Himpunan Dokter Patologi Klinik Usulkan Persyaratan Perjalanan Orang Tidak Lagi Gunakan Rapid Test
Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKlin) mengusulkan agar persyaratan perjalanan orang dalam masa Pandemi Covid-19 tidak lagi menggunakan rapid
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Yoni Iskandar
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Sofyan Arif Candra
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKlin) mengusulkan agar persyaratan perjalanan orang dalam masa Pandemi virus Corona atau Covid-19 tidak lagi menggunakan rapid test.
Menurut Ketua Umum PP PDS PatKlin, Prof Dr dr Aryati, rapid test memilik sensitivitas maupun spesifikasi yang rendah.
"Bisa saja hasil rapid test menunjukkan negatif palsu kalau sensitivitasnya tidak tinggi. Jadi hasilnya non reaktif padahal sesungguhnya kalau PCR mungkin positif. Sehingga tidak ada jaminan kalau dia non reaktif itu bebas dari Covid-19," kata Prof Dr dr Aryati kepada TribunJatim.com, Senin (20/7/2020).
Atau sebaliknya, bisa saja hasil rapid test nya reaktif sehingga tidak diperbolehkan untuk berangkat padahal bisa saja jika dilakukan test PCR (Polymerase Chain Reaction) hasilnya negatif.
"Ini sangat merugikan calon penumpang," lanjut Prof Dr dr Aryati kepada TribunJatim.com.
• LBH Surabaya Pertanyakan Sanksi Dalam Perwali, Produk Hukum Perwali Tak Bisa Memuat Sanksi
• Polisi Ringkus Kurir Narkoba Beserta 51 Gram Sabu, Identitas Terkuak Ternyata Kakak Freddy Budiman
• UTBK SBMPTN 2020 Universitas Brawijaya Tahap 2, Tersisa 50 Orang, Mayoritas Peserta Relokasi Ujian
Menurut Aryati, calon penumpang harus mempunyai bukti test PCR yang hasilnya keluar hari itu juga.
"Tapi kalau kita lihat di lapangan, hasil tesnya ini bisa keluar baru 2 minggu sampai 3 minggu bahkan 1 bulan kemudian," ujarnya.
Hal tersebut menurut Aryati bisa membahayakan calon penumpang lain karena walaupun hasilnya negatif, hasil tersebut tidak mencerminkan kondisi calon penumpang pada hari itu juga.
"Bisa saja selama menunggu hasil PCR itu dia tertular," ucapnya.
Jika hasilnya positif pun dia bukan positif pada tanggal tersebut, karena mengambil Saliva nya sudah seminggu yang lalu.
Aryati menyarankan agar pemerintah melakukan penjajakan pemeriksaan TCM (Tes Cepat Molekuler) dengan sampel swab atau saliva di stasiun atau bandara sesaat sebelum calon penumpang melakukan perjalanan.
"Kalau PCR keluar hari itu juga tidak apa-apa, tapi kan kenyataan di lapangannya lama maka saya menyarankan TCM," lanjutnya.
Jika TCM tidak bisa, maka alternatif lainnya adalah dengan rapid test antigen.
"Rapid Test antigen ini sudah ada, cuma memang lebih mahal sedikit dibandingkan rapid test yang antibodi tapi memang lebih akurat untuk mendeteksi Covid-19," lanjutnya.
Selain TCM dan rapid test antigeb, PDS PatKlin juga menyarankan agar calon penumpang dilakukan pengukuran suhu tubuh, pengukuran saturasi oksigen menggunakan Fingertip Pulse Oximeter serta menerapkan protokol kesehatan yang ketat selama perjalanan.
"Sirkulasi udara yang bersih dalam kendaraan, kereta api, dan pesawat udara juga harus dijaga," pungkasnya.