Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Kota Malang

Pro dan Kontra Pedagang di Malang Terkait Rencana Pembangunan Pasar Terpadu di Arjowinangun

Pro dan kontra pedagang di Malang terkait rencana pembangunan pasar terpadu di Arjowinangun, ada yang enggan pindah dan ada yang mendukung penataan.

Penulis: Benni Indo | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/Benni Indo
Kondisi kawasan Pasar Kebalen Malang setelah aktivitas jual beli mulai sepi, Senin (8/1/2024). Tampak banyak sampah dan pedagang yang masih bertahan di pinggiran jalan. 

Pendapat berbeda diutarakan Imam Budi (44), pedagang kaki lima di kawasan Pasar Gadang.

Ia berharap, tempat baru di Arjowinangun bisa meningkatkan pendapatan pedagang.

Ia sepakat dengan rencana pembangunan pasar terpadu di Arjowinangun.

Sebagai pedagang kaki lima yang sudah berjualan selama 19 tahun di kawasan tersebut, kawasan Pasar Gadang dinilainya sudah tidak kondusif.

Setiap hari, Imam selalu berhati-hati karena banyak kendaraan yang lewat dekat dengan dagangannya.

"Kalau di sini banyak kendaraan lewat. Kalau ada pasar terpadu nanti, saya kira bagus. Pedagang tertata. Jualan ayam di mana, jualan sayur di mana," katanya.

Imam mengaku tidak terlalu resah meski pindah.

Kekhawatirannya tentang banyaknya pelanggan tidak terlalu ia pikirkan.

Menurutnya, pelanggan akan merasa nyaman jika tempat jualan terata, rapi, dan bersih.

Bagi Imam, kesan yang dirasakan pelanggan saat beli akan memberikan dampak tersendiri.

"Saya dengar-dengar Pasar Gadang ini mau direnovasi, tapi tidak jadi dilakukan hingga sekarang. Kalau nanti pindah, ya tidak apa-apa. Di sini biarkan lalu lintas lancar," jelasnya.

Untung (56), pedagang di Pasar Kedungkandang menilai, penertiban pedagang kaki lima di kawasan Pasar Kedungkandang bisa dilakukan dan ditempatkan di pasar terpadu.

Meski begitu, sebagai pedagang yang sudah berada di sana sejak tahun 1980, Untung merasa enggan harus pindah.

Ia mengaku sebagai pedagang tetap, bukan pedagang kaki lima.

Baginya, pindah ke tempat baru berarti harus berdagang dari nol lagi. Ia tidak ingin melakukan itu setelah sekian tahun menata dagangan di Pasar Kedungkandang.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved