Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pemilu 2024

Alasan ART Nyaleg Meski Dicueki Warga saat Kampanye, Keluar Modal Rp 2,5 Juta, 'Kita Caleg Dhuafa'

Seorang ART nekat jadi caleg dengan modal Rp 2,5 juta. Wanita yang bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga atau ART itu bernama Yuni Sri Rahayu (41).

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
WartaKota
Alasan ART Nyaleg Meski Dicueki Warga saat Kampanye, Keluar Modal Rp 2,5 Juta, 'Kita Caleg Dhuafa' 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang ART nekat jadi caleg dengan modal Rp 2,5 juta.

Wanita yang bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga atau ART itu bernama Yuni Sri Rahayu (41).

Ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif DPRD DKI Jakarta Dapil VII.

Ia tinggal di kontrakannya, Cilandak, Jakarta Selatan.

Yuni merupakan caleg dari Partai Buruh.

Sejak memutuskan untuk maju menjadi caleg, Yuni selalu mendapatkan diskriminasi saat kampanye di lingkungan rumahnya.

Yuni mengatakan, tak diperbolehkan melakukan sosialisasi di lingkungan rumahnya, kawasan Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan.

Hal itu dikarenakan sudah ada dua caleg dari partai lain, yang sudah berkampanye.

"Jujur saja di sini, rumah saya, waktu minta izin untuk sosialisasi sama RT di sini ya dia bilang gini, 'Karena di sini sudah dukung dua caleg, jadi enggak bisa sosialisasi'," ujar dia kepada wartawan, Jumat (2/2/2024), melansir dari WartaKota.

Baca juga: CEK FAKTA: Prabowo Sebut Indonesia Cuma Punya 92 Fakultas Kedokteran, Menkes Pernah Ungkap Datanya

Meski demikian, Yuni mengaku tak terlalu ambil pusing atas hal tersebut.

Dia lebih memilih untuk mengalah, dan melakukan sosialisasi di tempat lain.

"Iya diskriminasi halangan pasti ada ya kan, tapi kan kita nggak tahu, jadi ya sudah." jelasnya.

"Saya juga nggak berambisi untuk menang, saya hanya menjalani proses yang ada saat ini," ungkapnya.

Sejauh ini, Yuni hanya mengeluarkan Rp 2,5 juta selama berkampanye.

Itu pun dia sisihkan dari penghasilannya, sebagai seorang pekerja rumah tangga.

Baca juga: Sosok Jeni Ngamuk Tak Diberi Nafkah, Istri caleg Ngaku Gaji Suami Dikuasai Mertua: Istri Jadi Babu

Uang itu, digunakan Yuni untuk membuat alat peraga kampanye (APK), seperti poster, stiker, gantungan kunci, dan kalender.

"Ya pokoknya kalau dari awal, misal kayak APK saja, itu nggak sampe Rp 2 juta," jelas Yuni.

"Cuma kalau sama tes seperti itu bisa sampai sekitar Rp 2,5 juta," kata Yuni.

Kini, Yuni terdaftar sebagai caleg DPRD DKI dapil 7, meliputi Kecamatan Cilandak, Pesanggrahan, Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, dan Setiabudi.

Yuni mengibaratkan dirinya sebagai "caleg Dhuafa", lantaran tak memiliki modal besar.

"Kalau saya sendiri dari partai buruh kan kita bilangnya caleg dhuafa ya, yang istilahnya nggak punya modal." jelasnya.

"Walaupun punya modal istilahnya dari pribadi sendiri, sebisa kita." lanjutnya.

"Saya menyiasatinya dari upah saya sedikit demi sedikit," ujar dia.

Yuni menuturkan, dirinya maju sebagai caleg, karena ingin memperjuangkan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT).

"Ya memang saat ini kan kita sedang memperjuangkan RUU PPRT yang sudah 20 tahun masih juga gak ada kabar yang buat kita para PRT." jelasnya.

"Itu lah yang membuat saya mau nggak mau, siap nggak siap, ya sudah saya mau jadi caleg," ungkapnya.

Menurutnya, para pekerja rumah tangga saat ini, hanya dilindungi olsh UU Ketenagakerjaan, dan hal itu dinilai belum cukup.

"Ketika kita punya masalah, UU Ketenagakerjaan belum cukup untuk melindungi PRT," ungkapnya.

Kini Yuni masih yakin untuk mempromosikan namanya kepada masyarakat agar memilihnya pada 14 Februari 2024.

Baca juga: Maju di Dapil Neraka, PRT Yuni Lawan Istri Uya Kuya Kampanye Cuma Modal Rp2,5 Juta: caleg Dhuafa

Sebelumnya, Erfin Dewi Sudanto (47), warga Desa Bataan Kecamatan Tenggarang, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur mengaku akan menjual ginjalnya untuk modal maju sebagai caleg DPRD Daerah Pemilihan I Kecamatan Bondowoso, Tenggarang, dan Wonosari.

Erwin mencalonkan diri sebagai caleg setelah gagal dalam pemilihan Kades.

Erfin merupakan mantan Kepala Desa (Kades).

Dia menjabat sebagai Kades Bataan periode tahun 2007-2013.

Saat menjadi Kades, Erfin mengaku menjalankan amanat sebagai kades secara totalitas.

“Saya waktu pelayanan pada masyarakat luar biasa walaupun gajinya sedikit,” kata Erfin pada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (16/1/2024).

Baca juga: Banner Mamah Semok Siap Melayani Depok Miliknya Banjir Hujatan, caleg Lydia Octavia Santai: Haters

Menurut dia, saat itu gaji sebagai kepala desa sebesar Rp 450.000.

Kemudian pada akhir jabatan naik menjadi Rp 1.050.000.

Bahkan, saat itu Erfin mengaku sempat menjual rumah warisannya untuk kegiatan di desa.

Dia mengaku mendapatan penghargaan dari bupati Bondowoso saat itu, yakni Amin Said Husni.

Setelah masa jabatan habis, Ervin maju lagi di Desa Bataan.

Namun karena biaya mendaftar besar, akhirnya ia tidak jadi maju menjadi calon kepala desa.

Tak berhenti di situ, Ervin juga sempat maju dalam Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) selanjutnya, namun ia mengaku dijegal dengan tidak lolos di tahapan administrasi.

“Tahun 2021 kemarin saya nyalon lagi, tapi di Desa Kajar, tapi tidak jadi dan ada pada posisi nomor dua,” aku dia.

Setelah itu, Ervin mendatangi salah satu ketua partai di Bondowoso.

Ia ditawari untuk maju sebagai anggota DPRD.

Alasannya, Erfin terkenal baik dan memiliki massa di daerah pemilihannya.

“Saat itu saya bilang apa adanya, saya sekarang tidak punya apa-apa, kondisi ekonomi saya ambruk total, mohon maaf jangan paksa saya nyaleg, karena biaya besar,” ungkap dia.

Namun, ketua partai itu meyakinkan dirinya akan membantu dengan berbagai program. Hal itu membuat Erfin sepakat untuk maju sebagai caleg.

“Setelah terjun di lapangan, warga sudah banyak yang tahu saya mau maju di Pileg, setelah pemberkasan kurang dua bulan, saya tidak dikasih kabar, ternyata saya digeser, ada yang mengganti posisi saya,” papar dia.

Baca juga: Inilah Sosok Jeni, Istri caleg Ngaku Jarang Dinafkahi Gegara Gaji Dikuasai Ibu Mertua: Patriarki

Selanjutnya, Erfin bertemu dengan salah satu temannya yang juga menjadi caleg dari Partai Amanat Nasional (PAN) di Kabupaten Banyuwangi.

“Besok paginya saya sowan ke ketua PAN, setelah bertemu beliau mengiyakan saya untuk maju sebagai caleg,” jelas dia.

Pria kelahiran 23 Juni 1976 ini mengaku setelah terjun ke lapangan, banyak usulan dan harapan dari masyarakat.

Namun tak dipungkiri, ada sejumlah warga yang juga menanyakan soal uang.

“Ada yang tanya tentang uang berapa yang mau dibuat ganti kalau pencoblosan untuk datang ke TPS,” ujar dia.

Erfin menyadari bahwa modal kebaikan saja untuk maju sebagai caleg tidak cukup.

"Perlu modal uang yang besar. Teman saya itu saat Pileg 2019 bisa habis sekitar Rp 2 miliar untuk caleg DPRD,” ungkap dia.

Di satu sisi, kondisi ekonominya tidak sedang baik-baik saja.

“Akhirnya dari sana saya tekad bulat untuk menjual ginjal saya,” terang dia.

Baca juga: Reza Artamevia Rasakan Beban di Dunia Politik, Kini Mundur dari caleg Nasdem: Tak ingin Memaksa

Erfin mengaku tidak tenang jika tidak bisa berbuat untuk masyarakat, warga miskin, lansia, hingga dhuafa.

Hal itulah yang menggerakkan dirinya menjual ginjal walaupun merasa sangat berat.

Erfin mengaku sempat ada warga yang menghubungi dirinya melalui WhatsApp terkait hal tersebut.

“Tanya apakah sudah diangkat ginjalnya, mau dikasihkan berapa,” terang ayah dua anak itu.

Setelah itu, Erfin menghubungi orang tersebut untuk mendatangi dirinya.

“Ini tidak ada pabriknya, coba kalau ada yang mau hadir ke rumah saya, saya share lokasi,” ucap dia.

Namun setelah itu, dia tak mendapatkan respons dari warga tersebut.

Erfin menilai warga yang menghubungi itu hanya iseng untuk menguji keseriusannya menjual ginjal.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved