Gempa Cianjur
Sebelum Longsor Gempa Cianjur, Warung Sate Shinta Terima ‘Pembeli’ dari Atas Bukit: Agak-agak Angker
Gempa Cianjur membuat banyak cerita satu di antaranya cerita angker warung sate yang menerima pembeli yang ternyata bukan manusia.
Penulis: Ignatia | Editor: Sudarma Adi
Penjual sate itu tiba-tiba dipanggil oleh seorang pembeli dari atas bukit jalan tersebut.
Padahal, kata dia, bukit yang bernama Palalangon itu bukan pemukiman warga.
Karena tidak menaruh rasa curiga, ia pun tetap melayani pembeli tersebut.
Baca juga: Penampakan Merinding Lokasi Syuting Pengabdi Setan 2, Rusun yang Mangkrak 15 Tahun, Lantai 7 Angker
Namun saat pembayaran, ternyata uang yang diberikan oleh pembeli tersebut pun mendadak berubah menjadi daun.
"Kalau dulu kan suka ada tukang sate juga disini ya, tapi yang beli suka dari atas (bukit) padahal bukan orang. Yang belinya itu uangnya itu jadi daun. Ini agak-agak angker dulu," jelasnya.
Tak hanya itu, dia juga mengaku banyak mendapatkan laporan masyarakat lainnya yang kerap mengalami hal serupa.
Baca juga: Ubah Kesan Angker, Rumah Tahanan Militer dan Bosbow Kota Madiun Segera Dirancang Jadi Wisata Edukasi
Apalagi dahulu, jalur tersebut masih belum banyak dilintasi masyarakat umum.
"Iya banyak cerita cerita dari orang. Tempatnya dulu nggak begini. Emang hutan-hutan begini. Dulu ngga ada jalan raya dan nggak sebesar ini. Jalan biasa saja," pungkasnya.
Bangunan berwarna krem dengan genting material seng menjadi bangunan yang tersisa di atas tanah longsor akibat gempa bumi di Jalan Raya Cipanas-Puncak, Desa Cibereum, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Bangunan yang dilengkapi bangunan mirip kolam renang disampingnya ini tidak ikut tergerus saat tebingan setinggi 30 meter melahap korban jiwa.
Bangunan ini pun kian mencolok lantaran keberadaannya yang berada di atas perbukitan.
Bangunan yang tersisa ini kerap dinamai warga sebagai rumah singgah GS.
Rumah singgah GS ini diambil dari nama pemiliknya yakni Ganda Sugita seorang warga yang berasal dari Cianjur.