Melukis untuk Menyembuhkan, Rahmawati Riree Bercerita dengan Kanvas
Rahmawati Riree sadar telah memiliki sosok yang akan terus mendengarkan ceritanya, yakni kanvas.
Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sejak 2015, Rahmawati Riree, seniman alumnus Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya (STKW), mengetahui bahwa dirinya menyandang bipolar.
"Sejak akhir 2015, saya rutin berobat ke psikiater. Suatu ketika, saya berada di titik yang paling rendah. Saya capek dengan berbagai masalah yang kompleks," kata Rahmawati Riree saat ditemui wartawan TribunJatim.com dalam pameran tunggalnya di Co'lab Space, Kamis (2/1).
Ketika itu, Rahmawati Riree menelan langsung 23 pil dari dokter.
Hampir overdosis, Rahmawati Riree mengatakan.
Untungnya nyawanya masih tertolong.
"Setelah 20 jam, saya baru sadar. Waktu itu dirujuk ke RSJ Menur. Selang lima hari, saya pulang. Saat itu saya sudah cuti kuliah dan tidak lagi berkegiatan. Berbagai pengobatan alternatif juga saya jalani, tapi hasilnya tidak maksimal," kata Rahmawati Riree.
Saat titik rendahnya itu, perempuan 23 tahun ini mengatakan, orang-orang di sekitarnya datang silih berganti.
Pada akhirnya, ia merasa percuma panjang lebar bercerita.
Toh, ujung-ujungnya mereka pergi.
• Baru Empat Bulan Keluar dari Penjara, Residivis Surabaya Kuras Rp 800 Ribu dan HP dari Toko Bangunan
• Eksekusi Gedung Astranawa Surabaya, SCWI Temukan Unsur Gratifikasi: Harusnya Jadi Aset Pemkot
Sampai akhirnya Rahmawati Riree sadar telah memiliki sosok yang akan terus mendengarkan ceritanya, yakni kanvas.
"Pada 2016, saya mulai merasa bahwa melukis ialah medium (penyembuhan) bagi saya. Ketika orang-orang datang dan pergi, kanvas tetap ada. Saya ngerasa ngrobol sama mereka," katanya.
Emosi-emosi yang dulu ia lampiaskan dengan cara membuang barang, memecahkan kaca, dan lainnya, bisa tereduksi gara-gara melukis.
• Bongkar Pasang Pejabat di Lingkungan Polda Jatim, 13 Pejabat Dimutasi
• Puluhan Papan Reklame Bodong Dibongkar Paksa Satpol PP Kota Mojokerto

"Emosinya tersalurkan lewat melukis, meskipun memang dengan marah dan sebagainya. Saya merasa perlu berterima kasih kepada kanvas karena menyelamatkan saya," tuturnya.
Saat itu, Rahmawati Riree belum mengenal istilah art theraphy (terapi psikis menggunakan seni sebagai media).
Istilah tersebut baru ia dengar pada tahun 2018.