Mas Ipin Pakai Busana Jawa Kasual saat Karnaval di Trenggalek: Identitas Budaya Nggak Perlu Ribet
Bupati Trenggalek M Nur Arifin mengikuti rangkaian pawai etnik karnaval di Kabupaten Trenggalek. Ia mengenakan busana adat khas Jawa.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM, TRENGGALEK – Bupati Trenggalek M Nur Arifin mengikuti rangkaian pawai etnik karnaval di Kabupaten Trenggalek, Sabtu (3/8/2019).
Ia bersama istri, anak, serta pejabat dan pegawai pemkab turut berjalan kaki dari titik awal hingga akhir karnaval.
Pria yang akrab disapa Mas Ipin itu mengenakan setelah kemeja hitam dan jarik yang diikatkan seperti sarung.
Untuk penutup kepala, ia menggunakan blangkon. Sekilas, busana yang dipakai mirip dengan pakaian khas Jawa.
• Gempa 7,4 SR di Banten Berpotensi Tsunami, Warga di Trenggalek Rasakan Getaran
“Ini bukan busana Jawa yang konvensional. Saya ingin menunjukkan ke anak-anak melenial bahwa kalau mau tampil dengan identitas kebudayaan itu nggak perlu ribet,” kata Mas Ipin, setelah iktu karnaval.
Pawai yang digelar hari itu adalah rangkaian dari karnaval menyambut HUT RI ke-74.
Pada Kamis (31/7/2019), karnaval digelar untuk tingkat sekolah dasar dan menengah pertama.
Sementara pada hari itu, karnaval diikuti oleh sekolah menengah atas dan umum.
Turut ikut juga organisasi perangkat daerah dari pemda.
• Meriah, Etnik Carnival Sambut HUT RI Angkat Tema Trenggalek Meroket
Mas Ipin bilang, karnaval pada tahun ini sengaja digelar dua kali.
Soalnya apabila diselesaikan dalam sehari, karnaval bisa berlangsung hingga malam.
Para peserta pawai menampilkan pertunjukan budaya dan pakaian adat berbagai daerah.
Pawai menempuh rute mengelilingi pusat kota Trenggalek dengan titik awal di SDN Sumbergedong 1 dan berakhir di depan tugu Pancasila.
• Buka Gebyar Kesenian Jaranan, Bupati Mas Ipin Ingin Ada Pertunjukan di Dalam Hutan Pinus Trenggalek
Pertunjukan budaya yang disampaikan kebanyakan khas Kabupaten Trenggalek, seperti tari jaranan Turunggo Yakso, Larung Sembonyo, dan larung kepala kerbau Dam Bagong.
Sementara para peserta lain mengenakan pakaian khas adat di berbagai daerah di Indonesia.