Ngaji Gus Baha
Inilah Jawaban Cerdas Gus Baha Tentang Nabi Muhammad 'Tidak Bisa Baca Tulis'
KH Ahmad Bahauddin Nur Salim atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha, sejak kecil sudah mendapat ilmu dan hafalan Al Quran dari ayahnya,
Penulis: Yoni Iskandar | Editor: Yoni Iskandar
Penulis : Yoni Iskandar | Editor : Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - KH Ahmad Bahauddin Nur Salim atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Baha, sejak kecil sudah mendapat ilmu dan hafalan Al Quran dari ayahnya, KH Nur Salim Al-Hafidz.
Bahkan video ceramah Gus Baha ini bertebaran di Youtube dan media sosial lainnya.
Belakangan, sosial media dipenuhi dengan video ceramah dari seorang ulama bernama Gus Baha.
Mulai dari yang durasi 2-3 menit sampai yang lebih dari satu jam. Mengulas beragam topik keislaman, mulai dari fikih, ekonomi, dakwah, dan sebagainya.
Maka tidak heran apabila Gus Baha menjadi ahli tafsir Al Quran. Sehingga sangat diidolakan anak-anak muda atau yang biasa disebut kaum milenial .
Kali ini KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha membahas soal Nabi Muhammad SAW.
Banyak orang gagal paham dalam memaknai kalau nabi itu ummi (tidak bisa membaca dan tidak bisa juga menulis). Sementara orang memahaminya sebagai bentuk kekurangan yang dimiliki oleh seorang nabi.
Menurut Gus Baha dalam salah satu ceramahnya yang diunggah akun Facebook Dawuh Kiai, pada 13 Oktober 2019 menjelaskan tentang Nabi Muhammad SAW, sebab sebagian orang tidak atau kurang memahami secara benar.
Gus Baha menjelaskan sifat, ke-Ummi-an Nabi Muhammad merupakan sebuah bentuk pujian (madh), karena dengan nabi tidak bisa membaca dan menulis sebagai bukti bahwa ilmunya nabi itu langsung diberikan oleh Allah SWT.
Baca juga: Gus Baha : Logika Al Quran, Tidak Ada Orang Alim Keterlaluan Membenci Orang
Baca juga: Gus Baha : Seorang Dai Harus Punya Argumentasi yang Baik, Bukan Marah-marah Yang Tidak Jelas
Baca juga: Gus Baha Hari ini Disuntik Vaksin di Puskesmas Kragan II
Baca juga: Ribuan Massa HMI asal Sulawesi Tiba Di Surabaya, Polisi Siapkan Pengamanan dan Akomodasi
Nabi Muhammad memang tidak pernah menulis dan tidak pernah juga membaca. Itu supaya membuktikan bahwa semua apa yang disampaikan nabi adalah wahyu (wama yanthiqu anil hawa in huwa Illa wahyu yuuha).
Bukan dari bacaan buku/kitab. Dokter mata terkejut! Ini meningkatkan penglihatan 89% dalam 6 hari: teteskan sebelum tidur ...
Gus Baha juga menegaskan, di dalam Al-Qur'an banyak disebutkan bahwa sebelum mendapatkan wahyu Nabi tidak mengerti hal-hal yang mencakup persoalan dalam kitab Al-Qur'an dan tentang keimanan. Seperti salah satunya disebut dalam QS. Asy-Syura Ayat 52.
Allah berfirman: "...Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Qur'an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur'an itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus."
Antara Nabi dan yang bukan Nabi, kata Gus Baha, jelas berbeda. Orang biasa jika tidak bisa membaca dan menulis bisa saja dikatakan bodoh atau menjadi sesuatu kekurangan.
Namun tidak bagi nabi. Kata Gus Baha, itu merupakan sebuah kelebihan dan pujian bagi Nabi, yaitu menguatkan bahwa apa yang dibawah Nabi Muhammad SAW yang benar merupakan wahyu dari Allah, bukan yang lain-lain. Wallahu A'lam.
Napi Pernah Lupa
Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang agung nan luhur budi pekertinya. Tak ada sesiapa yang menyangkalnya. Namun, tak sedikit yang kerap lupa bahwa Nabi Muhammad juga memiliki sifat jaiz sebagaimana layaknya manusia pada umumnya.
KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha) dalam suatu pengajiannya pernah menceritakan Nabi Muhammad SAW pernah lupa. Hal itu terjadi saat shalat zuhur. Ketika itu, Nabi hanya melaksanakan shalat zuhur dua rakaat dan langsung menyelesaikan ibadahnya.
Para pun sahabat bertanya-tanya. Mereka segan ingin bertanya kepada sosok panutan penuh kharisma itu.
"Tidak ada yang berani bilang ke Nabi," kata Gus Baha santri kesayangan KH Maimoen Zubair itu.
Namun, tiba-tiba saja Dzul Yadain mendekati Nabi dan menanyakan peristiwa langka itu. Ia bertanya apakah hal tersebut baru atau bagaimana.
Nabi pun terkejut ketika hal itu disampaikan dan langsung kembali ke pengimaman. Ia mengonfirmasi kepada para jamaah apa hal yang disampaikan Dzul Yadain benar. Para sahabat pun mengiyakannya.
"Naam ya Rasulullah. Tadi engkau shalat zuhur hanya dua rakaat," kata para sahabat.
Lalu, Nabi pun, jelas Gus Baha, langsung bertakbir lagi dan menuntaskan shalat zuhurnya dua rakaat lagi hingga salam tahiyat akhir. Menurut Gus Baha, lupa bagi Nabi adalah hal lumrah mengingat ia memiliki sifat jaiz sebagaimana manusia biasa pernah lupa.
"Nabi tuh gak apa-apa lupa. Wong bukan Tuhan. Yang gak boleh lupa tuh Tuhan," tegas Rais Syuriyah PBNU itu.
Dalam pengajian tersebut, kiai asal Rembang, Jawa Tengah itu juga menceritakan bahwa Nabi pernah suatu pagi menanyakan makanan kepada Sayidah Aisyah. Istri Nabi itu menjawab tidak ada.
Dalam pengajian tersebut, kiai asal Rembang, Jawa Tengah itu juga menceritakan bahwa Nabi pernah suatu pagi menanyakan makanan kepada Sayidah Aisyah. Istri Nabi itu menjawab tidak ada.
"Ya udah saya puasa saja," kata Gus Baha menirukan respon Nabi ketika mendengar jawaban istrinya. Waktu mulai beranjak siang, Nabi kembali bertanya makanan kepada Sayidah Aisyah. Kali itu, putri Sayidina Abu Bakar al-Shiddiq itu menjawab ada.
"Ya sudah saya makan saja," ujar Gus Baha menyampaikan respons Nabi kepada Aisyah.
Gus Baha juga menyampaikan bahwa kelupaan Nabi itu agar menjadi sunnah.
"Saya ini tidak pernah lupa. Tapi saya diberi lupa supaya menjadi sunnah," pungkas Gus Baha menerjemahkan pernyataan Nabi tentang kelupaannya.
Berita tentang Gus Baha
Berita tentang Ngaji Gus Baha