Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Surabaya

Pro Kontra Baliho Tokoh Partai Politik Marak Bermunculan, Pakar Unair: Saatnya Perhatikan Konteks

Munculnya banyak baliho tokoh partai politik tuai pro kontra. Begini tanggapan Pakar komunikasi dan politik dari Universitas Airlangga, Suko Widodo.

Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Hefty Suud
Istimewa/Dok Probadi
Pakar komunikasi dan politik dari Universitas Airlangga Surabaya Suko Widodo. 

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Yusron Naufal Putra

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Munculnya banyak baliho tokoh partai politik belakangan ini, menimbulkan beragam tanggapan serta pro kontra di masyarakat

Ada yang mendukung upaya branding semacam itu, namun tak jarang pula yang mengkritik.

Kondisi demikian menjadi respon atas maraknya baliho tokoh termasuk di Jawa Timur. 

Pakar komunikasi dan politik dari Universitas Airlangga Surabaya (Unair) Suko Widodo menilai, bagaimanapun kemunculan wajah tokoh parpol di baliho tersebut dapat ditangkap sebagai upaya branding kepentingan Pemilu 2024. 

"Tahun 2024 kan bakal ada Pilpres, Pileg, otomatis mereka mulai branding dan melakukan marketing politik," kata Suko kepada TribunJatim.com saat dihubungi, Jumat (6/8/2021). 

Baca juga: Baliho Wajah Tokoh Potensial Running di Pilpres 2024 Ramai Terpasang, Pengamat Politik Nilai Positif

Sekalipun wajar munculnya baliho sebagai bentuk komunikasi untuk melakukan branding politik.

Namun, memahami konteks kekinian serta psikologi masyarakat disebut Suko, menjadi penting diperhatikan elite politik. 

Sebab, dalam tinjauan komunikasi politik, segala hal tentu berkaitan dengan konteks. Sehingga, saat ini, dalam situasi pandemi, munculnya baliho itu memantik beragam tanggapan.  

Munculnya pro kontra tersebut, disebutkan Suko lantaran momentumnya yang dianggap tidak tepat. 

"Jika tidak pas, baliho itu bisa jadi blunder politik. Apalagi dalam konteks pemilih yang millenial dan sebagainya," terang Suko. 

Blunder politik yang dimaksud Suko, adalah tanggapan miring terhadap figur. Alih-alih meningkatkan popularitas justru hasil yang didapat, bisa sebaliknya. 

Dalam konteks saat ini, Suko menyebut pendekatan komunikasi politik sudah saatnya dilakukan dengan cara tak biasa dan berbeda.

Baca juga: Komentar Pengamat Politik Terkait Baliho Puan Maharani yang Bertebaran: Semacam Dramaturgi

Sudah saatnya, komunikasi politik dilakukan dengan memperhatikan betul konteks. 

Misalnya, dengan memperbanyak kegiatan yang berdampak langsung kepada masyarakat seperti halnya bantuan ditengah pandemi.  

Menurut Suko, biaya pasang baliho yang diyakini tak kecil itu, bisa dialihkan untuk kegiatan semacam itu.

"Dengan cara seperti itu juga bisa menunjukkan kepekaan sosial," ungkap Suko. 

Berita tentang Pilpres 2024

Berita tentang Jawa Timur

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved