Angka Kematian Ibu Pasca Melahirkan di Jember Duduki Rangking Satu, Sepanjang 2018 Ada 33 Kasus
Kasus kematian ibu paska persalinan kembali terjadi di Jember. Berdasarkan data angka kematian ibu di Jember pada 2018 mencapai 33 kasus.
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Kasus kematian ibu paska persalinan kembali terjadi di Jember.
Kasus kematian ibu ini diungkapkan oleh anggota Komisi D DPRD Jember, Situ Romlah saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember di ruang Komisi D DPRD Jember, Kamis (21/2/2019).
RDP itu melibatkan sejumlah pihak yakni Dinkes, Dinas Sosial, BPJS Kesehatan, juga manajemen RSD dr Soebandi, RSUD Balung, dan RSUD Kalisat.
Peristiwa itu terjadi pada 10 Februari lalu, menimpa pada seorang ibu di Desa Mayangan Kecamatan Gumukmas, Jember.
• Pasca Terjangan Angin Kencang di Jember, Perbaikan Listrik dari PLN Rampung 100 Persen
• Puluhan Tiang Listrik dan Pohon Bertumbangan di Kabupaten Jember Diterjang Angin
Romlah menuturkan, ibu hamil itu diketahui menderita sejumlah penyakit saat memeriksakan penyakit jantungnya, di usia kandungan lima bulan.
"Awalnya dia mau memeriksakan penyakit jantungnya, ketika itu usia kehamilanya lima bulan. ternyata dia diketahui menderita penyakit anemia juga kekurangan energi," ujar Romlah.
Dalam proses perawatan, ibu hamil itu kemudian dirujuk ke RSUD Balung, dan kemudian dirujuk lagi ke RSD dr Soebandi.
Namun beberapa hari dirawat, ibu hamil itu meminta pulang karena tidak memiliki kartu BPJS Kesehatan dan tidak mengantongi Surat Pernyataan Miskin.
Alasan biaya perawatan membuatnya memilih pulang.
Awal bulan Februari lalu, akhirnya dia melahirkan di sebuah rumah sakit di Lumajang melalui operasi sesar.
Namun empat hari setelah melahirkan, ibu tersebut meninggal dan anaknya selamat.
"Saya melacak kasus ini, dan apa yang saya tangkap disini adalah, pertama data dan kondisi ibu hamil yang tidak tertangkap (diketahui) oleh bidan wilayah," terangnya.
Kedua, lanjut dia, ketika tertangkap itupun karena memeriksakan diri, namun pelayanan yang didapatkan tidak maksimal, terutama untuk pelayanan mendapatkan SPM.
• Angin Kencang Terjang Jember, Sejumlah Pohon Tumbang
• Pasca Angin Kencang, PLN Area Jember-Lumajang Targetkan Normalisasi Pasokan Listrik Rampung Hari Ini
"Ketiga, adanya lost contact dengan ibu hamil ini," lanjutnya lagi.
Karena itu, Romlah meminta supaya kasus seperti ini tidak terjadi lagi.
Romlah menegaskan, Kabupaten Jember masih disorot sebagai kabupaten dengan angka kematian ibu yang tinggi di Jawa Timur.
"Sementara satu di antara tolak ukur kualitas kesehatan adalah angka kematian ibu. Ternyata angka kematian ibu di Jember ini masih tinggi, rangking satu di Jember," tegasnya.
Dia meminta Pemkab Jember serius dalam menangani persoalan AKI, juga memberikan pelayanan yang terbaik bagi ibu hamil.
Terkait paparan Romlah itu, Kepala Seksi Kesehatan Ibu Dinkes Lilik Lailiyah yang hadir di RDP itu mengatakan, semua informasi yang masuk akan diakomodasi.
• Jadi Lokasi Prostitusi, Polisi Gerebek Warung di Jember, 2 Mucikari Ditangkap
Dia juga menyebutkan semua informasi terkait ibu hamil di Jember selalu langsung ditangani.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Jember Isnaini Dwi Susanti menegaskan pihaknya tidak pernah mempersulit warga yang mengurusi SPM.
"Itu sudah kerap kami sosialisasikan, termasuk kepada kepala desa dan perangkatnya. Pada prinsipnya kami sudah meminta supaya pelayanan didahulukan, jangan pernah mempersulit dan menolaknya," tegas Santi.
Perihal AKI di Kabupaten Jember ini pernah disinggung oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Pada saat pelantikan Tim Pengurus PKK Jawa Timur lalu, Khofifah kembali menyinggung ini.
Dia meminta supaya TP PKK terlibat dalam penekanan angka kematian ibu dan anak, juga stunting di Jatim.
Berdasarkan data angka kematian ibu di Jember pada 2018 mencapai 33 kasus. (Surya/Sri Wahyunik)