Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Surabaya

Sakit Kepala Bisa Jadi Gejala Pembuluh Darah Pecah? ini Penjelasan Penyebab hingga Cara Penanganan

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah di Surabaya menjelaskan soal pecahnya pembuluh darah di kepala.

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Arie Noer Rachmawati
Instagram Indra Bekti/Kompas.com
Indra Bekti pendarahan otak hingga dilarikan ke RS di hari ulang tahunnya, Rabu (28/12/2022). Benarkah sakit kepala bisa jadi gejala pembuluh darah pecah? 

Pemantauan harus dilakukan misal di awal volume darah yang keluar sedikit lalu meningkat bisa jadi lebih banyak. 

"Tadinya di awal tidak ada indikasi tindakan bedah akhirnya bisa ada indikasi untuk dilakukan pembedahan. Jika jumlah volume darah yang keluar tetap sedikit sebenarnya dapat terjadi penyerapan kembali oleh sistem otak.sehingga tidak memerlukan tindakan operasi,” pungkasnya. 

Baca juga: Izin ke Toilet, Indra Bekti Lama Tak Balik, Ternyata Pingsan Akibat Pendarahan Otak, Banjir Doa

Pencegahan

Pecahnya pembuluh darah di kepala sangat erat kaitannya dengan tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Sementara itu hipertensi berhubungan dengan tingginya kadar kolesterol, obesitas, diabetes, stres, dan merokok,.

“Yang harus dilakukan untuk mencegahnya adalah perubahan gaya hidup sejak muda,” jelasnya.

Andrianto mengatakan, hipertensi yang tidak terkontrol berisiko tinggi menimbulkan terjadinya komplikasi, salah satunya pecah pembuluh darah di kepala. 

Namun demikian penderita hipertensi tidak perlu sangat risau akan hal ini.

Pencegahan terjadinya komplikasi bisa dilakukan dengan cara mengontrol tekanan darah dalam batas normal.

“Sudah terbukti kalau tekanan darah bisa mencapai target normal maka akan menurunkan risiko komplikasi,” ungkapnya.

Strategi pengobatan yang bisa dilakukan pada penderita hipertensi dibagi menjadi dua yaitu non farmakologis dan farmakologis. 

Non farmakologi dengan cara perubahan gaya hidup seperti diet rendah lemak dan garam serta faktor risiko penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dikontrol seperti kolesterol dan diabetes, tidak merokok, obesitas dikontrol, olahraga rutin, dan pengendalian stres.

“Terapi non farmakologis ini merupakan hal yang penting sebelum menuju pada pengobatan farmakologis,” ujarnya.

Pengobatan farmakologis berbeda setiap individu.

Pilihan obat yang digunakan disesuaikan dengan target tekanan darah yang harus dicapai.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved