Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Nasib Miris Pria Ponorogo Dikurung di Ruangan Sempit Karena Dianggap Gila, Sang Ibu Ingin Anak Bebas

Nasib miris pria Ponorogo bernama Hengky Setyawan yang dikurung di ruangan sempit karena dianggap gila, sang ibu ingin anaknya bebas.

TRIBUNJATIM.COM/SOFYAN ARIF CANDRA
Ibu Hengky Setyawan, warga Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Ponorogo, yang dikurung di ruangan sempit di belakang rumahnya karena dianggap gila, Kamis (18/2/2021). 

Reporter: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Dwi Prastika

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Nasib miris dialami Hengky Setyawan (27), warga Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Pemuda tersebut dikurung di sebuah ruangan berukuran 2x2,5 meter yang berada di belakang rumahnya.

Di ruangan pengap tersebut, Hengky menghabiskan hari-harinya, mulai dari makan, mandi, buang hajat, hingga tidur lagi.

Hanya sang ibu, Nur Hayati yang merawat Hengky dan memberinya makan melalui lubang persegi panjang berukuran 20x10 centimeter.

Penerangan di ruangan tersebut juga sangat minim. Hanya sebuah lampu bohlam yang diletakkan di pintu jeruji besi yang menemani Hengky di malam hari.

Nur Hayati sendiri sebenarnya menginginkan Hengky bebas.

Menurut Nur Hayati, anak sulungnya itu sehat fisik maupun mental.

Baca juga: Kisah Hengky Ponorogo Dikurung Karena Dianggap Gila, Akui Depresi Sepeninggal Bapak: Pengen Kerja

Baca juga: Jalankan Instruksi KPK, Pemkab Tulungagung Kebut Sertifikasi Aset Tanah Hingga Tahun 2023

Saat TribunJatim.com berinteraksi dengan Hengky, pemuda tersebut juga menjawab pertanyaan dengan baik.

"Ya tidak ingin anakku dikurung, sudah satu tahun lebih seperti itu. Saya sendiri juga jadi tidak bisa kemana-mana, tidak ada pemasukan," kata Nur Hayati, Kamis (18/2/2021).

Hengky, warga Desa Grogol Ponorogo yang dikurung dalam ruangan 2x2,5 meter lantaran dianggap gila oleh masyarakat, Rabu (17/2/2021).
Hengky, warga Desa Grogol Ponorogo yang dikurung dalam ruangan 2x2,5 meter lantaran dianggap gila oleh masyarakat, Rabu (17/2/2021). (TRIBUNJATIM.COM/SOFYAN ARIF CANDRA SAKTI)

Jika memang tidak diterima di lingkungannya, Nur Hayati mengatakan ia dan Hengky juga bersedia untuk pindah.

"Inginnya anak saya bebas, kalau tidak boleh di sini ya dimana gitu, namanya anak gak rela digitukan," lanjutnya.

Baca juga: Pencarian Korban Tanah Longsor di Nganjuk Hari Ketiga Terhambat Hujan, 6 Korban Belum Ditemukan

Baca juga: Kisah Miliarder Tuban Tolak Jual Tanah untuk Kilang Minyak, Beli Mobil Ramai-ramai Seusai Pencairan

Nur Hayati sendiri sebenarnya yakin anaknya tidak akan berbuat ulah yang membahayakan orang lain, kecuali dengan keluarga paman dan tantenya.

"Masalahnya sama buleknya (tante) saja. Sama orang lain tidak ada," jelasnya.

Hengky tidak suka saat dibanding-bandingkan tantenya dengan orang lain.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved