Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Padahal Anak Keterima di 3 Universitas Ternama, Ibu Justru Sogok Rp500 Juta Demi Kampus Pilihannya

Padahal anak keterima di tiga universitas ternama, ibu malah rela sogok Rp500 juta demi kampus pilihannya karena dekat.

Penulis: Alga | Editor: Sudarma Adi
KOMPAS.COM/BAHANA PATRIA GUPTA - KOMPAS.COM/TRI PURNA JAYA
Ibu rela bayar Rp500 juta demi anaknya masuk di kampus pilihannya 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang ibu menolak tiga universitas ternama yang telah menerima anaknya kuliah di sini.

Bahkan si ibu rela sogok Rp500 juta demi anak bisa kuliah di kampus pilihan sang ibu tersebut.

Rupanya si ibu ingin anak kuliah di dekat rumah.

Demi keinginannya, ibu ini sampai rela berurusan dengan hukum.

Baca juga: Teman 1 Wisma Syok Mahasiswi Sultra Tewas Pakai Pampers Penuh Darah, Pemberian Pacar Biang Keroknya

Ya, alih-alih bangga dengan anaknya yang berhasil diterima kuliah di tiga universitas ternama.

Ibu ini justru memilih melakukan segala cara demi tetap dekat dengan sang buah hati.

Si ibu sampai rela merogoh kocek hingga Rp500 juta demi sang putri bisa melanjutkan pendidikan di kampus tak jauh darinya.

Melansir Kompas.com, ibu tersebut diketahui bernama Anita, orang tua dari CAL.

CAL sendiri adalah mahasiswi yang masuk di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (Unila) lewat jalur suap.

Anita mengatakan, anaknya sebenarnya telah diterima di tiga universitas ternama.

CAL diterima di Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung.

Lalu PS Kedokteran Gigi Universitas Diponegoro (Undip) dan Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Namun Anita lebih memilih memasukkan anaknya ke Fakultas Kedokteran Unila.

Lantaran jaraknya yang sangat dekat dengan rumah mereka, serta pertimbangan CAL adalah perempuan.

"Rumah saya di belakang Unila Pak. Lalu kalau di tempat (kampus) lain kejauhan."

"Karena anak saya perempuan," kata Anita, saat menjadi saksi dalam sidang suap Unila di Pengadilan Tipikor Tanjung Karang, Lampung, Kamis (16/2/2023).

Hakim anggota Edi Purbanus mengatakan, Anita seperti rela berkorban demi putrinya.

Pasalnya Anita sampai berani mengeluarkan uang sampai lebih dari Rp500 juta agar bisa kuliah di Unila.

"Ibu ini banyak uang ya. Bayar sumbangan ditambah uang SPI dan UKT, total lebih Rp500 juta," kata Edi Purbanus.

Baca juga: Pecahkan Misteri Dugaan Pembunuhan Mahasiswi, Polisi Periksa Saksi, Seprei dan Bantal Jadi Saksi

Diberitakan sebelumnya, kesepakatan nominal uang 'infaq', kode suap penerimaan mahasiswa Unila, sempat ditawar oleh orang tua penitip.

Kesepakatan tersebut terjadi saat Kepala Biro Perencanaan dan Humas (Kabiro Humas) Unila, Budi Sutomo, bertemu dengan Anita, orang tua calon mahasiswa CAL.

Menurut Anita, dia bersama Budi dan seorang bernama Ema, berjanji bertemu di gerai makanan yang ada di Jalan ZA Pagar Alam.

Sambil mengobrol santai, Budi mengatakan, apakah Anita bisa menyumbang uang infaq untuk pembangunan gedung Lampung Nahdiyin Center (LNC) sebesar Rp300 juta.

"Saya bilang, kalau Rp300 juta enggak ada, tapi kalau Rp200 juta saya ada, dan siap menyumbang," kata Anita.

Anita, ibu yang rela sogok Rp500 juta demi anaknya kuliah di dekat rumah
Anita, ibu yang rela sogok Rp500 juta demi anaknya kuliah di dekat rumah (KOMPAS.COM/TRI PURNA JAYA)

Sementara itu, uang titipan calon mahasiswa Unila sebesar Rp2,2 miliar dibelanjakan emas untuk menutupi jejak suap.

Uang tersebut juga dibelanjakan emas agar mudah dicairkan.

Pernyataan ini disampaikan oleh Budi Sutomo, saat menjadi saksi kasus suap mantan Rektor Unila Karomani di Pengadilan Tipikor Tanjung Karang, Lampung, Selasa (14/2/2023).

"'Ini brankas penuh, Pak'," kata Budi menirukan perkataannya kepada terdakwa mantan Rektor Unila, Karomani.

Budi mengatakan, terdakwa Karomani ketika itu langsung menyuruhnya membelanjakan uang tersebut menjadi logam mulia.

"Itu beli emas batangan biar mudah mencairkan dan tidak berkurang," kata Budi.

Di hadapan majelis hakim, Budi mengakui uang di dalam brankas tersebut diambilnya dari sejumlah orang tua calon mahasiswa.

Mereka menitip agar anaknya diluluskan di Fakultas Kedokteran (FK) Unila.

Di antaranya, Asep Sukohar (Rp250 juta dan Rp400 juta), Evi Daryanti (Rp150 juta), Evi Kurniawati (Rp100), Ema (Rp200 juta), lalu ada Mardiana (Rp100 juta).

Kemudian Tugiyono (Rp250 juta), Herman HN (Rp250 juta), dr Ruskandi (Rp250 juta), dan Nyoman (Rp250 juta).

Kabiro Humas Unila, Budi Sutomo, saat menjadi saksi di persidangan perkara suap Unila, pada Selasa (14/2/2023).(KOMPAS.COM/TRI PURNA JAYA)
Kabiro Humas Unila, Budi Sutomo, saat menjadi saksi di persidangan perkara suap Unila, pada Selasa (14/2/2023).(KOMPAS.COM/TRI PURNA JAYA)

Budi menceritakan bahwa Karomani meminta agar uang infak tersebut diminta secara paksa kepada para penitip.

"'Orang-orang kaya itu kalau enggak dipaksa enggak bakal infak. Budi, kalau ada yang menyumbang ambil aja'," tutur Budi menirukan ucapan Karomani.

Budi lalu memerintahkan bendahara biro untuk melakukan survei.

Setelah disurvei, ternyata jika membeli emas di atas Rp500 juta, akan dikenakan pajak.

Untuk mengakali pengenaan pajak, Budi lalu meminta pembelian emas dilakukan tiga kali.

Yakni dengan KTP yang berbeda, salah satunya milik bendahara biro.

"Pakai tiga KTP, dibagi tiga supaya enggak kena pajak," kata Budi.

Total pembelian emas logam mulia tersebut mencapai 1,4 kilogram.

Sedangkan untuk menyimpan emas-emas tersebut, Karomani memerintahkan Budi membuka deposit box di bank.

"Pakai nama saya, Yang Mulia, Pak Karomani enggak mau teken," kata Budi.

Budi mengatakan, penggunaan namanya dilakukan untuk menghilangkan jejak Karomani atas emas tersebut.

"Tapi kuncinya dipegang oleh Pak Karomani," kata Budi.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved