Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Probolinggo

Kisah Joki Cilik Karapan Sapi di Probolinggo, Belajar Kendalikan Sapi, Kini Dapat Bayaran Ikut Lomba

Ada pemandangan berbeda dalam perlombaan karapan sapi yang digelar di Desa Tempuran, Kecamatan Bantaran, Kabupaten Probolinggo.

Penulis: Danendra Kusuma | Editor: Sudarma Adi
TRIBUNJATIM.COM/DANENDRA KUSUMA
Para joki cilik menunjukkan kebolehannya dalam perlombaan karapan sapi yang digelar di Desa Tempuran, Kecamatan Bantaran, Kabupaten Probolinggo. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Danendra Kusuma

 

TRIBUNJATIM.COM, PROBOLINGGO - Ada pemandangan berbeda dalam perlombaan karapan sapi yang digelar di Desa Tempuran, Kecamatan Bantaran, Kabupaten Probolinggo

Mayoritas joki atau penunggang sapi merupakan para bocah. Usia mereka berkisar antar 10-12 tahun. 

Saat menunggangi sapi, tak ada raut cemas yang terpancar dari wajah mereka. 

Padahal ketika di arena balap sepanjang 120 meter itu, sapi yang mereka tunggangi berlari begitu kencang.

Kecepatannya mungkin 60-80 km/jam, atau bisa saja lebih itu. 

Mereka tak naik di atas punggung sapi.

Melainkan berpijak pada bambu yang dirangkai di sela dua ekor sapi jenis kerap merah.

Baca juga: Hasil Uji Lab Teh Kemasan Kadaluwarsa yang Sebabkan Siswa SD di Probolinggo Keracunan

Meski masih belia, bocah-bocah itu merupakan joki karapan sapi terlatih.

Bila turun lomba, mereka juga bakal mendapatkan bayaran dari tim atau pemilik sapi. 

Seorang joki cilik, Yusuf Ismail Nafani (10) warga Triwung Lor, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo mengatakan dia mulai tertarik dengan karapan sapi sejak dua tahun lalu. 

Ketertarikan itu muncul lantaran Yusuf kerap hadir menonton perlombaan karapan sapi.

"Saya tertarik dengan karapan sapi di usia 8 tahun. Saya lalu penasaran bagaimana cara para joki mengendalikan sapi. Saya pun mencoba belajar menjadi joki karapan sapi," katanya, Rabu (7/6/2023). 

Baca juga: Potensi Kecelakaan Berkurang, 3 Jalan Liar di Perlintasan KA Sebidang Ditutup Dishub Probolinggo

Menjadi joki cilik karapan sapi bukan hal mudah. Bahkan, di awal belajar, Yusuf berkali-kali terjatuh dari atas pijakan, tangan dan kakinya lecet. 

"Sapi yang saya tunggangi sukar dikontrol arah lajunya. Sapi melesat zig-zag. Makanya, saya terjatuh. Tapi, saya tak menyerah. Saya terus belajar mengendalikan laju dan kecepatan berlari sapi. Setahun saya sudah cukup piawai serta mengikuti perlombaan," terangnya. 

Yusuf menjelaskan, dalam perlombaan kali ini, dia mempersiapkan diri selama dua pekan. Sore hari dia rutin berlatih.

"Saya berlatih mengontrol laju sapi. Di sela-sela, saya memberi makan sapi dan memandikan sapi," jelasnya. 

Dia menyebut, dia mendapatkan bayaran Rp 50.000 sampai Rp 100.000 tiap mengikuti lomba. 

Jika menang, dia mendapatkan bonus Rp 500.000.

"Uang digunakan untuk membiayai sekolah. Selain itu, juga ditabung untuk membeli sapi. Kebetulan saya belum punya sapi. Saya ingin memiliki sapi sendiri," sebutnya. 

Joki cilik lain, Muhammad Jefri Adriansyah (12) warga Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember, menyatakan hal senada. 

Dia belajar mengendarai sapi karapan ini sejak usia 8 tahun. 

Pertama belajar ia menemui kesulitan dalam mengendalikan sapi.

"Setelah belajar selama empat tahun lalu piawai, saya sering dipercaya jadi joki. Salah satunya pada perlombaan saat ini. Tiap ikut lomba, saya mendapat bayaran sebesar Rp 200.000. Uang itu saya gunakan untuk membeli jajanan," pungkasnya.

 

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved