Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tren Siswa SD di Situbondo Sayat Tangan

Kepsek Tak Mau Salahkan 1 Pihak Soal 11 Siswa SD Situbondo Sayat Tangan, Polisi: Pagar Ditutup

Menurut Kepsek SD di Situbondo yang 11 siswanya sayat tangan sendiri, tak ada pihak yang disalahkan atas insiden ini.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.com/Indra Akuntono - KOMPAS.com/Arie
Fenomena 11 siswa SD di Situbondo sayat tangan sendiri jadi perhatian Kepsek dan Polsek 

Sehingga orang tua menjadi tempat curhat bagi anaknya, dan tidak kepada pihak lainnya.

"Tugas guru agar jangan lepas kontrol, bahkan jika perlu dilakukan sidak setiap minggu.

Ya mohon maaf apabila ada yang diamankan oleh pihak sekolah, nantinya akan disampaikan kepada wali murid.

Begitu sebaliknya jika  ada temuan di rumah agar orang tua jangan segan untuk disampaikan kepada pihak sekolah," harapnya.

Baca juga: 11 Siswa SD di Situbondo Sayat Tangan Sendiri, Diduga Ikuti Tren Viral, Pihak Sekolah Bertindak

Sementara itu Kapolsek Situbondo Kota, Iptu Harnowo mengatakan, untuk mengantisipasi pengaruh dari luar, terutama media sosial, merupakan tanggung jawab bersama.

Baik pihak sekolah maupun orang tua sama sama punya andil dalam mengawasi anak didiknya.

Iptu Harnowo mengimbau, agar kejadian tersebut tidak terulang kembali, maka pihaknya meminta para orang tua agar selalu memberikan perhatian terhadap putra putrinya.

Sehingga jika ada sesuatu hal terjadi, maka orang tua atau wali murid akan lebih paham dan cepat mengetahuinya.

"Yang terpenting orang tua selalu mengawasi anak-anak saat memegang dan bermain handphone," kata Iptu Harnowo.

Dengan adanya pertemuan ini, lanjut Harnowo, harus ada kesepakatan semua pihak, agar ada kebijakan baru bagi anak didiknya di sekolah.

"Misalnya saja siswa diharuskan bawa bekal makanan dari rumah dan selama siswa di sekolah, pagar ditutup," katanya.

SISWA SD - Ilustrasi siswa SD di Situbondo sayat tangan sendiri usai nonton konten TikTok
Ilustrasi siswa SD di Situbondo sayat tangan sendiri usai nonton konten TikTok (KOMPAS.com/Indra Akuntono)

Sementara itu Psikologi Universitas Jember, Senny Weyara Dienda Saputri, turut soroti insiden 11 siswa SD di Situbondo.

Menurutnya, unggahan konten media sosial tersebut banyak yang berbahaya jika ditiru oleh anak, seperti memberikan tantangan berbahaya kepada penontonnya.

"Berupa konten challenge yang sebetulnya berbahaya untuk anak-anak.

Bahkan di luar negeri ada anak yang challenge menahan nafas paling lama, akhirnya ada yang bablas (meninggal dunia).

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved