Berita Kota Madiun
Keterbatasan Fisik Tak Halangi Warga Madiun Sulap Limbah Jadi Berkah, Berawal dari Suka Wayang
Keterbatasan fisik tak menghalangi warga Kota Madiun untuk menyulap limbah jadi berkah, wayang kardus dibawa hingga benua biru.
Penulis: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Dwi Prastika
Herlin menjelaskan, tahapan membuat wayang dimulai dari menggambar sketsa di bahan dasar wayang yang dilanjutkan dengan memahatnya sesuai pola tersebut.
Setelah pemahatan selesai dilanjutkan dengan mengecat dasar menggunakan warna putih lalu memberi warna sesuai tokoh dan karakter wayang.
Herlin masih harus 'nyawi' atau membatik untuk memperkuat tokoh wayang yang dimaksud yang dilanjutkan dengan mengecat emas serta pernis
"Terakhir digapit lalu dijemur hingga benar-benar kering," kata Herlin.
Setiap tahapan pembuatan wayang kulit membutuhkan waktu dan usaha yang lebih lama dan berat dibandingkan membuat wayang berbahan dasar kardus atau kertas duplex.
Contohnya saja mengecat, jika masih ada minyak yang keluar dari kulit, maka proses pengecatan harus dilakukan berulang kali.
Gayung bersambut, karya seni Herlin banyak diburu pembeli, terutama dari luar kota.
Karyanya sering dibawa ke luar negeri, baik ke Benua Amerika maupun Eropa untuk dijadikan souvernir jika ada lawatan pejabat daerah ke luar negeri serta ada pertukaran pelajar dari Indonesia ke luar negeri.
"Pelajar atau mahasiswa yang dari luar negeri juga sering ke galeri saya. Bukan hanya beli tapi ingin mencoba langsung membuat wayang," tambah Herlin.
Jangan pandang sebelah mata, omzet penjualan wayang Aisyah Handicraft bisa mencapai Rp 10 juta per bulan sebelum pandemi Covid-19 menyerang.
Bersama teman-teman disabilitas lainnya, Herlin sering ikut pameran dan bazar di berbagai event dan kegiatan, termasuk keliling ikut kegiatan serta acara-acara di sekolah.
"Sekali bazar itu teman-teman disabilitas bisa dapat Rp 5 juta. Tapi untuk wayang saya mungkin sekitar Rp 1 juta," lanjutnya.
Pesanan Herlin juga datang dari berbagai kota mulai dari Surabaya, Bandung, hingga Jakarta melalui media sosial WhatsApp, Facebook, hingga pesanan melalui marketplace.
Namun ia sempat terpuruk saat pandemi Covid-19 menyerang. Herlin mengaku tidak mendapatkan pesanan sama sekali selama beberapa bulan.
Iapun memutar otak untuk menjalankan usaha lainnya agar tetap bisa berkarya dan membuat wayang.