Kajian Arkeolog UM, Temuan Kepala Kala di Tulungagung Diduga Tersurat dalam Nagarakretagama
Arkelog Universitas Malang (UM), Dwi Cahyono, menyebut temuan fragmen kepala kala sangat penting, karena diduga sebagai bagian besar di era Singhasari
Penulis: David Yohanes | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, David Yohanes
TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Dua fragmen kepala kala ditemukan di pekarangan rumah warga di Desa Panggungrejo, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Arkelog Universitas Malang (UM), Dwi Cahyono, menyebut temuan ini sangat penting, karena diduga sebagai bagian besar di era Singhasari atau umum disebut Singosari.
Candi ini yang disebut dalam Kakawin Nagarakretagama (1365 M) dan prasasti tembaga Mula Malurung (1255 M).
Prasasti itu menyebut nama Kalangbrat, toponimi ini amat dekat dengan nama Kalangbret saat ini.
Kalangbret adalah nama desa di Kecamatan Kauman, yang dulu pernah menjadi pusat pemerintahan.
Kecamatan Kauman dulunya juga dikenal sebagai Kecamatan Kalangbret, dan hingga saat ini kantor kepolisiannya masih bernama Polsek Kalangbret.
• Rampas Kalung Emas Anak Kecil, Jambret Tulungagung Diamuk Warga, Tak Sadar Dipantau Ayah Korban
• Terjaring Razia Jam Malam, Puluhan Warga Tulungagung Dihukum Kerja Sosial, Menyapu & Cabuti Rumput
“Apabila benar demikian, bisa jadi fragmen itu merupakan bagian dari candi Hindu sekte Siwa,” terang Dwi, dalam penjelasan tertulisnya, Minggu (21/6/2020).
Dugaan ini dikuatkan dengan temuan batu yoni ukuran besar, 300-400 meter sebelah timur dari temuan kepala kala.
Selain itu sekitar 100 meter dari temuan ini, tepatnya pada areal makam di tepi utara Daerah Alisan Sungai (DAS) Song banyak ditemukan bata-bata kuno dan fragmen gerabah.
Masyarakat juga menginformasikan, pernah ada arca-arca batu yang sengaja dijeburkan ke aliran sungai.
• Massa Perguruan Silat Bentrok dengan Warga Madiun, Genting & Kaca Jendela Rumah Rusak Dilempar Batu
• Satpol PP Bubarkan Warung Lesehan di Bantaran Sungai Brantas Kota Kediri
“Semua temuan itu menguatkan dugaan lokasi Candi Kalangbrat memang ada di dekat Panggungrejo,” sambung Dwi.
Candi ini telah ada sejak era Raja Wisnuwardhana (1248-1268 M).
Belum ada kepastian siapakah sosok yang didharmakan di Candi Kalangbrat.

Namun menurut Dwi, sosok itu diindikasikan berkerabat dengan raja-raja di Singhasari.
“Karena keberadaannya sudah disebut dalam prasasti Mula Malurung dan Nagarakretagama,” tuturnya.
• Pemkab Blitar Gelar Doa Lintas Agama dan Pengajian Akbar Secara Virtual di Haul ke-50 Bung Karno
• Satgas Covid-19 NU Kota Malang Akan Periksa 24 Pesantren untuk Cegah Penularan Covid-19
Masih menurut Dwi, Candi Kalangbrat disebut dalam Nagarakretagama sebagai salah satu dari 27 pendharmaan yang direnovasi atas perintah dari maharaja Hayam Wuruk di era Majapahit.
Tujuannya untuk pemujaan arwah leluhurnya.
Nagarakretagama juga menyebut, candi ini termasuk ke dalam kelompok bangunan suci kerajaan (sudhamahaji).
• Terjadi Lonjakan Pasien Covid-19 di Tulungagung, Perilaku Masyarakat akan Dievaluasi
• Empat Pasien Covid-19 di Jawa Timur Berhasil Sembuh Berkat Terapi Plasma Convalescent
Oleh karena itu, secara arsitektural dan ilinigrafis amat boleh jadi bergaya seni Majapahit.
“Melihat ukuran kepala kala yang ditemukan, pasti candi itu berukuran sangat besar. Wajar jika saat itu renovasi candi ini menjadi 'proyek nasional' pada zamannya,” ungkap Dwi.
Editor: Dwi Prastika