Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Sidoarjo

Premanisme Terkadang Nekat Lukai Sopir, Pria Banyuwangi Ini Simpan Besi Pencatut Sampah

Pemalakan atau pungutan liar (pungli) oleh kelompok preman, acap mengintai para sopir truk sebagai korbannya.

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Yoni Iskandar
sugiharto/surya
Sejumlah kendaraan besar melintas di Jalan Raya Wonokromo Surabaya, Kamis (28/1/2021). Masuknya kendaraan berat ini dikarenakan adanya jalan Tol Perak - Waru mengalami longsor. 

Ia meyakini, kawasan Jatim hingga Pulau Bali, beberapa dekade belakangan terpantau aman dari bahaya premanisme yang nekat semacam itu.

Hanya saja, ungkap Rosidi, beberapa rekan sesama sopir yang belakangan melintas di kawasan Kabupaten Probolinggo, mengeluhkan maraknya insiden pencurian harta benda milik sopir di dalam kabin.

Parahnya, aksi pencurian tersebut, kerap dialami sopir saat berhenti untuk istirahat tidur. Rosidi mengungkapkan, para pelaku kerap menggunakan sebilah kayu yang ujungnya dilumuri cairan pelekat kuat.

Modus itu memudahkan mereka untuk mencuri benda-benda berharga di dalam kabin, meskipun kondisi kaca terbuka menyisakan sedikit celah.

"Malingnya ya anak-anak muda, pokoknya ada kesempatan," tuturnya.

Sebenarnya, kejadian pencurian barang bawaan sopir saat sedang parkir, juga lazim terjadi di semua daerah di Jatim. Pada Senin (14/6/2021) kemarin, satu diantara rekan sesama sopir yang beristirahat seraya menanti muatan di depan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Jalan Raya Bypass Krian, Sidoarjo, menjadi korban pencurian.

Ponsel milik rekan Rosidi itu raib, dan baru tersadar saat terbangun pada pagi harinya. Semula, korban meyakini ponsel tersebut hanya terselip di area lain ruang kabin kemudi. Namun saat mendengar penuturan para saksi yang sempat melihat seorang pria tak dikenal berhenti di dekat truknya sekitar pukul 03.00 WIB, dini hari. Korban hanya bisa menelan ludah.

"Kalau ketahuan, alasannya cuma bangunin aja. Alasannya dikira temennya. Modusnya gitu," ungkapnya kepada TribunJatim.com.

Pria berkaus polo warna cokelat itu mengungkapkan, para sopir sejatinya memiliki kecenderungan untuk berani melawan aksi premanisme yang berujung pada kriminalitas.

Kenekatan, menjadi sumber keberanian sopir. Apalagi jika melihat kecilnya uang ongkos yang dimiliki sopir. Daripada pulang tidak membawa uang sama sekali, sopir pun bakal nekat melawan.

"Jadi sekarang bajingan (preman) itu, pikir-pikir. Karena sopir itu juga berani," terangnya.

Soal insiden pecah kaca yang masih marak menimpa sopir truk saat berkendara di jalanan. Pada medio 2016-2017 silam, Rosidi mengaku memiliki pengalaman buruk mengenai insiden tersebut saat melintas di jalanan pelosok Provinsi Bali.

Bahwa insiden pecah kaca yang dialami sopir truk hampir setiap hari, pada malam hari. Satu diantara rekan sesama sopir bernama Dian, yang juga satu kampung halaman dengan Rosidi di Banyuwangi, menjadi korban.

Batu berukuran besar yang sempat melubangi kaca truk, ternyata juga mengenai bagian dada Dian. Sontak tubuh Dian ambruk, meski hanya memar, ternyata membuat tubuh Dian payah dan membutuhkan penanganan medis.

Fenomena pecah kaca itu, ternyata dilakukan oleh sekelompok pemuda, dengan niat keisengan belaka. Namun hal itu tak berlangsung lama. Setelah pihak kepolisian turun tangan melakukan penegakan hukum dengan berbagai pendekatan. Belakangan jalan di kawasan Bali, mulai berangsur kondusif dan aman.

"Jadi saat itu, (insiden pecah kaca) kayak tradisi. Apalagi malam tahun baru, truk tidak berani melintas," pungkasnya.

Berita tentang  premanisme

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved