Berita Mojokerto
Kisah Dalang Cilik Sarijo dari Mojokerto, Sejak 3 Tahun Suka Wayang Kulit, Penerus Keluarga Seniman
Suara gamelan terdengar sayup dari rumah warga di Dusun Talunsudo, Desa Gunungan, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto.
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Sudarma Adi
Dikatakannya, saat memainkan wayang kulit ia paling suka membawakan lakon Pandawa Lima. Ia juga mengikuti pertunjukan wayang kulit dan beberapa kali sesaat pernah menggantikan ayahnya menjadi dalang.
"Suka membawakan Pandawa perang dengan kurawa. Kalau karakter wayang yang saya suka, Gatotkaca, Antareja dan Antasena," terangnya.
Ia mengaku bahasa jawa kuno dalam pewayangan juga cukup sulit sehingga menjadi motivasi untuk semakin giat berlatih.
"Kalau bahasa jawa (Pewayangan) ya sudah bisa masih belajar terus, yang cukup sulit itu suluk wayang," ujar Sarijo.
Tak hanya berlatih di rumah, kedepannya Sarijo juga bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler dalang wayang kulit di sekolahnya.
Dia bercita-cita ingin menjadi dalang kondang sebagai generasi penerus keluarga seniman.
"Saya ingin menjadi dalang dan menggantikan ayah," pungkasnya.
Kedua orang tuanya terlihat antusias menyaksikan anak sulungnya berlatih wayang kulit.
Didik Sasmito Aji (43) sang ayah menuturkan menjadi dalang wayang kulit merupakan murni keinginan puteranya. Keluarga juga tidak pernah menyuruh maupun memaksa lantaran semuanya itu adalah atas kemauan anak.
"Sejak awal semuanya saya serahkan ke anak tidak pernah memaksa.
Jadi dalang memang keinginan anak dan saya sangat mendukung karena bisa meneruskan keluarga dalang," bebernya.
Sebagai orang tua, Didik yang merupakan dalang juga selalu mensupport untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita anaknya. Ia juga membuatkan pentas wayang kulit mini dari kelir atau layar tiga meter dan Debog pisang lengkap dengan alat musik gamelan jawa di ruang tamunya.
"Kalau latihan di ruang tamu, saya berikan wayang kulit dan pentas mini supaya bisa giat berlatih setiap hari usai sekolah untuk menjadi dalang wayang. Tentu saya mendukung dan punya anak generasi penerus," ungkapnya.
Ditambahkannya, memang ia mengenalkan berbagai kesenian ke Sarijo sejak anaknya usia dini.
“Saya dulu sekolah di SMKI Perdalangan Surabaya dan ibunya ini juga sinden, kakak perempuan penari sudah menikah. Dia dulu sejak masih usia tiga tahun sudah saya ajak ikut kalau saya ada pentas (Wayang kulit)," jelasnya
Tak jarang saat Didik pentas wayang kulit, ia sengaja meminta anaknya untuk menggantikannya saat adegan peperangan wayang kulit.
5 Tahun Lalu Warga Sudah Patungan, Jalan Rusak di Mojokerto Tak Digubris, Pemda: Belum Bisa Akomodir |
![]() |
---|
Sambut Libur Panjang, Ratusan Bus di Terminal Kertajaya Mojokerto Diperiksa |
![]() |
---|
Jadwal Pembelajaran Bulan Ramadan di Mojokerto, Awal Puasa Siswa Belajar di Rumah |
![]() |
---|
Kisah Bripka Muliono, Polisi di Mojokerto yang Nyambi Jadi Petani Setelah Bertugas |
![]() |
---|
Ini Penyebab Program Makan Bergizi Gratis di Kota Mojokerto Ditunda hingga 3 Februari 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.