Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tragedi Arema vs Persebaya

Tragedi Arema di Kanjuruhan Terparah Kedua di Dunia, Siapa Paling Bertanggung Jawab? YLBHI: Negara

Tragedi Arema di Lapangan stadion Kanjuruhan Malang menjadi lokasi tragedi terparah kedua di dunia, siapa sebenarnya yang paling bertanggung jawab?

Penulis: Ignatia | Editor: Arie Noer Rachmawati
Instagram
Cuplikan rekaman suasana Stadion Kanjuruhan Malang setelah tragedi 174 orang tewas, Sabtu (1/9/2022). 

TRIBUNJATIM.COM - Siapa sebenarnya yang paling bertanggung jawab atas tragedi mengerikan yang terjadi di Lapangan Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022)?

Tragedi suporter klub bola Arema FC sampai tewas sebanyak 178 orang ini menjadi tragedi terparah yang menduduki peringkat kedua di dunia.

Peringkat tinggi tersebut menjadi sorotan dunia mengingat hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab sebenarnya mengapa banyak yang tewas.

Kini, pertanyaan mendasar yang terpikirkan adalah siapa sebenarnya yang paling bertanggung jawab atas tragedi berdarah ini?

Melansir Bolasport.com, angka 174 korban jiwa di Tragedi Kanjuruhan Malang tepat di bawah insiden di Estadio Nacional, Lima, Peru, pada 24 Mei 1964 silam.

Baca juga: Sanksi Berat Menanti Arema FC Pasca Meletusnya Tragedi Horor di Kanjuruhan: Dilarang Jadi Tuan Rumah

Ketika itu Peru menghadapi Argentina dalam laga kualifikasi Olimpiade Tokyo.

Saat Peru tertinggal 0-1, gol mereka dianulir oleh wasit Angel Eduardo Pazos.

Keputusan tersebut memicu invasi suporter ke lapangan.

Mirip Tragedi Kanjuruhan Malang, polisi Peru lantas menembakkan gas air mata ke tribune penonton dan menyebabkan kepanikan.

Insiden ini tercatat menimbulkan korban jiwa sebanyak 328 orang.

Kini angka korban jiwa Tragedi Kanjuruhan Malang sejauh ini lebih banyak dari dua kerusuhan yang mungkin paling terkenal di sepak bola dunia.

Yaitu Tragedi Hillsborough dalam laga semifinal Piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest pada 15 April 1989.

Tragedi Hillsborough ini mengakibatkan jatuhnya 97 korban meninggal dunia.

Sementara itu Tragedi Heysel dalam final Piala Champions 1985 antara Liverpool dan Juventus memakan korban jiwa sebanyak 38 orang.

Baca juga: 5 Fakta Tragedi Arema VS Persebaya, 129 Meninggal Termasuk Anak Umur 2, Presiden Jokowi: Usut Tuntas

PSSI sendiri mengambil langkah tegas buntut kerusuhan di Stadion Kanjuruhan yaitu memberhentikan sementara gelaran Liga 1 2022 selama sepekan.

"Untuk sementara kompetisi Liga 1 2022 kami hentikan selama satu pekan."

"Selain itu tim Arema FC dilarang menjadi tuan rumah selama sisa kompetisi musim ini," ungkap Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, seperti dikutip dari laman resmi PSSI, Minggu (2/10/2022) pagi.

Ia mewakili PSSI juga menyampaikan duka mendalam dan cukup menyesalkan terjadinya tragedi kerusuhan.

"PSSI menyesalkan tindakan suporter Aremania di Stadion Kanjuruhan."

"Kami berduka cita dan meminta maaf kepada keluarga korban serta semua pihak atas insiden tersebut."

Baca juga: UPDATE Daftar Nama Korban Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, 17 Jenazah Tanpa Identitas di RSSA

Di lain sisi, YLBHI atau Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menyebut negara harus bertanggung jawab dalam tragedi Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 127 orang pada Sabtu (1/10/2022).

Hal tersebut disampaikan dalam pernyataan sikap Ketua Umum YLBHI Muhammad Isnur dalam tragedi tersebut.

"Mendesak negara (dalam hal ini pemerintah pusat dan daerah terkait) untuk bertanggung jawab terhadap jatuhnya korban jiwa dan luka-luka dalam tragedi Kanjuruhan Malang," ujar Isnur dalam keterangan tertulis, Minggu (2/10/2022).

Suasana detik-detik mencekam kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang
Suasana detik-detik mencekam kericuhan di Stadion Kanjuruhan Malang (KOMPAS.com/Suci Rahayu - KOMPAS.com/Imron Hakiki)

Selain itu, kata Isnur, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo didesak untuk mengevaluasi secara tegas atas tragedi tersebut.

Propam Polri dan POM TNI diminta segera memeriksa dugaan pelanggaran profesionalisme yang dilakukan oleh aparat yang bertugas saat tragedi itu terjadi.

"(Juga) mendesak Kompolnas dan Komnas HAM untuk memeriksa dugaan Pelanggaran HAM, dugaan pelanggaran profesionalisme dan kinerja anggota kepolisian yang bertugas," kata Isnur.

Selain itu, Isnur meminta agar negara segera melakukan penyelidikan tragedi tersebut dengan membentuk tim penyelidik independen.

Baca juga: Pamit Nonton Sepak bola di Malang, Remaja 17 Tahun asal Blitar Jadi Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan

Sementara itu, dikutip Tribun Jatim dari Kompas.com, Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan, Dr Bobby Prabowo mengungkapkan dugaan ratusan korban berjatuhan dalam tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam.

Menurutnya, berdasarkan pengamatan, korban yang dievakuasi ke RSUS Kanjuruhan mayoritas karena trauma, terinjak, kemudian juga ada yang sesak napas.

"Mungkin karena kekurangan oksigen karena terlalu banyaknya orang-orang yang ada di situ, dan juga mungkin terdampak karena asap. Itu semua kompilasi yang memperberat kondisi," ungkapnya saat ditemui, Minggu (2/10/2022).

Namun, Bobby merekomendasikan perlunya adanya kajian-kajian mendalam tentang penyebab utama mengenai kematian dari korban- korban tersebut.

"Itu kompilasi. Jadi gangguan pernafasan akibat asap, kemudian juga terinjak-injak, kurangnya oksigen, jadi satu. Ini yang kita nanti yang dibuktikan di dalam pemeriksaan," tegasnya.

Baca juga: UPDATE Daftar Nama Korban Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan, 17 Jenazah Tanpa Identitas di RSSA

Bobby mengatakan saat ini tim kepolisian tengah melakukan uji laboratorium forensik.

Hasil uji laboratorium itu nantinya akan menjadi data untuk menyelidiki dugaan penyebab kematian tersebut.

"Nanti kalau sampai kajian-kajian ada tim nya sendiri, kita hanya memberikan data-data dari hasil pemeriksaan korban di rumah sakit kami," ujarnya.

Berita seputar Tragedi Arema vs Persebaya lainnya

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved