Hasil Uji Lab, 9 Ekor Sapi Mati Mendadak Milik Warga Situbondo Diakibatkan Perut Kembung
Teka teki matinya sembilan ekor ternak sapi milik warga Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo terjawab sudah.
Penulis: Izi Hartono | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SITUBONDO - Teka teki matinya sembilan ekor ternak sapi milik warga Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo terjawab sudah.
Pasalnya, hasil laboratorium yang dilakukan tim Kesehatan Hewan Malang, menyatakan kematian ternak warga disebabkan tympani alias perut kembung dan bukan karena virus atau penyakit yang mengkhawatirkan.
"Sejak turun ke lokasi, saya sudah mengira kematian hewan itu bukan karena penyakit yang membahayakan," ujar Hasanuddin Riwansia,Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Pemkab Situbondo.
Hasanuddin menjelaskan, dari hasil pengujian laboratorium kematian sapi terkait Rose Bengal Test (RBT) delapan sampel yang dibawa 100% dinyatakan negatif.
Tak hanya itu, pengujian Anthrax dari delapan sampel 100 persen dinyatakan negatif. Demikian juga dengan pengujian toksin, plumbon dan sianida semua hasilnya negatif.
Dikatakan, endoparasit dari delapan sampel yang diuji laboratorium, satu sampel positif terinfeksi cacing hati (faciola hepatica), tujuh sampel lainnya dinyatakan negatif. Sementara untuk parasit darah dari delapan sampel, hasilnya semuanya negatif.
• Kasus 9 Sapi di Situbondo Mati Mendadak, Disnak Jatim: Masyarakat Rutin Periksakan Hewan Ternak
• Jarang Terekspos ke Publik, Perilaku Wanita ISIS Dibongkar Eks Simpatisan, Disebut Jauh dari Islami
• Proses Pembuatan Ganja Sintetis yang Dilakukan 4 Pelaku yang Digerebek, Pakai Alkohol & Zat Pewarna
"Dari pengujian yang dilaksanakan laboratorium di Malang, tidak mengarah pada penyakit hewan menular strategis (PHMS)," kata Udin kepada Tribunjatim.com.
Untuk menghindari kematian sapi karena tympani, kata Udin , pihaknya meminta kepada para peternak agar memperhatikan cara menyajikan pakan terhadap ternaknya. Rumput muda sangat berbahaya bagi hewan ternak, dikarenakan banyak menyimpan air.
"Penyediaan pakan harus diseimbangkan. Jeramian itu bagus untuk penyeimbang pakan. Kalau rumput muda harus diangin-anginkan terlebih dulu untuk mengurangi kandungan air," pungkasnya kepada Tribunjatim.com.
Diberitakan sebelumnya, Warga Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, resah.Keresahan warga tersebut, dikarenakan ternak sapinya mati mendadak.
Bahkan, dalam satu minggu terakhir ini sudah ada sebanyak 9 ekor sapi milik warga yang mati tanpa sebab tersebut.
"Awalnya ada dua ekor sapi yang mati, dan kemarin ada 7 ekor lagi sapi milik warga yang mati,"ujar Sahijo kepala Desa Bantal saat dihubungi Surya.
Sahijo menjelaskan, pihaknya tidak mengetahui secara pasti apa penyebab matinya sapi sapi milik warganya itu.
"Sapi itu mati mendadak, padahal sapi warga itu tidak sakit," katanya.
Sembilan ekor sapi warga yang mati, kata Sahijo, diantaranya empat ekor sapi milik warga di Dusun Padukuhan Pariopo, dua ekor sapi di Dusun Curahmalang, Padukuhan Alang Alang.