1 dari 4 Warga Malang Punya Penyakit Jantung, Pemkab Malang Terjunkan Kader Program Smart Health
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang menyoroti bahaya penyakit jantung. Sebagai langkah preventif, Pemkab Malang meresmikan program Smart Health.
Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Anugrah Fitra Nurani
TRIBUNJATIM.COM, KEPANJEN - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang menyoroti bahaya penyakit jantung.
Sebagai langkah preventif, Pemkab Malang meresmikan program Smart Health.
Program tersebut lahir atas kerjasama Pemkab Malang, Universitas Brawijaya dan The University of Manchester Inggris.
Terbaru, program tersebut dibekali dengan aplikasi berbasis smartphone.
(Satu Calon Jemaah Haji Asal Paciran Lamongan Meninggal dalam Pesawat, Punya Riwayat Sakit Jantung)
Latar belakang dilaksanakannya program Smarthealth adalah berawal dari masih awamnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit jantung.
Steering Committee Smart Health dari The University of Manchester Inggris, Gindo Tampubolon menerangkan, penyakit jantung termasuk penyakit yang tidak menular namun mematikan.
Kehadiran penyakit jantung bisa dipicu oleh penyakit yang timbul dahulu. Seperti hipertensi dan diabetes.
Selain itu, tingkat stress yang tinggi juga memicu timbulnya penyakit yang menyerang sirkulasi darah tersebut.
"Penyakit jantung bisa menyerang siapa saja bahkan usia muda pun beresiko jika tak menjalani pola hidup sehat," beber Gindo saat presentasi Replikasi Program Smart Health di Pendapa Peringgitan Pemkab Malang, Senin (5/8/2019).
Direktur RS UB Sri Andirini menyampaikan, program Smart Health bertujuan untuk membantu masyarakat di Kabupaten Malang paham mengenai bahaya penyakit hipertensi yang bisa memicu penyakit jantung.
Program Smarthealth bersama George Institute sudah terlaksana di tahun 2016.
(Husnun Djuraid Meninggal Saat Ikut Surabaya Maraton 2019, Keluarga: Punya Riwayat Sakit Jantung)
UB juga melatih para kader ini untuk bisa memeriksa gula darah, hipertensi dan sebagainya.
Tercatat sebanyak 24 ribu orang yang sudah diperiksa sehingga bisa melihat berapa jumlah yang menderita dan beresiko tinggi.
Riset sudah dilakukan di empat desa.
Di antaranya di Desa Sidorahayu, Wagir; Desa Sepanjang Kecamatan Gondanglegi; Desa Karangduren, Pakisaji; dan Desa Kepanjen, Kepanjen.
Hasilnya, ditemukan satu dari empat orang adalah penderita hipetensi. Sementara satu lainnya beresiko tinggi
''Kami bergerak lagi tidak hanya ini saja, dengan ingin memperluas lagi di seluruh wilayah di Kabupaten Malang. Untuk itu dukungan Pemkab Malang sangat diperlukan," terang Andarini.
Andarini mengingatkan, tren penyakit jantung saat ini cenderung alami peningkatan. Bahkan, tidak lagi pada usia 40 tahun ke atas, melainkan sudah mulai usia 30 tahun.
Faktornya banyak, di antaranya kerap mengkonsumsi makanan dengan banyak garam dan pengawet.
''Selain pola konsumsi makan juga karena stress itu juga faktor yang mempengaruhi hipetensi," ucap Andarini
"Dukungan yang diharapkan dari pemerintah adalah, rutinitas penderita mengkonsumsi obat dengan cara memberikan obat tanpa berhenti," jelas Andarini.
(Diduga Meninggal Sakit Jantung, Husnun Djuraid Pingsan di Kilometer Delapan Surabaya Marathon)
Menanggapi pengembangan program Smarthealth, Plt Bupati Malang mengupayakan bentuk edukasi penyakit jantung melalui para kader, bisa terlaksana di seluruh desa di Kabupaten Malang.
Sanusi menyadari sosok vital dalam program Smart Health ada pada kader serta relawan.
Politisi PKB itu mengaku sudah menyiapkan relawan yang cukup banyak untuk menerapkan Smart Health.
"Dalam program ini, para relawan terdiri dari perawat desa, tenaga kesehatan serta bidan. Merela terjun ke masyarakat untuk melakukan pendataan," beber Sanusi.
Setelah didata, para kader Smart Health menginput perkembangan kondisi warga yang diperiksa kesehatannya, melalui aplikasi Smart Health yang sudah disediakan di ponsel para kader.
Sanusi berharap jumlah penderita penyakit jantung, diabetes dan hipertensi di Kabupaten Malang akan semakin berkurang.
"Jadi, datanya jelas dan tersentralisasi. Bisa dipantau berapa jumlah penderita penyakit jantung," jelas Sanusi.
Di sisi lain, peran kader Smart Health menjadi ujung tombak memberikan penyadaran positif kepada masyarakat terkait pencegahan penyakit jantung.
(Penyebab Kematian Pria Asal Kediri yang Meninggal di Atas Pohon, Diduga Penyakit Jantungnya Kambuh)
Satu kader Smart Health di Desa Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Agustin Sintowati menerangkan, dirinya secara sukarela menyambangi masyarakat dari pintu ke pintu.
Tujuannya melakukan pemeriksaan kesehatan meliputi tekanan darah dan lain-lain.
"Jika ada masyarakat ada yang beresiko penyakit jantung langsung kami sarankan ke Posbindu desa. Kemudian dapat obat. Setelah itu kami pantau dan catat melalui aplikasi," ucap Agustin.
Edukasi pola makan sehat juga diberikannya kepada warga yang ia sosialisasi. Seperti mengurangi konsumsi gula dan garam yang berlebihan pada masakan.
"Kami sarankan agar rutin berolahraga dan mengonsumi buah. Kami ajarkan untuk diet garam dan makanan berlemak," jelas Agustin.
Reporter: Surya/Erwin WIcaksono
(Penyebab Kematian Pria Asal Kediri yang Meninggal di Atas Pohon, Diduga Penyakit Jantungnya Kambuh)