Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Sosok Mbah Ngatiyem, Penjual Jamu Sebatang Kara yang Meninggal dalam Sunyi, Riwayat Penyakit Jantung

Sebelumnya, Mbah beberapa kali pindah rumah kontrakan yang lokasinya masih satu RW dengan tempat ia tinggal sekarang.

KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI
Tetangga rumah kontrakan Mbah Ngatiyem (73), Yuli (32) saat ditemui di Jalan Sungai Kampar X, RT 20/RW 01, Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara. 

Dalam kesehariannya, Mbah selalu terbangun dari tidur lelapnya pada pukul 02.00 WIB untuk menumbuk bahan baku jamu yang akan dijualnya. 

Suara tumbukan nyaring terdengar sampai ke telinga Yuli, mengingat rumah kontrakannya hanya berjarak beberapa meter.

Setelah bahan-bahan siap, Mbah mulai berangkat dari rumah kontrakannya pukul 05.30 WIB.

Tidak lupa, ia selalu berpamitan dengan tetangga apabila terlihat di depan rumah kontrakan.

"Setelah pulang dari Pasar Rusun, dia balik ke kontrakan jam 10.00 WIB, dia masak. Kalau sudah kelar, dia istirahat, tidur di dalam," ujar Yuli.

"Nah. Kan dia dagangannya satu hari itu dua kali. Entar, sore, dia bikin jamu lagi. Sehabis asar, dia berangkat lagi, pulang maghrib. Kayak begitu terus kesehariannya," lanjut Yuli.

Kata Yuli, Mbah merupakan sosok perempuan yang ramah dan bersahaja. Mendiang sangat dekat dengan tetangga dan selalu menyapa warga dengan senyum hangat meskipun baru mengenal. 

Baca juga: Ternyata Ini Arti From the River to the Sea Palestine Will be Free dan Sejarahnya, Tuai Kontroversi

Riwayat penyakit jantung

Selain menjalankan aktivitas sebagai pedagang jamu, Mbah selalu pergi terapi ke Kelapa Gading serta ikut pengajian.

Tidak sendiri, Mbah pergi bersama salah satu warga setempat yang juga ikut terapi di tempat yang sama.

Keduanya melesat dari Semper Barat ke Kelapa Gading menggunakan sepeda motor.

"Kadang saya suka tanya, 'Mbah, memangnya Mbah sakit apa?', 'jantung, Bu RT. Namanya sudah tua, Bu RT. Iya, yang namanya sudah lansia, pasti ada saja penyakit. Ya terutama itu, dia sering rajin terapi," kata Juariah yang juga merupakan istri Ketua RT setempat.

"Ya itu, yang saya tahu dia juga darah tinggi. Terutama jantung. Dia soalnya kalau terapi, bilangnya suka sesak dadanya. Awal terapi, bilangnya enakan. Tapi, pas ke sini, katanya enggak ada perubahan," ujar Juariah lagi. 

Selain terapi dan rajin mengikuti pengajian, Mbah hanya berdiam di rumah kontrakannya atau sekedar berbincang dengan tetangga.

Obrolan ngalor-ngidul kerap kali mereka lakukan di selasar rumah kontrakan. Bangku jongkok kayu berwarna cokelat selalu digunakan Mbah.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved