Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Nasib Gadis Cilik Berkaki Bola Basket, Dulu Jalan Pakai Tangan, Kini Tenar & Atlet Berprestasi

Nasib gadis cilik berkaki bola basket, dulu jalan pakai tangan, kini tenar dan atlet berprestasi.

Penulis: Alga | Editor: Sudarma Adi
eloconomista
Transformasi gadis berkaki bola basket, Qian Hongyan 

TRIBUNJATIM.COM - Apakah Anda masih ingat dengan kisah seorang gadis cilik berkaki bola basket yang membuat banyak orang jadi simpati?

Rupanya gadis cilik berkaki bola basket tersebut kini telah tumbuh dewasa dan menjadi sosok yang menginspirasi.

Bagaimana tidak, sosoknya yang terus berjuang menjalani hidup kini menuai prestasi meski kehilangan kedua kakinya.

Seperti apa selengkapnya kisah gadis cilik berkaki bola basket tersebut?

Dilansir dari Eleconomista, Kamis (19/10/2022), gadis bernama lengkap Qian Hongyan ini tidak dilahirkan tanpa kaki.

Namun akibat kecelakaan mobil tahun 2000 silam, Qian Hongyan atau gadis cilik kehilangan 2 kaki.

Nasib nahas tersebut menimpa Qian Hongyan saat dirinya baru berusia empat tahun.

Dilaporkan kantor berita Xinhua, Qian Hongyan lahir dari keluarga miskin.

Ia tumbuh di daerah pedesaan Luliang, provinsi Yunnan di barat daya China.

Qian Hongyan juga tidak dapat melanjutkan pendidikan formal dengan teman-temannya.

Foto-foto yang diambil pada tahun 2005 silam memperlihatkan Qian Hongyan yang baru berusia sepuluh tahun.

Terlihat bagaimana ia berjalan dengan menumpu pada bola basket, sementara kedua tangan membawanya bergerak.

Ya, meski tak punya kaki, Qian Hongyan atau gadis ini jalan dengan tangan, dikutip dari TribunStyle.com, Rabu (25/1/2023).

Gadis berkaki bola basket, Qian, berjalan dengan kedua tangannya (eleconomista)
Gadis berkaki bola basket, Qian Hongyan, saat berjalan memakai kedua tangannya (eleconomista)
-
Gadis berkaki bola basket, Qian Hongyan, saat berjalan memakai kedua tangannya (eleconomista)

Ia juga menggunakan bola basket sebagai 'kakinya' untuk menstabilkan dirinya.

Karena kaki uniknya tersebut, dia pun dijuluki 'gadis basket' oleh penduduk setempat.

Pada tahun 2005, setelah mendapat perhatian dari pers China, Qian Hongyan pergi ke Beijing untuk menerima kaki palsu gratis.

Gadis tersebut mendapat hadiah kaki palsu gratis tersebut di Pusat Penelitian Rehabilitasi China.

Lembaga ini sendiri telah memberikan bantuan kepada penyandang cacat di China selama lebih dari 20 tahun.

Namun ia harus menerima, ketika perawatan medisnya berakhir pada 2007.

Akan tetapi beruntungnya, dia menerima satu set anggota badan yang lebih besar setelah dia tumbuh dewasa.

-
Gadis berkaki bola basket, Qian Hongyan, mendapat kaki palsu (eleconomista)
-
Gadis berkaki bola basket, Qian Hongyan, mendapat kaki palsu (eleconomista)

Saat ia berusia 11 tahun, Qian Hongyan pun menemukan peluang lain.

Qian Hongyan lalu bergabung dengan klub renang lokal untuk penyandang cacat.

Qian Hongyan pun disponsori oleh Federasi Penyandang Cacat Provinsi Yunnan.

Pada awalnya, dia merasa kesulitan.

"Saya harus berusaha lebih dari anak-anak lain ketika saya belajar berenang," kata Qian Hongyan kepada China Daily pada tahun 2011.

"Sepertinya tidak mungkin aku bisa mengapung di air. Aku tersedak," lanjutnya.

Tak putus asa, gadis ini jadi atlet renang yang sukses.

Qian Hongyan juga berlatih selama empat jam setiap hari.

Dia pun berharap jika suatu hari bisa memenangkan medali untuk negaranya di Paralympic Games, ajang olahraga untuk para penyandang disabilitas.

QIan Hongyan jadi atlet renang
QIan Hongyan jadi atlet renang (eleconomista)
-
QIan Hongyan jadi atlet renang (eleconomista)

Sekarang Qian Hongyan berusia 18 tahun dan sudah siap memakai kaki palsu untuk orang dewasa.

Qian Hongyan pun kini telah menjadi semacam selebritas di China sana.

Ketenarannya bahkan telah menyebar hingga ke luar negeri.

Foto-foto Qian Hongyan juga kerap viral di Facebook.

Pemberitaan terkait kemajuan kaki palsunya pun menjadi berita yang menyita perhatian nasional.

Keberhasilan Qian Hongyan pun disebut-sebut menjadi penanda perubahan nasib penyandang disabilitas di China.

Kata pelatihnya, Li Ke-Qian Hongyang, kepada BBC pada tahun 2008, "Dulu, orang-orang membenci penyandang cacat."

"Mereka mengira penyandang disabilitas semua pengemis, hanya meminta uang."

"Tetapi sekarang, ketika mereka melihat perenang cacat seperti ini, mereka dapat melihat."

"Betapa kerasnya mereka berjuang sendiri. Dan itu adalah permulaan," kata Li Ke-Qian Hongyan.

Qian Hongyan pakai kaki palsu
Qian Hongyan pakai kaki palsu (eleconomista)

Sementara itu penyandang disabilitas asal Plosoklaten, Kediri, Sobirin (38), tak membuatnya menyerah dalam berjuang untuk hidup.

Ia yang divonis lumpuh akibat kecelakaan yang dialami pada 2012 silam, tak menyerah untuk bertahan hidup dari hasil keringatnya sendiri.

"Awal mula hidup saya berubah karena mengalami kecelakaan pada tahun 2012 lali."

"Akibat insiden itu, kedua kaki saya lumpuh. Saya harus menjalani hidup sebagai penyandang disabilitas sehari-harinya," kata Sobirin pada Senin (14/11/2022).

Sobirin yang kini harus memakai alat bantu untuk memudahkan mobilitasnya sehari-hari, mengaku sempat down.

Namun Sobirin menyadari, tidak ada yang bisa membantu selain dirinya sendiri dan memutuskan tetap mencari penghasilan.

Sobirin kemudian mengikuti pelatihan di salah satu lembaga keterampilan di daerah Kota Solo.

Di sana, ia bertemu dengan teman sesama penyandang disabilitas yang kemudian membuatnya menjadi terinspirasi.

Selain itu ia juga belajar dan mendapatkan ilmu-ilmu yang bermanfaat seperti membuat sebuah karya bernilai rupiah.

"Saya mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman selama di sana."

"Saya bertekad saat pulang ke Kediri harus bisa membuat sesuatu yang bernilai," ujarnya.

Ia pun kini membuat kerajinan dari bambu seperti kapal pinisi yang bernilai jutaan rupiah.

Selain kapal pinisi, Sobirin juga membuat seperti cap lampu, gelas, nampan, kotak hantaran, celengan, besek, dan masih banyak lainnya.

"Harga kapal pinisi bervariasi, mulai dari Rp 100 ribu sampai Rp 2,5 juta, tergantung tingkat kesulitan dan besar kecilnya," tuturnya.

Sobirin (38) penyandang disabilitas asal Kediri yang sukses membuat kerajinan berbahan bambu bernilai jual tinggi.
Sobirin (38), penyandang disabilitas asal Kediri yang sukses membuat kerajinan berbahan bambu bernilai tinggi (TribunJatim.com/Melia Luthfi Husnika)

Sobirin mengaku, kerajinan yang digeluti ini dapat menghasilkan dan mengangkat ekonomi keluarganya.

Sobirin pun merasa senang dan bangga.

Karena keterampilan yang dimiliki, Sobirin juga kerap mengajari siapa saja yang ingin belajar kerajinan.

Ia juga membuka mitra kerja untuk peluang usaha bagi siapa saja yang ingin belajar.

"Semoga saja usaha saya ini ke depannya bisa terus berjalan dan bermanfaat bagi orang lain."

"Keterbatasan fisik bukan akhir dari segalanya. Untuk itu harus tetap berjuang dan jangan menyerah," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved