing-masing kelas digabung. Akibatnya jumlah murid setiap kelasnya makin banyak.
Setiap Rombel rata-rata berisi 35 siswa. Ketika digabung jadi satu akhirnya ada 70 siswa yang bergabung dalam satu kelas.
Kondisi ini makin parah setelah tiga ruang kelas yang awalnya retak akhirnya ambruk.
Dari pantauan Surya, ketiga ruang kelas itu hanya tersisa sedikit yang berdiri. Material bangunan sudah menyentuh tanah semua.
Ruang kelas itu ambruk setelah kawasan tersebut diguyur hujan selama dua hari berturut-turut.
"Hujan deras ditambah angin kencang akhirnya ambruk," lanjut Umi.
Pihak sekolah melaporkan ambruknya sekolah itu ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember.
Sabtu (9/2/2019) pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember melakukan assesment ke sekolah itu.
Akhirnya BPBD memberikan bantuan tenda ke sekolah. Tenda itu difungsikan sebagai kelas darurat jika dibutuhkan oleh pihak sekolah.
"Dipakai mulai kemarin. Tapi kemarin, masih tidak banyak murid yang masuk. Mungkin masih takut melihat sekolahnya rusak. Sekarang sebagian besar masuk. Paling yang izin dan sakit yang tidak masuk," ujar Kepala MTs Fathur Rahman, Abdur Rahman.
Abdur berharap ada bantuan untuk sekolahnya. Jika ada penyumbang, lanjut Abdur, dia memilih sumbangan itu dalam bentuk material.
"Jadi bisa langsung kami buat membangun sekolah. Kalau sekolah bisa segera terbangun, anak-anak akan belajar secara nyaman. Apalagi kan biaya pendidikan sekolah di sini gratis karena sebagian besar murid kami dari kalangan orang tidak mampu," imbuhnya.
M Erwin, murid kelas 9 MTs Fathur Rahman mengaku sedih saat mengetahui sekolahnya ambruk.
"Sedih dan kaget waktu lihat hari Sabtu lalu. Kami berharap sekolah kami bisa segera dibangun kembali, biar kami bisa nyaman bersekolah," kata Erwin.
Ketika ditanya tentang biaya pendidikan, Erwin dan teman-temannya menyebut, dirinya bersekolah secara gratis di sekolah itu. "Tidak ada biaya pendidikan atau SPP itu. Gratis. Paling hanya beli buku sendiri," imbuhnya.
Buku bacaan, juga seragam sekolah disediakan oleh yayasan. Murid membeli buku tulis, juga buku penunjang yang diinginkan.
Reporter: Surya/Sri Wahyunik
(Hasil Timnas U-22 Vs Madura United, Gol Marinus Wanewar Selamatkan Timmas U-22)