Virus Corona di Surabaya
EKSLUSIF, Tanya Jawab 'Terapi Plasma Konvalesen' dengan Kepala ICU Covid-19 RSUD dr Soetomo Surabaya
Bahas efektivitas Terapi Plasma Konvalesen bareng Kepala ICU Covid-19 RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Bambang Pujo Semedi Sp AN-KIC.
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Hefty Suud
Ada suatu penelitian di Belanda bahwa pada pasien yang terinfeksi Covid-19 kadar antibodinya sudah cukup tinggi walaupun kalau dilihat dari perjalanan penyakitnya belum lebih dari 10 hari dari gejala awal.
Secara logis, orang yang telah cukup memiliki antibodi tidak perlu diberikan lagi TPK. Namun ada teori lain bahwa pada darah orang yang telah sembuh memiliki efek memodulasi sistem imun lebih efektif, alasan ini yang mungkin masih digunakan untuk TPK pada pasien yang antibodinya sudah positif tapi masih mengalami sakit.
Berdasarkan data yang ada, seberapa efektif TPK ini menyembuhkan pasien Covid-19?
Soal efektivitas TPK untuk penyembuhan pasien Covid-19, analisis sementara di RS kami menunjukkan bahwa secara umum tidak ada perbedaan bermakna antara pasien ICU yang diberikan TPK atau tidak.
Namun perlu digarisbawahi, apabila diberikan pada pasien ICU yang saat pemberian derajat keparahannya masih rendah, hasilnya cukup baik.
Sementara pada pasien yang sudah berat (menggunakan ventilator) hasilnya tidak berbeda dengan yang tidak diberikan TPK.
Penelitian lain di Amerika menunjukkan bahwa titer (kadar) antibodi pada plasma donor sangat penting, karena dengan titer donor tinggi efektivitasnya akan naik pada pasien Covid-19 yang belum memerlukan alat bantu nafas dan pemberiannya lebih dini (makin cepat diberikan dari gejala awal, makin baik hasilnya).
Penelitian di India juga tidak menunjukkan hasil memuaskan pada pasien kritis. Penelitian di Argentina menunjukkan efektivitas TPK pada pasien usia lanjut dalam mencegah perburukan penyakit apabila diberikan pada awal gejala (3 hari setelah gejala muncul).
Adakah efek samping yang muncul pascaterapi plasma konvalesen?
Efek samping yang muncul, menurut saya, sama dengan efek transfusi darah pada umumnya, seperti alergi (derajat ringan sampai mengancam jiwa), transmisi penyakit yang bisa ditularkan lewat darah (hepatitis, HIV, dan sebagainya), kelebihan cairan mendadak (overload cairan), injuri paru yang dipicu oleh transfusi.