Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Sosok Mbah Ngatiyem, Penjual Jamu Sebatang Kara yang Meninggal dalam Sunyi, Riwayat Penyakit Jantung

Sebelumnya, Mbah beberapa kali pindah rumah kontrakan yang lokasinya masih satu RW dengan tempat ia tinggal sekarang.

KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI
Tetangga rumah kontrakan Mbah Ngatiyem (73), Yuli (32) saat ditemui di Jalan Sungai Kampar X, RT 20/RW 01, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara. 

Sambil memasak menggunakan kompor minyak tanah, perbincangan ringan antar Mbah dan tetangga rumah kontrakan mengalir seiring waktu berputar.

"Duduknya di depan pintunya pakai bangku jongkok. Itu punya dia banget. Dia, pasti di situ, di depan kontrakan sambil nyalain kompor. Dia kan enggak berani pakai gas kalau masak, makanya pakai kompor minyak tanah. Ah saya merinding," imbuh Yuli sambil tengkuknya karena bulu kuduk seketika berdiri.

Selama dua tahun tinggal di rumah kontrakan biru, Yuli mengaku tidak pernah melihat Mbah jatuh sakit.

Hanya saja, sesekali dia meminta bantuan tetangga untuk membeli obat ke apotek.

"Dia pernah sesekali titip obat, obat pusing di apotek. 'Yang kayak gini ya', gitu, sekali suruh saya. Tapi, dia enggak pernah minta antar ke mana, periksa, enggak, belum pernah sama sekali," ucap Yuli yang sudah 15 tahun tinggal di rumah kontrakan biru. 

Kalau pun sakit, Mbah juga sesekali meminta bantuan ke tetangganya untuk sekedar "dikerokin" ketika masuk angin.

"Tapi kadang ke tetangga lain, suka minta dikerokin. Memang dia itu apa-apa sendiri," tutur Yuli.

Terkadang, Mbah dan tetangga selalu bernyanyi sambil berjoget bersama di selasar kontrakan. Hal tersebut bertujuan sekadar menghibur diri ketika rasa suntuk datang.

Baca juga: Alasan Mbah Siti Beri Sertifikat Rumah Atas Nama Anak Angkat, 40 Tahun Jadi Babu: Nyuci Masak Aku

Bantuan pemerintah

Di sisi lain, menurut catatan Dasawisma, Ngatiyem terdaftar sebagai penerima BPJS gratis dari pemerintah.

"Kartu Indonesia Sehat atau PKH Lansia sih enggak dapat dia. Tapi, BPJS gratis, setahu saya, ada," ujar Juariah.

Sayangnya, Mbah tidak dapat memanfaatkan betul fasilitas layanan kesehatannya. Sebab, prosesnya dianggap rumit dan berbelit.

Apalagi, Mbah tinggal seorang diri sehingga tak ada yang bisa membantu mengurus administrasinya. 

Kepergian Mbah dalam sunyi dan tidak diketahui siapapun menyisakan rasa sedih yang begitu mendalam bagi para tetangga.

Wajah semringah Ngatiyem sebagai orang yang ramah demikian membekas di benak para tetangga.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved